Sepak Bola | MAKRO EKONOMI | TEKNOLOGI | AI dan robot | Crypto | EDUKASI
ALEX Protocol Terkena Serangan Siber, Dana Crypto Senilai Miliaran Rupiah Raib
ALEX Protocol, platform DeFi berbasis Bitcoin yang tengah naik daun, menjadi korban serangan siber besar pada 7 Juni 2025. Para peretas berhasil menguras aset crypto senilai miliaran rupiah, memicu kekhawatiran luas di komunitas blockchain global.
CRYPTOTEKNOLOGI
6/7/20252 min read


Dunia crypto kembali diguncang oleh kabar mengejutkan. ALEX Protocol, salah satu protokol DeFi terkemuka berbasis Bitcoin di jaringan Stacks, mengalami serangan siber besar-besaran yang menyebabkan kerugian hingga miliaran rupiah. Serangan tersebut terjadi pada dini hari waktu Asia, menyasar smart contract milik ALEX yang digunakan untuk transaksi yield farming dan liquidity provision.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis beberapa jam setelah insiden, tim ALEX mengkonfirmasi bahwa telah terjadi eksploitasi terhadap salah satu pool smart contract mereka. “Kami sedang bekerja sama dengan tim keamanan blockchain untuk melakukan forensik digital dan mengidentifikasi titik kerentanan. Keamanan pengguna adalah prioritas utama kami,” tulis mereka di platform X (dulu Twitter).
Bagaimana Serangan Terjadi
Menurut firma keamanan blockchain PeckShield dan CertiK yang turut memantau insiden, peretas memanfaatkan celah dalam smart contract ALEX yang tidak melakukan verifikasi ulang terhadap input user sebelum mengeksekusi withdrawal. Teknik ini dikenal sebagai reentrancy attack, sebuah metode yang telah digunakan dalam banyak peretasan DeFi sebelumnya.
Akibat eksploitasi ini, sejumlah besar token ALEX, xBTC, dan aset crypto lainnya berhasil ditarik secara ilegal ke dompet anonim. Beberapa laporan menyebutkan bahwa peretas segera memindahkan dana tersebut melalui mixer crypto Tornado Cash untuk menyulitkan pelacakan lebih lanjut.
Respons Komunitas dan Dampaknya pada Pasar
Harga token ALEX langsung mengalami tekanan jual hebat. Dalam waktu kurang dari 12 jam setelah pengumuman, nilainya anjlok lebih dari 38% di berbagai bursa terdesentralisasi. Proyek-proyek mitra dan protokol yang berinteraksi dengan ALEX juga mengalami penurunan volume transaksi secara drastis.
Sementara itu, komunitas pengguna crypto di platform Stacks menyampaikan keprihatinan mendalam. Banyak pengguna yang mengalami kerugian karena memiliki aset terkunci dalam liquidity pool yang terkena dampak. “Saya baru saja melakukan staking kemarin, dan hari ini semuanya hilang. Ini mimpi buruk,” ujar salah satu pengguna di forum StackersDAO.
Langkah Penanganan dan Investigasi
Pihak ALEX Protocol telah menghentikan sementara seluruh operasional smart contract dan menonaktifkan fitur deposit dan penarikan sambil melakukan investigasi internal. Mereka juga bekerja sama dengan otoritas keamanan siber Thailand dan lembaga blockchain internasional untuk menelusuri jejak pelaku.
Uniknya, dalam perkembangan terbaru, tim ALEX mengklaim telah berhasil melacak sebagian dana yang dicuri dan kini sedang dalam tahap negosiasi dengan peretas, yang diduga mengirim pesan melalui smart contract berisi permintaan imbalan untuk pengembalian sebagian dana (whitehat approach). Jika berhasil, ALEX menjadi salah satu kasus langka di mana sebagian dana berhasil dipulihkan setelah insiden peretasan besar.
Dampak Jangka Panjang pada Dunia DeFi
Insiden ini menjadi pengingat keras bagi semua pengembang dan investor DeFi bahwa keamanan adalah elemen fundamental dalam dunia keuangan terdesentralisasi. Meskipun audit smart contract telah menjadi standar, peristiwa ini menunjukkan bahwa celah baru bisa selalu ditemukan dan dimanfaatkan.
Serangan terhadap ALEX juga menambah daftar panjang proyek crypto yang menjadi korban kejahatan digital sepanjang 2025. Dalam enam bulan terakhir saja, lebih dari 40 serangan siber terhadap protokol DeFi telah terjadi, dengan total kerugian diperkirakan mencapai lebih dari Rp7 triliun secara global.
Harapan dan Tantangan ke Depan
ALEX Protocol berjanji akan memperbaiki sistem keamanan mereka dan meluncurkan audit ulang secara menyeluruh sebelum membuka kembali layanan. Mereka juga mempertimbangkan untuk membentuk Community Recovery Fund bagi pengguna yang mengalami kerugian besar akibat insiden ini.
Sementara itu, para pengamat menekankan pentingnya literasi keamanan bagi semua pengguna crypto, terutama dalam dunia DeFi yang bergerak cepat dan penuh eksperimen. Transparansi, audit berkala, dan penggunaan alat verifikasi independen menjadi kunci agar insiden serupa tak kembali terulang.
Dengan kasus ALEX ini, dunia crypto kembali diingatkan: teknologi mungkin tanpa batas, tetapi keamanan tetap harus menjadi fondasi utama dalam setiap inovasi blockchain.
Berita Lainnya
NuntiaNews
Informasi terbaru tentang Teknologi terbaru seperti AI, Crypto dan Robot, Makro Ekonomi serta Edukasi
HALAMAN
Analisis
© 2025 NuntiaNews. All rights reserved.