Sepak Bola | MAKRO EKONOMI | TEKNOLOGI | AI dan robot | Crypto | EDUKASI
Aliran Modal Asing ke Obligasi Asia Masih Tinggi: Indonesia Kebagian Rp 27,9 Triliun
Arus modal asing ke pasar obligasi Asia terus menunjukkan tren positif. Indonesia menjadi salah satu penerima utama dengan aliran masuk mencapai sekitar Rp 27,9 triliun (setara USD 1,7 miliar) pada paruh pertama Juni 2025, mencerminkan kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi dan potensi imbal hasil tinggi.
MAKRO EKONOMIINVESTASI
6/17/20252 min read


Dalam dinamika ekonomi global yang penuh ketidakpastian, Asia tetap menjadi tujuan utama bagi investor global, khususnya di sektor obligasi. Laporan terbaru dari analis pasar regional dan data yang dihimpun oleh Institute of International Finance (IIF) mengungkapkan bahwa pada paruh pertama Juni 2025, aliran modal asing ke obligasi Asia masih menunjukkan kekuatan yang signifikan. Indonesia menjadi salah satu negara penerima manfaat terbesar dengan arus masuk sekitar Rp 27,9 triliun (USD 1,7 miliar), melampaui proyeksi sebelumnya.
Tren ini mengindikasikan kepercayaan investor internasional terhadap fundamental ekonomi Indonesia yang relatif solid meskipun di tengah tekanan geopolitik global dan kenaikan suku bunga di Amerika Serikat. Sejumlah analis menilai bahwa daya tarik yield obligasi pemerintah Indonesia yang masih kompetitif, ditambah dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang stabil, menjadi pendorong utama minat investor asing.
Faktor Pendorong Aliran Modal Masuk
Menurut Chief Economist DBS Indonesia, Siti Nurmalasari, faktor utama yang mendukung peningkatan ini adalah stabilitas makroekonomi domestik, termasuk inflasi yang terkendali di bawah 3,5% dan nilai tukar rupiah yang relatif stabil terhadap dolar AS. Di samping itu, Bank Indonesia yang mempertahankan kebijakan moneter akomodatif dinilai turut menciptakan iklim investasi yang menarik di sektor surat utang.
"Kebijakan fiskal yang disiplin, serta komitmen pemerintah dalam menjaga iklim usaha yang sehat, memberikan sinyal positif kepada investor global. Ini yang membuat Indonesia tetap menarik di mata investor," ujarnya.
Selain itu, ketegangan dagang antara negara maju dan perlambatan ekonomi di beberapa negara seperti China juga mendorong investor mencari pasar berkembang yang lebih menjanjikan, termasuk Indonesia.
Distribusi dan Dampaknya bagi Pasar Domestik
Sebagian besar dana asing tersebut mengalir ke Surat Berharga Negara (SBN) tenor menengah dan panjang, menunjukkan bahwa investor asing melihat potensi pertumbuhan jangka menengah Indonesia tetap positif. Selain itu, pasar sekunder obligasi domestik mencatat kenaikan volume transaksi harian hingga 18% dibandingkan bulan sebelumnya.
Dengan meningkatnya likuiditas di pasar obligasi, pemerintah memiliki ruang fiskal yang lebih fleksibel untuk membiayai proyek infrastruktur dan program prioritas lainnya tanpa terlalu bergantung pada pembiayaan dalam negeri.
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Arief Saputra, menyampaikan bahwa peningkatan minat asing terhadap obligasi Indonesia akan membantu menjaga kestabilan pembiayaan APBN tahun ini.
"Ini akan menekan imbal hasil obligasi dan menurunkan biaya utang negara secara keseluruhan," jelasnya.
Risiko dan Tantangan ke Depan
Meski aliran modal masuk membawa dampak positif, namun para ekonom juga mengingatkan adanya risiko sudden reversal atau pembalikan modal secara tiba-tiba. Faktor global seperti kemungkinan pengetatan moneter lanjutan oleh The Fed dan fluktuasi geopolitik dapat memicu volatilitas di pasar obligasi domestik.
Oleh karena itu, pemerintah bersama Bank Indonesia terus melakukan koordinasi untuk memperkuat fondasi pasar keuangan domestik. Langkah seperti peningkatan transparansi data, perbaikan sistem lelang SBN, serta penguatan pasar derivatif menjadi prioritas guna menjaga kepercayaan investor jangka panjang.
Penutup
Secara keseluruhan, arus modal asing sebesar Rp 27,9 triliun yang mengalir ke obligasi Indonesia dalam dua minggu pertama Juni 2025 menjadi sinyal positif bagi ketahanan dan daya tarik pasar keuangan nasional. Namun, penguatan struktur pasar, mitigasi risiko global, serta kesinambungan reformasi kebijakan tetap menjadi syarat agar Indonesia tak hanya menjadi tujuan jangka pendek, tetapi juga pusat investasi jangka panjang di Asia.
Dengan momentum yang tepat dan kebijakan yang konsisten, Indonesia berpeluang besar untuk terus memperkuat posisinya sebagai salah satu pasar obligasi unggulan di kawasan Asia.
Berita Lainnya
NuntiaNews
Informasi terbaru tentang Teknologi terbaru seperti AI, Crypto dan Robot, Makro Ekonomi serta Edukasi
HALAMAN
Analisis
© 2025 NuntiaNews. All rights reserved.