Sepak Bola | MAKRO EKONOMI | TEKNOLOGI | AI dan robot | Crypto | EDUKASI
Bank Indonesia Diperkirakan Menahan Suku Bunga di 5,50% pada Rapat 18 Juni
Bank Indonesia diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur 18 Juni 2025, di tengah stabilisasi nilai tukar rupiah dan ekspektasi penurunan suku bunga global.
MAKRO EKONOMI
6/16/20252 min read


Dalam suasana global yang penuh ketidakpastian, Bank Indonesia (BI) diprediksi akan menahan suku bunga acuan di 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 18 Juni 2025. Hal ini sejalan dengan ekspektasi mayoritas ekonom dalam survei Reuters terbaru, yang menyebutkan bahwa stabilitas nilai tukar dan kontrol inflasi tetap menjadi prioritas utama bank sentral Indonesia.
Langkah ini diambil setelah BI secara mengejutkan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan lalu untuk mendorong pertumbuhan. Kini, dengan rupiah yang mulai stabil dan tekanan eksternal mulai mereda, BI diperkirakan akan memilih jeda untuk mengamati dinamika pasar lebih lanjut.
Data Pendukung: Rupiah Menguat, Inflasi Terkendali
Rupiah tercatat menguat hampir 4% sejak April 2025, setelah sempat mengalami tekanan akibat penguatan dolar AS dan ketidakpastian arah kebijakan Federal Reserve. Dalam dua pekan terakhir, rupiah bahkan menguat ke kisaran Rp15.250 per USD, memperlihatkan respons pasar yang positif terhadap keputusan moneter BI sebelumnya.
Di sisi lain, inflasi tahunan Indonesia pada Mei 2025 hanya berada di angka 1,6%, salah satu yang terendah di kawasan Asia Tenggara. Kondisi ini memberikan ruang bagi bank sentral untuk tetap mempertahankan suku bunga tanpa menciptakan tekanan terhadap daya beli masyarakat.
Komentar Ekonom: "Jeda yang Bijak"
Dalam survei Reuters terhadap 31 ekonom internasional, sebanyak 27 responden menyatakan bahwa BI akan mempertahankan suku bunga di 5,50%, sementara 4 lainnya memprediksi pemangkasan lanjutan sebesar 25 basis poin.
Menurut Brian Tan, ekonom senior di Barclays, “Bank Indonesia kemungkinan besar ingin melihat dampak penuh dari penurunan suku bunga sebelumnya. Menahan suku bunga saat ini adalah keputusan bijak untuk menjaga kredibilitas kebijakan moneter sambil tetap mendukung pertumbuhan ekonomi.”
Ruang Pelonggaran Tetap Terbuka
Meski suku bunga diperkirakan tetap, beberapa analis menilai bahwa BI memiliki ruang untuk kembali memangkas suku bunga ke 5,25% pada kuartal ketiga 2025—terutama jika terjadi perlambatan signifikan dalam permintaan domestik atau jika The Fed mulai menurunkan suku bunga lebih awal dari ekspektasi pasar.
Saktiandi Supaat, analis makroekonomi asal Singapura, menyatakan, “Dengan cadangan devisa yang kuat dan tekanan inflasi yang rendah, Indonesia memiliki keistimewaan untuk melakukan pelonggaran moneter secara terukur tanpa membahayakan stabilitas eksternal.”
Kondisi Global: Sinyal Dovish dari AS dan China
Salah satu faktor yang memberi ruang bagi BI untuk tetap akomodatif adalah sinyal dovish dari bank sentral global. Federal Reserve AS mulai memberikan sinyal akan memangkas suku bunga akhir tahun ini, sementara bank sentral China melanjutkan pelonggaran likuiditas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.
Situasi ini menciptakan kondisi pasar yang lebih bersahabat bagi negara berkembang seperti Indonesia. Investor global kembali mencari aset di emerging markets, termasuk obligasi rupiah yang menawarkan imbal hasil menarik dengan risiko yang semakin terkendali.
Fokus Selanjutnya: Konsumsi dan Investasi
Pemerintah Indonesia telah menggulirkan stimulus fiskal sebesar Rp24,44 triliun untuk mendorong konsumsi masyarakat dan mendukung sektor-sektor strategis. Bank Indonesia diyakini akan berkoordinasi erat dengan pemerintah agar momentum pertumbuhan tetap terjaga, terutama menjelang semester kedua 2025.
Investasi juga menjadi fokus penting. Penurunan suku bunga sebelumnya diharapkan mempercepat penyaluran kredit sektor produktif, termasuk manufaktur, konstruksi, dan UMKM. Namun, BI tetap mewaspadai ekses likuiditas yang bisa memicu spekulasi berlebihan di sektor non-produktif seperti properti dan aset digital.
Menjaga Keseimbangan
Keputusan Bank Indonesia untuk menahan suku bunga di 5,50% menunjukkan pendekatan yang hati-hati namun adaptif. Di tengah kondisi global yang masih bergejolak, BI berusaha menjaga keseimbangan antara mendukung pertumbuhan dan menjaga stabilitas.
Pasar menyambut positif kebijakan ini, sementara pelaku usaha menantikan sinyal lanjutan mengenai arah suku bunga dalam beberapa bulan ke depan. Dengan inflasi terkendali, cadangan devisa solid, dan rupiah yang menguat, Indonesia berada dalam posisi yang relatif aman untuk melangkah maju.
“Stabilitas bukan sekadar angka, tapi fondasi kepercayaan pasar,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam pernyataan sebelumnya.
Berita Lainnya
NuntiaNews
Informasi terbaru tentang Teknologi terbaru seperti AI, Crypto dan Robot, Makro Ekonomi serta Edukasi
HALAMAN
Analisis
© 2025 NuntiaNews. All rights reserved.