Sepak Bola | MAKRO EKONOMI | TEKNOLOGI | AI dan robot | Crypto | EDUKASI
Bank of England Pertahankan Suku Bunga di 4,25%, Sinyal Penurunan Mulai Terlihat
Bank of England (BoE) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya di level 4,25% dalam pertemuan Kamis, 19 Juni 2025. Meski inflasi Inggris masih berada di atas target, muncul sinyal bahwa siklus penurunan suku bunga dapat dimulai dalam beberapa bulan ke depan jika tekanan geopolitik dan harga energi mereda.
MAKRO EKONOMIBANK
6/19/20253 min read


London, 20 Juni 2025 – Di tengah ketidakpastian global dan tekanan geopolitik, Bank of England (BoE) akhirnya memilih untuk mempertahankan suku bunga acuannya di angka 4,25% dalam pertemuan Komite Kebijakan Moneter (MPC) yang digelar pada Kamis, 19 Juni 2025. Keputusan ini sejalan dengan ekspektasi pasar, namun membawa pesan baru: BoE mulai membuka peluang pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.
Dalam voting MPC, enam dari sembilan anggota memilih untuk mempertahankan suku bunga, sementara tiga lainnya sudah mulai mendorong pelonggaran moneter. Ini menjadi sinyal awal bahwa era suku bunga tinggi di Inggris mungkin segera berakhir, seiring dengan meredanya inflasi dan melambatnya perekonomian domestik.
Mengapa Suku Bunga Tidak Turun Sekarang?
Meskipun terdapat tekanan dari sektor bisnis dan rumah tangga untuk menurunkan suku bunga, BoE masih menilai inflasi belum cukup stabil. Data terbaru menunjukkan bahwa inflasi tahunan Inggris berada di level 3,4%, lebih tinggi dari target 2% yang ditetapkan bank sentral.
Gubernur Bank of England, Andrew Bailey, mengatakan bahwa pihaknya masih melihat risiko dari ketegangan geopolitik — terutama konflik Israel–Iran — yang berdampak langsung pada harga minyak dunia dan biaya energi domestik. Dalam konferensi pers pascarapat, Bailey menyampaikan:
“Kami ingin memastikan bahwa inflasi benar-benar kembali ke target secara berkelanjutan, bukan hanya dalam jangka pendek. Namun jika tren saat ini terus berlanjut, kami bisa mempertimbangkan penurunan suku bunga secepatnya, bahkan mulai Agustus 2025.”
Perekonomian Inggris Mulai Melambat
Salah satu pertimbangan utama BoE untuk mulai mempertimbangkan pelonggaran kebijakan adalah melambatnya aktivitas ekonomi. Beberapa indikator utama menunjukkan tren pelemahan:
Pertumbuhan ekonomi kuartal I 2025 hanya mencapai 0,3%, jauh di bawah proyeksi 0,7%.
Pasar tenaga kerja menunjukkan peningkatan pengangguran dari 3,8% ke 4,2%.
Belanja konsumen mengalami kontraksi akibat tingginya biaya pinjaman rumah (mortgage) dan kredit konsumtif.
Selain itu, sektor properti dan ritel mengalami tekanan signifikan. Banyak rumah tangga di Inggris mulai menahan belanja dan investasi, menunggu kepastian arah suku bunga.
Dampak Global dan Kebijakan Eropa
Keputusan BoE terjadi hanya sehari setelah Swiss National Bank (SNB) dan Norges Bank (Norwegia) memotong suku bunga acuan mereka masing-masing, menandai bahwa gelombang pelonggaran moneter telah mulai di Eropa.
Sementara itu, European Central Bank (ECB) juga menyatakan siap memangkas suku bunga lebih lanjut apabila harga energi dan ketegangan geopolitik dapat dikendalikan. Hal ini menempatkan Inggris dalam posisi strategis, namun juga rentan: jika negara-negara Eropa menurunkan suku bunga lebih cepat, Inggris berisiko mengalami arus modal keluar jika tidak ikut menyesuaikan.
Respons Pasar: Sterling Melemah, Bursa Stabil
Pasar keuangan merespons keputusan BoE dengan cukup positif. Meskipun tidak ada perubahan kebijakan, sinyal pemangkasan yang disampaikan Bailey dan voting MPC memberikan harapan kepada investor.
Pound sterling melemah tipis terhadap dolar AS, dari £1,278 ke £1,268.
Indeks FTSE 100 naik 0,4%, dipimpin saham properti dan perbankan.
Yield obligasi pemerintah 10 tahun turun 6 basis poin, menunjukkan ekspektasi pelonggaran kebijakan.
Analis dari JPMorgan menyebut keputusan BoE sebagai “dovish hold” — mempertahankan suku bunga sambil membuka peluang pemangkasan, sebuah strategi yang dinilai tepat di tengah ketidakpastian global.
Apa Artinya Bagi Dunia dan Indonesia?
Keputusan BoE dan sinyal dovish-nya bisa berdampak secara global, terutama bagi pasar negara berkembang seperti Indonesia.
Rupiah Berpeluang Menguat: Jika BoE dan bank sentral besar lain mulai menurunkan suku bunga, maka tekanan terhadap nilai tukar negara berkembang bisa berkurang.
Investor Cari Imbal Hasil Tinggi: Pemangkasan suku bunga global bisa mendorong investor mencari pasar dengan yield menarik, termasuk surat utang Indonesia.
Harga Komoditas Bisa Stabil: Jika suku bunga menurun dan ketegangan geopolitik mereda, harga komoditas — termasuk minyak dan batubara — berpotensi stabil, menguntungkan neraca perdagangan Indonesia.
Inggris Siap Masuki Fase Baru Kebijakan
Setelah lebih dari dua tahun menahan suku bunga tinggi untuk menjinakkan inflasi pasca-COVID dan krisis energi, Bank of England akhirnya mulai memberi sinyal pemangkasan suku bunga. Walau belum terjadi di Juni, peluang besar akan datang di Agustus atau September 2025, tergantung pada stabilitas harga dan perkembangan geopolitik.
Langkah ini akan menjadi tonggak penting dalam pemulihan ekonomi Inggris dan dapat menjadi referensi bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia, untuk menyesuaikan strategi moneter ke depan.
Berita Lainnya
NuntiaNews
Informasi terbaru tentang Teknologi terbaru seperti AI, Crypto dan Robot, Makro Ekonomi serta Edukasi
HALAMAN
Analisis
© 2025 NuntiaNews. All rights reserved.