BlackRock Mengakhiri Streak Inflow ETF Bitcoin: Pasar Crypto Bergetar

BlackRock, raksasa manajemen aset global, mencatatkan outflow terbesar dari ETF Bitcoin mereka sejak peluncuran, mengakhiri rekor 31 hari inflow. Apa artinya ini bagi pasar crypto?

BITCOINCRYPTO

6/1/20254 min read

BlackRock Mengakhiri Streak Inflow ETF Bitcoin: Pasar Crypto Bergetar | NuntiaNews
BlackRock Mengakhiri Streak Inflow ETF Bitcoin: Pasar Crypto Bergetar | NuntiaNews

Pada 1 Juni 2025, pasar crypto dikejutkan oleh berita besar: BlackRock, pengelola aset terbesar di dunia, mengakhiri rekor luar biasa dari 31 hari inflow berturut-turut ke ETF Bitcoin spot mereka. Untuk pertama kalinya sejak peluncuran produk pada Januari 2024, ETF ini mencatatkan outflow terbesar, menandakan perubahan dinamika di pasar crypto yang selama ini didominasi oleh optimisme institusional. Dengan nilai aset yang dikelola mencapai sekitar Rp1.120 triliun (setara dengan $70 miliar), langkah BlackRock ini menjadi sorotan utama pelaku pasar, investor, dan analis.

Apa yang Terjadi?

Menurut laporan Cointelegraph (1 Juni 2025), ETF Bitcoin spot BlackRock, yang dikenal sebagai iShares Bitcoin Trust (IBIT), mengalami penarikan dana signifikan pada 31 Mei 2025. Analis ETF terkemuka, Nate Geraci, melalui akun X-nya (@NateGeraci), menyebutkan bahwa outflow ini mengakhiri streak inflow yang telah membawa BlackRock mengelola kepemilikan Bitcoin senilai Rp1.120 triliun sejak peluncuran. Meskipun demikian, Geraci menegaskan bahwa minat institusional terhadap Bitcoin tetap kuat, dan outflow ini mungkin hanya mencerminkan penyesuaian portofolio sementara.

“Outflow ini bukan akhir dari cerita. BlackRock tetap menjadi pemain besar di pasar crypto, dan Bitcoin masih menjadi aset yang menarik bagi institusi,” kata Geraci dalam cuitannya.

Mengapa Ini Penting?

ETF Bitcoin spot BlackRock telah menjadi barometer utama adopsi crypto oleh institusi. Sejak diluncurkan, produk ini menarik perhatian karena mampu menarik aliran dana yang konsisten, bahkan di tengah volatilitas pasar. Rekor 31 hari inflow menunjukkan kepercayaan investor terhadap Bitcoin sebagai kelas aset yang sah. Namun, outflow terbesar ini memicu pertanyaan: apakah ini sinyal awal dari perubahan sentimen, atau sekadar jeda sementara dalam rally crypto?

Pasar crypto global sendiri masih menunjukkan tanda-tanda kekuatan. Berdasarkan data dari @Tokocrypto di X (31 Mei 2025), kapitalisasi pasar crypto mencapai Rp54.720 triliun, dengan Bitcoin diperdagangkan di kisaran Rp1.728 juta hingga Rp1.760 juta. Meskipun outflow dari ETF BlackRock menimbulkan kekhawatiran, harga Bitcoin tetap stabil, menunjukkan bahwa pasar mungkin tidak terlalu terpengaruh oleh peristiwa ini dalam jangka pendek.

Konteks Pasar yang Lebih Luas

Outflow dari ETF BlackRock terjadi di tengah sejumlah perkembangan lain di industri crypto. Misalnya, pada 31 Mei 2025, REXShares mengajukan prospektus untuk ETF staking berbasis Solana (SOL) dan Ethereum (ETH), menandakan terus berkembangnya produk investasi crypto yang diatur (*The Crypto Times*, 1 Juni 2025). Selain itu, RUU bipartisan “Digital Asset Market Clarity Act of 2025” (CLARITY Act) masih menjadi topik hangat, menjanjikan kejelasan regulasi yang dapat mendorong lebih banyak investasi institusional (*Coinpedia*, 31 Mei 2025).

Namun, tidak semua berita positif. Di Thailand, SEC setempat mengumumkan rencana untuk memblokir lima bursa crypto besar—Bybit, 1000X, CoinEx, OKX, dan XT—mulai 28 Juni 2025, karena masalah regulasi (*Coinpedia*, 31 Mei 2025). Langkah ini menunjukkan bahwa tantangan regulasi tetap menjadi hambatan di beberapa wilayah, yang dapat memengaruhi kepercayaan investor global.

Apa yang Mendorong Outflow?

Beberapa faktor mungkin berkontribusi pada outflow dari ETF BlackRock. Pertama, investor institusional mungkin melakukan profit-taking setelah kenaikan harga Bitcoin yang signifikan sepanjang 2025. Data CryptoQuant yang dikutip Cointelegraph (30 Mei 2025) menunjukkan penurunan inflow dari pemegang jangka panjang dan jangka pendek di bursa seperti Binance, yang mengindikasikan aktivitas profit-taking yang moderat. Kedua, ketidakpastian makroekonomi, seperti ekspektasi data inflasi AS yang akan dirilis, dapat mendorong investor untuk mengurangi eksposur mereka pada aset berisiko seperti crypto (*@indodax*, 31 Mei 2025).

Selain itu, kadaluarsa kontrak opsi crypto senilai lebih dari Rp187,2 triliun pada 31 Mei 2025 juga menciptakan tekanan pasar, yang mungkin memengaruhi keputusan investor untuk menarik dana dari ETF (*@indodax*, 31 Mei 2025). Meskipun demikian, stabilitas harga Bitcoin menunjukkan bahwa outflow ini tidak memicu kepanikan besar di pasar.

“Pasar crypto telah menunjukkan ketahanan luar biasa. Outflow dari ETF BlackRock adalah pengingat bahwa volatilitas adalah bagian dari permainan, tetapi tren jangka panjang tetap bullish,” ujar seorang analis pasar crypto di Cointelegraph.

Apa Artinya bagi Investor?

Bagi investor retail, outflow dari ETF BlackRock mungkin terlihat mengkhawatirkan, tetapi penting untuk melihat gambaran yang lebih besar. Minat institusional terhadap crypto tetap kuat, didukung oleh pengembangan produk seperti ETF staking dan kejelasan regulasi yang dijanjikan oleh CLARITY Act. Selain itu, sektor-sektor seperti AI Memes (ZBCN naik 118%, DOG naik 42%) menunjukkan bahwa pasar crypto masih memiliki banyak peluang untuk pertumbuhan (*@Tokocrypto*, 31 Mei 2025).

Di sisi lain, investor harus tetap waspada terhadap risiko. Langkah Thailand untuk memblokir bursa crypto menunjukkan bahwa regulasi dapat menjadi pedang bermata dua: memberikan kejelasan di satu sisi, tetapi juga membatasi akses di sisi lain. Selain itu, meningkatnya kekhawatiran tentang keamanan crypto, seperti risiko penculikan dan tebusan yang kini ditangani oleh perusahaan asuransi (*@JONDONI_CRYPTO*, 1 Juni 2025), menegaskan pentingnya manajemen risiko dalam investasi crypto.

Masa Depan ETF Bitcoin dan Pasar Crypto

Meskipun outflow dari ETF BlackRock menandai akhir dari streak inflow yang mengesankan, ini tidak berarti akhir dari dominasi institusional di pasar crypto. BlackRock tetap menjadi pemain kunci, dan produk ETF mereka masih menjadi salah satu yang paling likuid di pasar. Analis memperkirakan bahwa Bitcoin dapat mencapai Rp1.888 juta dalam waktu dekat jika sentimen bullish berlanjut (*Cointelegraph*, 30 Mei 2025).

Di sisi lain, kemunculan produk baru seperti ETF staking Solana dan Ethereum menunjukkan bahwa inovasi di ruang crypto terus berlanjut. Dengan dukungan dari tokoh politik seperti Nigel Farage di Inggris, yang mendorong legislasi pro-crypto (*Cryptonews*, 31 Mei 2025), pasar crypto global mungkin akan melihat lebih banyak adopsi di masa depan.

Kesimpulan

Outflow terbesar dari ETF Bitcoin BlackRock pada 31 Mei 2025 adalah peristiwa penting yang menarik perhatian pasar crypto. Meskipun mengakhiri rekor inflow 31 hari, peristiwa ini tidak mengubah fakta bahwa Bitcoin dan crypto secara keseluruhan tetap menjadi kelas aset yang menarik bagi investor institusional dan retail. Dengan harga Bitcoin yang stabil, perkembangan regulasi yang menjanjikan, dan inovasi produk investasi baru, pasar crypto terus menawarkan peluang sekaligus tantangan. Bagi investor, kunci sukses adalah tetap terinformasi, waspada terhadap risiko, dan memahami bahwa volatilitas adalah bagian dari perjalanan menuju adopsi massal crypto.

Berita Lainnya