Sepak Bola | MAKRO EKONOMI | TEKNOLOGI | AI dan robot | Crypto | EDUKASI
Boom and Bust: Kenapa Ekonomi Naik Turun dan Apa Dampaknya Buat Kita?
Ekonomi ibarat roller coaster—kadang naik cepat, kadang anjlok tak terduga. Fenomena “Boom and Bust” bukan sekadar istilah di buku teks, tapi sesuatu yang bisa berdampak langsung pada harga bahan pokok, cicilan rumah, hingga peluang kerja. Yuk pahami kenapa ekonomi bisa naik-turun seperti ini!
EDUKASIMAKRO EKONOMI
6/17/20252 min read


Istilah "Boom and Bust" mengacu pada siklus ekonomi yang berulang, di mana suatu negara atau wilayah mengalami masa pertumbuhan cepat (boom), yang kemudian diikuti oleh periode penurunan tajam (bust). Ini bukan fenomena baru—sejak ratusan tahun lalu, dunia telah melihat banyak contoh siklus ini, dari Depresi Besar 1930-an di Amerika Serikat hingga Krisis Moneter Asia 1997 yang mengguncang Indonesia.
Boom artinya pertumbuhan ekonomi pesat: lapangan kerja melimpah, investasi mengalir deras, bisnis berkembang. Tapi kadang pertumbuhan ini tidak seimbang, spekulatif, dan tidak berkelanjutan. Maka, datanglah "bust": resesi, inflasi tinggi, PHK massal, dan kehancuran pasar.
Fase Boom: Ketika Semua Terlihat Cerah
Pada masa boom, ekonomi terlihat sehat dan optimis. Ciri-cirinya meliputi:
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tinggi
Tingkat pengangguran rendah
Konsumen banyak belanja, bisnis ekspansi
Harga aset naik seperti properti dan saham
Misalnya, Indonesia pada periode 2010-2012 sempat menikmati fase boom mini, didorong oleh permintaan komoditas seperti batu bara dan kelapa sawit dari China dan India. Banyak perusahaan mengekspansi bisnis, dan nilai tukar rupiah relatif stabil.
Namun, dalam boom yang terlalu cepat atau tidak terkendali, bubble atau gelembung ekonomi bisa terbentuk—yakni ketika harga aset tidak mencerminkan nilai sebenarnya. Ini yang terjadi dalam krisis subprime mortgage di Amerika tahun 2008.
Fase Bust: Saat Euforia Berubah Jadi Krisis
Setelah puncak boom, biasanya muncul titik balik—ekonomi mulai melambat, lalu jatuh. Fase bust ditandai oleh:
PDB menyusut
PHK meningkat
Kredit macet
Investor panik
Nilai tukar anjlok, inflasi naik
Di Indonesia, salah satu contoh fase bust adalah Krisis Moneter 1997-1998, di mana rupiah jatuh drastis dari sekitar 2.500 per USD menjadi lebih dari 15.000. Harga barang melonjak, tabungan menipis, dan jutaan orang jatuh miskin dalam waktu singkat.
Penyebab Siklus Boom & Bust
Siklus ini bisa dipicu oleh banyak hal, antara lain:
1. Kebijakan Moneter yang Longgar
Saat suku bunga terlalu rendah dan kredit terlalu mudah diakses, orang cenderung berutang lebih banyak. Ini memicu konsumsi dan investasi berlebihan—yang kemudian berbalik menjadi krisis ketika utang tak bisa dibayar.
2. Spekulasi dan Bubble
Ketika orang membeli aset hanya karena harganya terus naik (bukan karena nilainya), gelembung terbentuk. Ketika bubble pecah, harga jatuh dan krisis terjadi.
3. Guncangan Eksternal
Contohnya pandemi COVID-19 yang mengganggu rantai pasokan global, atau perang Rusia-Ukraina yang memicu lonjakan harga energi. Hal-hal seperti ini bisa mempercepat masuknya ke fase bust.
4. Ketergantungan Ekspor
Indonesia sangat tergantung pada ekspor komoditas seperti batu bara, nikel, dan kelapa sawit. Ketika permintaan dari China atau negara besar lain menurun, ekonomi langsung terdampak.
Bagaimana Dampaknya untuk Indonesia?
1. Harga Barang
Boom bisa bikin harga naik karena permintaan meningkat. Tapi saat bust, harga bisa melonjak akibat nilai tukar rupiah melemah atau barang impor lebih mahal.
🏘️ 2. Akses Kredit dan Properti
Ketika ekonomi booming, bank lebih mudah kasih pinjaman. Tapi di saat bust, suku bunga bisa naik, dan kredit macet jadi risiko.
3. Kesempatan Kerja
Boom biasanya menciptakan lapangan kerja. Tapi saat bust, banyak perusahaan melakukan efisiensi dan PHK massal.
Apa yang Bisa Dilakukan Pemerintah?
Diversifikasi Ekonomi
Indonesia tak bisa selamanya bergantung pada batu bara atau CPO. Sektor industri, teknologi, dan pariwisata perlu diperkuat agar ekonomi lebih tahan banting.
Kebijakan Fiskal dan Moneter Antisipatif
Bank Indonesia harus cermat dalam menetapkan suku bunga. Pemerintah juga perlu menyiapkan anggaran cadangan untuk stimulus jika ekonomi melambat.
Perlindungan Sosial
Saat bust terjadi, rakyat kecil paling terdampak. Maka program bantuan langsung, subsidi UMKM, dan pelatihan kerja harus digencarkan.
Apa yang Bisa Kita Lakukan Sebagai Masyarakat?
Hidup hemat saat boom, siapkan dana darurat
Investasi bijak, jangan ikut-ikutan tren semata
Cari sumber penghasilan ganda, misalnya usaha kecil atau kerja freelance
Upgrade skill, agar tetap relevan di dunia kerja saat ekonomi berubah
Boom & Bust Adalah Bagian dari Siklus Ekonomi
Ekonomi dunia dan nasional akan selalu mengalami naik-turun. Yang bisa kita lakukan adalah memahami pola-pola ini, dan bersiap ketika siklus berbalik arah.
Boom bisa bikin kita optimis, tapi jangan terlena. Dan saat bust datang, jangan panik—karena itu bukan akhir, melainkan bagian dari perjalanan menuju siklus berikutnya.
Berita Lainnya
NuntiaNews
Informasi terbaru tentang Teknologi terbaru seperti AI, Crypto dan Robot, Makro Ekonomi serta Edukasi
HALAMAN
Analisis
© 2025 NuntiaNews. All rights reserved.