Sepak Bola | MAKRO EKONOMI | TEKNOLOGI | AI dan robot | Crypto | EDUKASI
Dana Abadi Negara Siapkan Investasi Teknologi: Dukung Merger Raksasa Digital
Indonesia Investment Authority (INA) atau Dana Abadi Negara sedang mempersiapkan langkah besar dengan mengincar investasi strategis di sektor teknologi, termasuk kemungkinan keterlibatan dalam merger antara dua unicorn digital terbesar: Grab dan GoTo. Langkah ini menandai komitmen Indonesia dalam memperkuat posisi di sektor teknologi dan kecerdasan buatan (AI), sekaligus mendiversifikasi portofolio investasi negara.
MAKRO EKONOMIINVESTASI
6/9/20253 min read


Indonesia Investment Authority (INA), lembaga pengelola dana abadi negara, tengah mengkaji peluang investasi besar di sektor teknologi, sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk mendukung transformasi ekonomi digital nasional. Salah satu langkah yang sedang dipertimbangkan adalah masuknya dana negara ke dalam skema merger antara dua raksasa digital Asia Tenggara, Grab dan GoTo.
Menurut sumber yang dikutip oleh Financial Times dan Bloomberg Asia, INA membuka peluang untuk mengambil saham minoritas strategis jika proses merger antara Grab dan GoTo berjalan lancar. Meski keputusan final belum diumumkan secara resmi, kabar ini telah menarik perhatian pasar karena akan menciptakan kolaborasi besar yang dapat mengubah lanskap ekosistem digital di kawasan.
“Kami ingin menjadi mitra jangka panjang dalam sektor-sektor yang membawa dampak ekonomi dan strategis ke depan, termasuk teknologi, AI, dan logistik,” ujar Ridha Wirakusumah, CEO INA, dalam sebuah pernyataan terbuka pekan ini.
Merger Grab-GoTo: Momentum Strategis
Merger antara Grab dan GoTo dipandang sebagai manuver strategis dalam menghadapi tantangan profitabilitas yang selama ini menghantui sektor teknologi. Gabungan dari dua entitas tersebut akan membentuk salah satu perusahaan teknologi terbesar di Asia Tenggara, dengan cakupan layanan yang meliputi ride-hailing, pengiriman makanan, e-commerce, dan pembayaran digital.
Indonesia, sebagai pasar utama bagi kedua perusahaan, memiliki kepentingan strategis dalam kelangsungan dan pertumbuhan entitas gabungan tersebut. Dengan dukungan INA, merger ini dapat melahirkan sinergi yang lebih kuat dan menciptakan ekosistem digital yang lebih kompetitif dan inklusif.
Fokus Baru: AI, Cloud, dan Infrastruktur Digital
Tak hanya dalam merger, INA juga tengah mengeksplorasi investasi di sektor kecerdasan buatan (AI), cloud computing, dan infrastruktur digital, sejalan dengan kebijakan transformasi digital nasional. Pemerintah Indonesia melihat teknologi sebagai tulang punggung pertumbuhan ekonomi masa depan dan mendorong kerja sama lintas sektor antara lembaga publik dan swasta.
Pada kuartal pertama 2025, INA telah menandatangani nota kesepahaman dengan beberapa perusahaan teknologi global untuk mengeksplorasi pengembangan pusat data (data center) berbasis energi terbarukan di Jawa Barat dan Kalimantan. Proyek ini ditargetkan dapat menarik investasi senilai lebih dari Rp20 triliun dalam lima tahun ke depan.
“Investasi dalam teknologi tidak hanya soal keuntungan finansial, tapi juga pengaruh jangka panjang pada daya saing nasional,” ujar Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan RI, yang juga menjadi pengawas utama dalam pengelolaan INA.
Portofolio INA: Dari Infrastruktur ke Teknologi
Sejak didirikan pada awal 2021, INA telah mengelola lebih dari Rp136 triliun aset dan terus memperluas portofolio dari sektor infrastruktur, jalan tol, dan logistik, ke sektor energi dan kini teknologi. Langkah terbaru ini menunjukkan evolusi strategi INA yang tidak lagi hanya berfokus pada aset fisik tetapi juga pada aset digital dan intelektual.
Menurut laporan terbaru dari INA, sektor teknologi menjadi salah satu dari tiga fokus utama investasi pada 2025–2026, bersama dengan energi hijau dan transportasi berkelanjutan.
Dampak Ekonomi dan Digitalisasi Nasional
Masuknya dana abadi negara ke sektor teknologi dipandang sebagai sinyal kuat dari pemerintah terhadap dukungan transformasi digital nasional. Investasi ini diharapkan tidak hanya memperkuat posisi Indonesia di kancah teknologi Asia Tenggara, tetapi juga menciptakan efek berganda (multiplier effect) seperti penciptaan lapangan kerja baru, mendorong startup lokal, dan memperluas akses teknologi ke pelosok negeri.
Di tengah ketidakpastian global dan pelemahan ekonomi akibat tensi geopolitik dan perlambatan di negara-negara mitra dagang utama seperti China dan Uni Eropa, Indonesia mengambil pendekatan proaktif melalui investasi strategis domestik.
Tantangan dan Risiko
Meski memiliki potensi besar, langkah investasi di sektor teknologi juga mengandung tantangan signifikan. Volatilitas valuasi startup, risiko teknologi yang cepat berubah, serta persaingan regional yang ketat menjadi perhatian utama. Namun, INA telah menyatakan bahwa semua keputusan investasi akan dilakukan melalui penilaian risiko yang ketat dan transparan, dengan prinsip kehati-hatian.
Negara Sebagai Investor Strategis
Langkah INA mengincar sektor teknologi — baik melalui peluang merger Grab-GoTo, proyek pusat data, maupun AI — menunjukkan perubahan paradigma bahwa negara tidak hanya berfungsi sebagai regulator dan fasilitator, tetapi juga sebagai investor strategis. Jika dikelola dengan baik, pendekatan ini dapat memperkuat daya saing nasional dan menciptakan fondasi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Indonesia kini berada di persimpangan penting: antara potensi digital yang luas dan kebutuhan akselerasi. Kehadiran Dana Abadi Negara di pusat strategi ini bukan hanya simbol kebijakan modern, tapi juga bukti konkret bahwa masa depan ekonomi Indonesia ada di tangan inovasi.
Berita Lainnya
NuntiaNews
Informasi terbaru tentang Teknologi terbaru seperti AI, Crypto dan Robot, Makro Ekonomi serta Edukasi
HALAMAN
Analisis
© 2025 NuntiaNews. All rights reserved.