DigiAsia Siap Investasi Rp1,6 Triliun dalam Bitcoin

Perusahaan fintech Indonesia, DigiAsia, mengumumkan rencana ambisius untuk mengumpulkan dana hingga Rp1,6 triliun guna membeli Bitcoin. Langkah ini menandai kepercayaan jangka panjang terhadap crypto di tengah meningkatnya adopsi aset digital secara global.

CRYPTOBITCOIN

5/20/20253 min read

DigiAsia Siap Investasi Rp1,6 Triliun dalam Bitcoin | NuntiaNews
DigiAsia Siap Investasi Rp1,6 Triliun dalam Bitcoin | NuntiaNews

Di tengah naik turunnya harga crypto dan dinamika pasar global, satu nama dari Indonesia mencuri perhatian komunitas keuangan internasional: DigiAsia. Perusahaan fintech ini, yang telah tercatat di Bursa Nasdaq, mengumumkan rencana investasi besar-besaran dalam Bitcoin — senilai Rp1,6 triliun (sekitar 100 juta dolar AS). Rencana ini bukan hanya menjadi gebrakan dalam lanskap keuangan digital nasional, tetapi juga menandai kehadiran Indonesia dalam peta investasi crypto dunia.

Langkah berani DigiAsia ini diumumkan pada 20 Mei 2025, bersamaan dengan meningkatnya harga Bitcoin yang kembali mendekati rekor tertinggi. Harga crypto tersebut saat ini berada di kisaran Rp1,7 miliar per koin, menegaskan kembali bahwa daya tarik aset digital belum luntur, bahkan setelah serangkaian turbulensi pasar global dalam beberapa tahun terakhir.

Strategi yang Tak Biasa: Laba Dialihkan ke Crypto

Yang membuat strategi DigiAsia semakin menarik adalah keputusannya untuk mengalokasikan 50% dari laba bersihnya ke Bitcoin. Artinya, perusahaan tidak hanya berinvestasi dalam crypto sebagai aset pelindung nilai, tetapi juga menjadikannya bagian inti dari strategi pertumbuhan jangka panjang. Model ini mencerminkan kepercayaan mendalam bahwa crypto bukan sekadar tren sesaat, melainkan bagian dari masa depan sistem keuangan global.

CEO DigiAsia, Alexander Rusli, menyatakan bahwa keputusan ini lahir dari kebutuhan untuk mendiversifikasi portofolio perusahaan dan memanfaatkan momentum adopsi digital yang terus meningkat, baik di Asia Tenggara maupun secara global.

“Kami melihat crypto, khususnya Bitcoin, sebagai penyimpan nilai jangka panjang. Ini bukan spekulasi, ini adalah bagian dari evolusi keuangan yang tak terhindarkan,” ujar Rusli dalam wawancara dengan The Defiant.

Mengapa Bitcoin?

Keputusan DigiAsia untuk memfokuskan investasinya pada Bitcoin bukan tanpa alasan. Bitcoin adalah crypto dengan kapitalisasi pasar terbesar dan memiliki likuiditas serta infrastruktur yang paling matang di antara aset digital lainnya. Dengan jaringan global yang luas, adopsi institusional yang terus tumbuh, serta citranya sebagai "emas digital", Bitcoin dianggap sebagai pilihan paling stabil dan terpercaya dalam dunia crypto.

Selain itu, laporan dari berbagai lembaga keuangan besar seperti Standard Chartered dan BlackRock memperkirakan bahwa harga Bitcoin bisa menembus Rp3 miliar per koin dalam beberapa tahun ke depan, menjadikannya aset yang sangat menarik dari perspektif investasi jangka panjang.

Posisi Indonesia di Dunia Crypto

Indonesia sejauh ini dikenal memiliki ekosistem pengguna crypto yang besar, namun jumlah perusahaan lokal yang berani tampil di panggung global masih relatif sedikit. Langkah DigiAsia bisa menjadi pemicu (trigger) yang mendorong lebih banyak pemain nasional untuk mengambil posisi strategis dalam dunia crypto.

Dengan regulasi dari Bappebti (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi) yang semakin progresif, serta minat yang tinggi dari generasi muda, Indonesia berada dalam posisi yang sangat strategis untuk menjadi pusat inovasi crypto di Asia Tenggara.

Dukungan Investor dan Kepercayaan Pasar

Pasar merespons positif pengumuman DigiAsia. Saham perusahaan tersebut sempat naik 8% dalam satu hari setelah rencana investasi diumumkan. Investor institusional dari Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura juga dilaporkan menunjukkan minat untuk ikut serta dalam penggalangan dana senilai Rp1,6 triliun tersebut.

Tak hanya itu, DigiAsia juga disebut tengah menjajaki kerja sama dengan beberapa penyedia dompet crypto internasional untuk memperluas integrasi sistem pembayaran mereka dengan aset digital.

Risiko dan Tantangan

Meski menjanjikan, langkah DigiAsia tentu tidak bebas risiko. Volatilitas pasar crypto yang tinggi bisa memengaruhi neraca perusahaan dalam jangka pendek. Belum lagi tekanan dari regulator global yang terus berkembang dan bisa saja berdampak pada ketersediaan akses serta nilai aset crypto di masa mendatang.

Namun, pihak manajemen DigiAsia tampaknya sudah menyiapkan mitigasi risiko dengan membentuk divisi khusus untuk mengelola investasi crypto mereka. Divisi ini disebut akan bekerja sama dengan analis dan konsultan dari perusahaan manajemen aset ternama di AS.

Apa Artinya Bagi Industri Fintech Lokal?

Rencana investasi besar DigiAsia bisa membuka jalan bagi perusahaan fintech lain di Indonesia untuk mempertimbangkan crypto sebagai bagian dari strategi mereka. Dengan banyaknya startup lokal yang fokus pada pembayaran digital, remitansi, dan pinjaman peer-to-peer, adopsi crypto bisa menjadi diferensiasi penting dalam menghadapi persaingan regional.

Jika DigiAsia berhasil membuktikan bahwa integrasi aset digital dengan layanan fintech dapat menghasilkan keuntungan dan efisiensi, bukan tidak mungkin akan muncul "efek domino" di mana startup lokal lain mulai mengikuti jejak serupa.

Kesimpulan: Era Baru Fintech Indonesia

DigiAsia bukan hanya membeli Bitcoin — mereka membeli masa depan. Di tengah ketidakpastian global dan transformasi sistem keuangan dunia, langkah perusahaan ini menjadi simbol kepercayaan bahwa crypto bukan hanya aset spekulatif, tetapi bagian dari infrastruktur keuangan masa depan.

Dengan keberanian untuk melangkah lebih dulu, DigiAsia tak hanya membuka pintu bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi Indonesia untuk menjadi pemain yang diperhitungkan dalam ekonomi digital global.

Berita Lainnya