Fondasi Ekonomi AS Mulai Retak: Sinyal Peringatan dari Dalam Negeri

Di tengah optimisme pasar saham, sejumlah indikator ekonomi Amerika Serikat mulai menunjukkan gejala kerapuhan. Konsumsi melambat, belanja pemerintah tersendat, dan sektor manufaktur mengalami kontraksi. Para ekonom mulai mempertanyakan ketahanan pertumbuhan AS ke depan.

MAKRO EKONOMI

6/29/20252 min read

Fondasi Ekonomi AS Mulai Retak: Sinyal Peringatan dari Dalam Negeri | NuntiaNews
Fondasi Ekonomi AS Mulai Retak: Sinyal Peringatan dari Dalam Negeri | NuntiaNews

Washington D.C., 29 Juni 2025 – Meski bursa saham masih mencatat rekor, suara-suara peringatan mulai terdengar dari balik gemerlap angka indeks. Sejumlah indikator utama menunjukkan bahwa fondasi ekonomi Amerika Serikat mulai mengalami tekanan yang mengkhawatirkan.

Perekonomian terbesar dunia ini, yang selama beberapa tahun terakhir tampil sebagai jangkar pertumbuhan global, kini menghadapi ancaman perlambatan yang lebih serius. Dari penurunan konsumsi rumah tangga hingga kekhawatiran atas utang pemerintah federal, para analis kini mempertanyakan: apakah ekonomi AS benar-benar sekuat yang terlihat?

📉 Konsumsi Melambat: Alarm dari Kelas Menengah

Data terbaru dari Biro Analisis Ekonomi menunjukkan bahwa belanja konsumen hanya tumbuh 0,2% pada bulan Mei 2025—angka terendah dalam 15 bulan terakhir. Konsumsi, yang menyumbang lebih dari dua pertiga dari PDB AS, mulai terdampak oleh inflasi residu, kenaikan biaya kredit, dan ketidakpastian pekerjaan di sektor-sektor non-teknologi.

Salah satu indikator yang paling mencolok adalah menurunnya penjualan ritel secara tahunan di berbagai wilayah suburban, serta melonjaknya tingkat tunggakan kartu kredit yang kini mencapai 4,3%—angka tertinggi sejak 2010.

🏗️ Investasi & Sektor Riil Menyusut

Selain konsumsi, sektor investasi juga mulai menunjukkan sinyal pelemahan. Pengeluaran untuk mesin dan peralatan industri turun 1,1% secara kuartalan, sementara aktivitas manufaktur terkontraksi selama tiga bulan berturut-turut. Data Purchasing Managers' Index (PMI) dari S&P Global berada di level 47,8—di bawah ambang batas pertumbuhan 50 poin.

Sektor properti komersial juga belum pulih, dengan tingkat kekosongan perkantoran di kota-kota besar seperti New York dan San Francisco mencapai lebih dari 25%.

🏛️ Utang Federal & Ketegangan Fiskal

Sementara itu, beban utang pemerintah federal AS terus meningkat. Dengan rasio utang terhadap PDB mendekati 130%, pasar mulai memperkirakan tekanan yang akan muncul terhadap kebijakan fiskal di tahun politik ini.

Dalam pidato baru-baru ini, Menteri Keuangan Janet Yellen mengakui bahwa “kombinasi antara belanja warisan pandemi dan beban bunga utang yang meningkat akan membatasi ruang fiskal dalam jangka menengah.”

Upaya Kongres untuk menyeimbangkan neraca fiskal terhambat oleh tarik-menarik antara kubu Partai Republik dan Demokrat, terutama terkait alokasi anggaran sosial dan pertahanan.

🏦 Ketidakpastian di Federal Reserve

Dari sisi kebijakan moneter, The Fed kini berada dalam dilema. Inflasi telah melambat ke kisaran 2,6%, namun target utama belum sepenuhnya tercapai. Di sisi lain, pelonggaran suku bunga dianggap berisiko karena dapat kembali memicu gelembung aset.

Ketua The Fed, Jerome Powell, dalam pertemuan Sintra pekan lalu, menyatakan bahwa “kebijakan moneter harus tetap fleksibel dan berhati-hati.” Namun pelaku pasar menilai ini sebagai sinyal bahwa The Fed belum yakin arah pemangkasan suku bunga di semester kedua 2025.

💹 Pasar Saham: Optimisme yang Rapuh?

Meski laporan ekonomi mulai suram, indeks S&P 500 dan Nasdaq tetap menguat. Banyak analis mengaitkan ini dengan euforia seputar saham-saham teknologi dan kecerdasan buatan (AI), yang menopang indeks meskipun sektor lainnya melemah.

Namun beberapa investor besar mulai mengambil langkah defensif. Dana pensiun dan manajer aset global mengalihkan sebagian portofolionya ke emas dan surat utang jangka panjang, sebagai langkah antisipasi terhadap potensi “hard landing”.

🌍 Dampak Global & Respons Internasional

Ketidakpastian di AS tidak hanya berdampak domestik. Pasar global, khususnya di Asia dan Eropa, juga mulai berhati-hati terhadap kemungkinan perlambatan AS. Nilai tukar rupiah, euro, dan yuan sempat mengalami volatilitas terhadap dolar, mencerminkan ketergantungan yang tinggi terhadap arah kebijakan ekonomi AS.

China sendiri, dalam forum ekonomi baru-baru ini, menyatakan kesiapan untuk meningkatkan konsumsi domestik guna mengurangi ketergantungan terhadap ekspor ke AS.

📊 Kesimpulan: Fondasi Retak, Tapi Belum Runtuh

Meski belum memasuki resesi, sejumlah sinyal awal menunjukkan bahwa ekonomi Amerika Serikat sedang menghadapi tekanan struktural yang tidak bisa diabaikan. Jika konsumsi tidak pulih, sektor riil tidak stabil, dan kebijakan fiskal tidak konsisten, maka potensi pelemahan lanjutan bisa menjadi kenyataan dalam waktu dekat.

Pemerintah, bank sentral, dan pelaku pasar harus bersiap menghadapi masa penuh ketidakpastian ini dengan strategi yang lebih hati-hati dan koordinasi yang lebih erat.

Berita Lainnya