Indonesia Dekati Finalisasi Perjanjian Perdagangan Bebas dengan Uni Eropa

Pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa negosiasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (Comprehensive Economic Partnership Agreement/CEPA) dengan Uni Eropa telah memasuki tahap akhir dan ditargetkan rampung sebelum akhir Juni 2025. Ini merupakan terobosan besar dalam diplomasi ekonomi Indonesia, yang telah berjuang selama lebih dari satu dekade untuk memperluas akses pasarnya ke kawasan Eropa.

MAKRO EKONOMI

6/8/20252 min read

Indonesia Dekati Finalisasi Perjanjian Perdagangan Bebas dengan Uni Eropa | NuntiaNews
Indonesia Dekati Finalisasi Perjanjian Perdagangan Bebas dengan Uni Eropa | NuntiaNews

Langkah Besar Menuju Era Baru Perdagangan

Setelah lebih dari 15 putaran negosiasi yang melelahkan sejak 2016, kedua belah pihak kini dikabarkan hanya tinggal menyelesaikan sejumlah klausul teknis terakhir. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa penyelesaian CEPA akan menjadi momentum penting untuk menumbuhkan ekspor Indonesia secara signifikan.

“Perjanjian ini akan menghapus sekitar 80% bea masuk ekspor utama Indonesia ke Uni Eropa. Ini artinya peluang emas bagi produk kita seperti minyak kelapa sawit, hasil perikanan, tekstil, hingga produk manufaktur,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (7/6).

CEPA juga mencakup komitmen dari Uni Eropa untuk menghapus sejumlah hambatan non-tarif yang selama ini dianggap menyulitkan pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia.

Peluang Besar bagi UMKM dan Industri Nasional

Menurut data dari Kementerian Perdagangan, Uni Eropa saat ini adalah mitra dagang terbesar kelima bagi Indonesia, dengan nilai perdagangan mencapai lebih dari Rp550 triliun per tahun. Namun, neraca perdagangan kerap tidak seimbang karena sebagian besar produk yang diekspor Indonesia tergolong komoditas mentah atau bernilai tambah rendah.

Dengan CEPA, pemerintah berharap bisa meningkatkan proporsi produk manufaktur dan bernilai tambah tinggi dalam ekspor ke Eropa.

“UMKM yang selama ini kesulitan masuk ke pasar Eropa karena regulasi ketat, kini punya harapan baru. Peluang terbuka untuk produk seperti kopi, kerajinan tangan, tekstil, makanan olahan, dan furnitur rotan,” ungkap Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Didi Sumedi.

CEPA juga akan memperkuat kerja sama teknis, termasuk pelatihan, sertifikasi kualitas produk, dan penguatan rantai pasok industri hijau—bidang yang menjadi prioritas di kawasan Eropa.

Tantangan dan Kritik: Isu Sawit dan Ketahanan Pasar Lokal

Namun, tidak semua pihak menyambut CEPA dengan antusias. Kalangan LSM dan kelompok tani menyuarakan kekhawatiran bahwa penghapusan hambatan tarif bisa membuat pasar domestik dibanjiri produk Eropa, terutama produk pangan dan olahan susu.

Di sisi lain, isu diskriminasi terhadap minyak sawit Indonesia oleh beberapa negara anggota Uni Eropa juga belum sepenuhnya selesai. Beberapa LSM Eropa masih menekan Komisi Eropa untuk memasukkan ketentuan lingkungan yang ketat dalam CEPA.

Pemerintah Indonesia sendiri menegaskan bahwa tidak akan mengorbankan kepentingan nasional dalam kesepakatan ini.

“Kami pastikan CEPA bersifat adil dan saling menguntungkan. Tidak akan ada satu sektor pun yang dirugikan tanpa mitigasi,” tegas Airlangga.

Dampak Jangka Menengah: Lonjakan Ekspor & Investasi

Lembaga riset ekonomi Center for Strategic and International Studies (CSIS) memproyeksikan bahwa ekspor Indonesia ke Uni Eropa bisa meningkat hingga 50% dalam 3–4 tahun setelah CEPA berlaku penuh. Industri seperti elektronik, pakaian jadi, serta makanan dan minuman olahan dinilai akan menjadi sektor paling diuntungkan.

Selain itu, investasi dari Eropa ke Indonesia juga diprediksi melonjak. Perusahaan Eropa disebut tertarik menjadikan Indonesia sebagai hub manufaktur dan logistik regional, terutama dengan posisi geografis strategis dan bonus demografi yang dimiliki.

Menuju Integrasi Ekonomi Global yang Lebih Dalam

Finalisasi CEPA bukan hanya soal menghapus tarif atau meningkatkan perdagangan. Ini merupakan simbol dari kepercayaan internasional terhadap stabilitas dan potensi ekonomi Indonesia. Di tengah ketegangan geopolitik dan tren proteksionisme global, kesepakatan ini menjadi penanda bahwa Indonesia tetap berkomitmen pada keterbukaan dan pertumbuhan inklusif.

Dengan strategi komunikasi yang tepat, dukungan terhadap pelaku usaha lokal, dan kebijakan industri yang terintegrasi, CEPA bisa menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

Berita Lainnya