Indonesia Perkuat Kerja Sama Ekonomi dengan Libya dan Tunisia: Membuka Babak Baru Diplomasi Global

Indonesia memperluas jangkauan diplomasi ekonominya dengan mempererat hubungan dagang dan investasi bersama Libya dan Tunisia. Upaya ini diharapkan membuka peluang baru di kawasan Afrika Utara.

MAKRO EKONOMI

4/28/20253 min read

Indonesia Perkuat Kerja Sama Ekonomi dengan Libya dan Tunisia: Membuka Babak Baru Diplomasi Global | NuntiaNews
Indonesia Perkuat Kerja Sama Ekonomi dengan Libya dan Tunisia: Membuka Babak Baru Diplomasi Global | NuntiaNews

Indonesia terus memperluas jangkauan diplomasi ekonominya. Pada 28 April 2025, Kementerian Luar Negeri Indonesia mengumumkan upaya konkret untuk mempererat kerja sama ekonomi dengan dua negara penting di Afrika Utara: Libya dan Tunisia. Langkah ini menjadi bagian dari strategi pemerintah dalam memperluas akses pasar non-tradisional sekaligus memperdalam hubungan strategis antarnegara berkembang.

Dalam kunjungan resmi ke Tripoli dan Tunis pekan ini, delegasi Indonesia yang dipimpin Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Nugraha Mansury bertemu dengan para pejabat tinggi, pengusaha, dan komunitas bisnis lokal. Agenda utama meliputi peningkatan volume perdagangan, investasi di sektor energi dan konstruksi, serta pengembangan kerja sama pendidikan dan teknologi.

"Libya dan Tunisia memiliki potensi besar yang belum sepenuhnya tergarap. Indonesia ingin menjadi mitra strategis dalam pertumbuhan ekonomi kedua negara tersebut," ujar Pahala dalam konferensi pers virtual, Minggu (28/4/2025).

Peluang Bisnis di Libya dan Tunisia

Khusus di Libya, fokus utama kerja sama adalah sektor energi dan infrastruktur. Sebagai negara yang tengah membangun kembali perekonomiannya pasca-konflik, Libya menawarkan peluang besar bagi perusahaan konstruksi, energi, dan logistik asal Indonesia.

Pemerintah Libya menyatakan ketertarikannya untuk melibatkan perusahaan Indonesia dalam proyek-proyek pembangunan kembali jalan, pelabuhan, dan pembangkit listrik. Selain itu, ada potensi pengembangan kerja sama di bidang energi terbarukan, mengingat Libya mulai serius melakukan diversifikasi energi di luar minyak.

Baca juga Berita Makro Ekonomi Lainnya DISINI

Sementara di Tunisia, fokus kerja sama lebih banyak diarahkan ke sektor perdagangan, industri makanan halal, tekstil, dan teknologi digital. Tunisia, sebagai salah satu negara dengan perekonomian terbuka di Afrika, menawarkan peluang besar dalam perluasan ekspor produk unggulan Indonesia seperti karet, tekstil, produk makanan olahan, serta layanan berbasis teknologi.

Duta Besar Indonesia untuk Tunisia, Zuhairi Misrawi, menekankan pentingnya momentum ini. "Indonesia dan Tunisia memiliki hubungan historis yang kuat. Sekarang saatnya kita memperkuat hubungan itu melalui kerja sama ekonomi konkret yang saling menguntungkan," ujarnya.

Target Peningkatan Perdagangan

Saat ini, total perdagangan Indonesia dengan Libya dan Tunisia masih relatif kecil dibandingkan negara mitra dagang lainnya. Pada 2024, nilai perdagangan Indonesia-Libya tercatat sekitar US$78 juta, sedangkan dengan Tunisia sekitar US$120 juta.

Pemerintah Indonesia menargetkan peningkatan nilai perdagangan masing-masing sebesar 50% dalam tiga tahun ke depan. Untuk mencapai target tersebut, beberapa inisiatif konkret sedang dijalankan, antara lain:

  • Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) di bidang perdagangan dan investasi.

  • Pembukaan kantor perwakilan dagang Indonesia di Tunis.

  • Peningkatan partisipasi dalam pameran perdagangan dan forum bisnis di Afrika Utara.

  • Penawaran program pelatihan dan transfer teknologi untuk sektor industri strategis di kedua negara.


Baca juga Berita Edukasi Lainnya DISINI

Diplomasi Ekonomi sebagai Pilar Utama

Langkah memperkuat kerja sama dengan Libya dan Tunisia merupakan bagian dari strategi diplomasi ekonomi Indonesia yang semakin agresif di era Presiden Joko Widodo. Fokus pemerintah kini bukan hanya mengandalkan pasar tradisional seperti ASEAN, Tiongkok, Jepang, dan Eropa, melainkan juga mencari pasar baru yang memiliki potensi pertumbuhan tinggi.

“Diversifikasi pasar ini sangat penting untuk menjaga ketahanan ekonomi nasional terhadap gejolak global,” ujar Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, Abdul Kadir Jailani.

Selain itu, Indonesia juga berupaya memperkuat posisinya di berbagai forum multilateral, termasuk Organisation of Islamic Cooperation (OIC) dan Gerakan Non-Blok, di mana kerja sama ekonomi dengan negara-negara Afrika kerap menjadi agenda prioritas.

Tantangan dan Prospek

Tentu saja, memperluas kerja sama di kawasan Afrika Utara tidak lepas dari tantangan, termasuk stabilitas politik yang fluktuatif di beberapa negara, kompleksitas regulasi, serta perbedaan budaya bisnis. Namun, pemerintah optimistis bahwa dengan pendekatan berbasis kerja sama saling menguntungkan, semua tantangan ini bisa diatasi.

Para pelaku usaha Indonesia pun menyambut baik upaya ini. “Libya dan Tunisia adalah pasar yang menjanjikan. Kami butuh dukungan konkret dari pemerintah untuk membuka jalan,” ujar Santoso Wijaya, Ketua Asosiasi Eksportir Indonesia.

Ke depan, Indonesia berencana membentuk tim kerja khusus untuk memantau implementasi kesepakatan kerja sama ini dan memastikan tindak lanjutnya berjalan efektif.

Baca juga Berita Menarik Lainnya DISINI

Penutup

Dengan langkah strategis memperkuat kerja sama ekonomi bersama Libya dan Tunisia, Indonesia membuktikan diri sebagai negara yang adaptif dan visioner dalam menghadapi tantangan global. Inisiatif ini bukan hanya soal meningkatkan perdagangan, tetapi juga membangun jembatan solidaritas ekonomi antarnegara berkembang untuk masa depan yang lebih inklusif.

Masa depan hubungan ekonomi Indonesia dengan Afrika Utara pun kini tampak lebih cerah — penuh potensi dan harapan.

Berita Lainnya