Sepak Bola | MAKRO EKONOMI | TEKNOLOGI | AI dan robot | Crypto | EDUKASI
Indonesia Siapkan Stimulus Ekonomi
Pemerintah Indonesia tengah menyiapkan paket stimulus ekonomi guna mendorong konsumsi masyarakat di tengah tekanan global. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap perlambatan ekonomi dan ketidakpastian global yang masih membayangi.
MAKRO EKONOMI
5/26/20253 min read


Jakarta, 26 Mei 2025 – Pemerintah Indonesia tengah merancang serangkaian kebijakan stimulus ekonomi yang ditujukan untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan menggerakkan roda konsumsi domestik. Langkah ini dianggap strategis dalam menjaga pertumbuhan ekonomi nasional di tengah perlambatan global dan tekanan geopolitik yang belum mereda.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyampaikan bahwa paket stimulus tersebut akan difokuskan pada tiga sektor utama: bantuan sosial langsung, insentif fiskal untuk pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM), serta stimulus pajak yang menyasar sektor konsumtif.
Latar Belakang: Konsumsi yang Melemah dan Tekanan Eksternal
Sejak awal tahun 2025, pertumbuhan konsumsi rumah tangga—yang menyumbang sekitar 55% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia—terlihat melambat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pertumbuhan konsumsi rumah tangga hanya mencapai 4,5% pada kuartal pertama 2025, turun dibandingkan kuartal sebelumnya yang berada di angka 5%.
Fenomena ini disebabkan oleh berbagai faktor. Kenaikan harga pangan, energi, serta tingginya suku bunga global telah berdampak pada daya beli masyarakat. Selain itu, ketegangan geopolitik yang berkepanjangan dan perlambatan ekonomi Tiongkok turut memberikan efek domino terhadap ekspor dan investasi, yang akhirnya turut menggerus kepercayaan konsumen domestik.
Detail Stimulus: Dari BLT hingga Pajak Nol Persen
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan bahwa bentuk stimulus akan beragam, menyesuaikan dengan segmentasi masyarakat dan sektor usaha yang terdampak. Salah satu rencana yang sedang difinalisasi adalah perluasan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada 20 juta rumah tangga berpendapatan rendah.
"Kami ingin memastikan masyarakat memiliki ruang untuk tetap berbelanja, khususnya dalam memenuhi kebutuhan pokok. Oleh karena itu, selain BLT, kami juga menyiapkan skema subsidi pangan langsung melalui e-wallet agar distribusinya lebih cepat dan tepat sasaran," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers, Senin (26/5).
Selain itu, pemerintah juga akan memberikan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk produk-produk rumah tangga esensial seperti sembako, obat generik, dan produk kebersihan pribadi. Kebijakan ini diharapkan dapat menurunkan harga barang dan mendorong masyarakat untuk kembali belanja.
Untuk sektor UMKM, pemerintah akan memberikan insentif berupa penghapusan pajak penghasilan (PPh) final selama enam bulan dan tambahan akses modal kerja bersubsidi melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) super mikro.
Respon Pelaku Usaha dan Masyarakat
Langkah pemerintah ini mendapat sambutan positif dari pelaku usaha dan asosiasi industri. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), Roy Mandey, menilai kebijakan tersebut sangat relevan untuk membalikkan tren penurunan konsumsi.
“Selama ini kami melihat traffic kunjungan ke pusat perbelanjaan menurun. Dengan adanya stimulus fiskal dan insentif pajak, kami berharap daya beli masyarakat akan kembali pulih,” ujarnya.
Sementara itu, beberapa warga menyambut baik rencana penyaluran BLT dan subsidi pangan. “Kalau harga sembako bisa turun dan bantuan bisa langsung diterima di dompet digital, kami tentu sangat terbantu. Apalagi biaya hidup sekarang makin tinggi,” ujar Yani, ibu rumah tangga di Bekasi.
Ekonom: Stimulus Harus Disertai Reformasi Struktural
Namun, sejumlah ekonom mengingatkan agar stimulus ekonomi ini tidak bersifat sementara saja. Direktur Eksekutif INDEF, Tauhid Ahmad, menyatakan bahwa langkah stimulus perlu dibarengi dengan reformasi struktural, seperti penguatan sektor pertanian, industri pengolahan, dan digitalisasi UMKM.
“Kalau hanya suntikan sesaat, efeknya tidak akan bertahan lama. Pemerintah perlu menjadikan momentum ini untuk mendorong transformasi ekonomi ke arah yang lebih produktif dan resilien,” jelas Tauhid.
Dia juga menyoroti pentingnya efektivitas penyaluran bantuan agar tidak bocor atau salah sasaran. “Digitalisasi distribusi melalui e-wallet sangat bagus, tapi harus dibarengi dengan verifikasi data penerima yang ketat,” tambahnya.
Optimisme Pemerintah: Target Pertumbuhan Tetap 5%
Meskipun tekanan ekonomi global masih tinggi, pemerintah tetap optimis bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5% di tahun 2025. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa konsumsi domestik adalah kunci utama dalam menjaga stabilitas ekonomi.
“Selama kita bisa menjaga konsumsi, maka pertumbuhan akan tetap solid. Dengan stimulus ini, kami yakin roda ekonomi akan kembali bergulir lebih cepat,” ujar Airlangga.
Selain itu, pemerintah juga akan memanfaatkan momentum libur panjang pertengahan tahun sebagai pemicu konsumsi wisata dan belanja, dengan meluncurkan kampanye nasional “Belanja Bangga Produk Indonesia” yang melibatkan e-commerce dan pusat perbelanjaan.
Penutup: Jalan Menuju Pemulihan Konsumsi
Paket stimulus yang sedang disiapkan pemerintah Indonesia menjadi bukti keseriusan dalam menjaga momentum pemulihan ekonomi pascapandemi dan menghadapi tantangan global. Dengan kombinasi antara bantuan sosial, insentif fiskal, dan reformasi kebijakan, Indonesia berupaya memastikan konsumsi domestik tetap menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi nasional.
Kini, publik menantikan implementasi nyata dari kebijakan ini. Harapannya, roda ekonomi kembali berputar kencang dan daya beli masyarakat pulih, membawa Indonesia menuju stabilitas dan pertumbuhan berkelanjutan.
Berita Lainnya
NuntiaNews
Informasi terbaru tentang Teknologi terbaru seperti AI, Crypto dan Robot, Makro Ekonomi serta Edukasi
HALAMAN
Analisis
© 2025 NuntiaNews. All rights reserved.