Sepak Bola | MAKRO EKONOMI | TEKNOLOGI | AI dan robot | Crypto | EDUKASI
Konsumsi Rumah Tangga Menurun: Konsumen Beralih ke Produk Lebih Murah
Tren belanja masyarakat Indonesia menunjukkan pergeseran signifikan: rumah tangga kini memilih produk-produk dengan harga lebih terjangkau. Penurunan daya beli akibat tekanan ekonomi global memicu perubahan perilaku konsumsi di berbagai lapisan masyarakat.
MAKRO EKONOMI
6/1/20252 min read


Jakarta, 1 Juni 2025 — Dalam beberapa bulan terakhir, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan laporan riset dari lembaga keuangan menunjukkan penurunan konsumsi rumah tangga di Indonesia. Konsumen kini semakin selektif dalam berbelanja, cenderung memilih produk dengan harga lebih murah atau diskon, termasuk beralih dari merek premium ke merek generik atau lokal.
Kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor makroekonomi, mulai dari inflasi yang masih berada di kisaran 3,5% hingga ketidakpastian ekonomi global akibat perlambatan ekonomi di negara-negara mitra dagang utama Indonesia seperti Tiongkok dan kawasan Eropa.
“Kami melihat pola konsumsi berubah cukup drastis sejak awal 2025. Masyarakat tetap berbelanja, tapi preferensi bergeser ke barang-barang kebutuhan dasar dengan harga lebih kompetitif,” ujar Dina Rachmawati, Kepala Ekonom Bank Mandiri.
Perubahan Perilaku Belanja
Perubahan perilaku ini tercermin di berbagai sektor, terutama pada kategori makanan dan minuman, pakaian, dan produk kebersihan rumah tangga. Penjualan produk private label di beberapa jaringan ritel nasional naik hingga 15% dibandingkan tahun lalu. Marketplace online juga mencatat peningkatan permintaan untuk produk dengan diskon besar atau harga di bawah rata-rata pasar.
Salah satu contohnya adalah pertumbuhan signifikan penjualan mie instan, kopi sachet, dan beras kemasan kecil. Di sisi lain, produk seperti makanan organik, kosmetik premium, dan barang elektronik mengalami penurunan penjualan.
Tekanan Ekonomi Kelas Menengah
Kelas menengah yang selama ini menjadi motor utama konsumsi domestik mulai merasakan tekanan lebih besar. Kenaikan biaya pendidikan, cicilan kredit, serta harga energi yang belum sepenuhnya turun membuat kelompok ini lebih hati-hati dalam membelanjakan penghasilannya.
Laporan terbaru dari NielsenIQ menyebutkan bahwa 6 dari 10 konsumen Indonesia kini lebih sering membandingkan harga sebelum membeli produk dan bahkan menunda pembelian barang non-esensial.
Respons Pelaku Usaha
Perusahaan ritel dan produsen cepat tanggap terhadap perubahan ini. Banyak di antaranya yang meluncurkan varian produk lebih kecil (downsizing) atau mengembangkan lini produk “hemat”. Misalnya, produsen sabun dan deterjen kini menawarkan kemasan sachet dengan harga di bawah Rp2.000 untuk menjangkau konsumen yang ingin berhemat.
“Strategi bundling dan diskon loyalitas juga semakin agresif untuk menjaga volume penjualan. Kami tidak hanya menjual barang, tapi pengalaman dan efisiensi,” kata Rizky Nugroho, Direktur Pemasaran Alfamidi.
Dampak Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Penurunan konsumsi rumah tangga tentu berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Mengingat konsumsi menyumbang lebih dari 50% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), perlambatan pada sektor ini menjadi perhatian serius pemerintah.
Bank Indonesia dalam laporan terbarunya menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 diproyeksikan berada di angka 4,9% hingga 5,1%, sedikit lebih rendah dari target tahunan 5,3%. Namun demikian, BI tetap optimis konsumsi akan pulih menjelang akhir tahun seiring dengan stimulus fiskal dan stabilisasi harga bahan pokok.
Upaya Pemerintah
Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan dan Kementerian Keuangan tengah mengkaji sejumlah insentif untuk menjaga daya beli masyarakat. Salah satunya adalah perluasan bantuan sosial berbasis digital dan subsidi transportasi barang kebutuhan pokok.
“Kami akan menjaga inflasi tetap terkendali, terutama pada sektor pangan, dan mempercepat distribusi bansos tunai,” kata Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan RI.
Selain itu, program subsidi upah untuk pekerja berpenghasilan rendah dan penguatan sektor UMKM juga menjadi bagian dari strategi jangka pendek untuk menjaga momentum konsumsi domestik.
Outlook: Adaptasi atau Stagnasi?
Meski situasi saat ini menantang, sebagian ekonom melihat adanya sisi positif: masyarakat Indonesia semakin sadar akan pentingnya perencanaan keuangan dan konsumsi yang bijak.
“Ini bisa menjadi momen transformasi perilaku finansial. Jika rumah tangga mampu beradaptasi dan pemerintah memberikan stimulus tepat sasaran, kita bisa keluar dari fase stagnasi ini,” ujar Bhima Yudhistira, Direktur CELIOS.
Di sisi lain, perusahaan perlu menyesuaikan model bisnis mereka agar tetap relevan di tengah perubahan pola konsumsi. Kebutuhan untuk digitalisasi, efisiensi rantai pasok, dan inovasi produk menjadi kunci untuk tetap kompetitif di pasar yang semakin sensitif terhadap harga.
Berita Lainnya
NuntiaNews
Informasi terbaru tentang Teknologi terbaru seperti AI, Crypto dan Robot, Makro Ekonomi serta Edukasi
HALAMAN
Analisis
© 2025 NuntiaNews. All rights reserved.