Sepak Bola | MAKRO EKONOMI | TEKNOLOGI | AI dan robot | Crypto | EDUKASI
Menko Agus Harimurti Yudhoyono menekankan pentingnya infrastruktur real economy
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur sektor ekonomi riil seperti pertanian, manufaktur, logistik, dan digitalisasi adalah kunci untuk mewujudkan target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8%. Fokus pemerintah kini bukan hanya membangun jalan, tetapi juga fondasi ekonomi produktif jangka panjang.
MAKRO EKONOMI
6/12/20252 min read


Dalam pernyataan strategis yang disampaikan dalam forum ekonomi nasional hari ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur ekonomi riil (real economy) sebagai fondasi utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia menuju target ambisius sebesar 8% per tahun.
AHY menyampaikan bahwa transformasi ekonomi Indonesia tidak dapat bergantung semata-mata pada pembangunan fisik seperti jalan tol dan gedung pencakar langit. Ia menekankan bahwa infrastruktur produktif yang menopang sektor-sektor inti seperti pertanian, industri pengolahan, transportasi logistik, pelabuhan, dan ekosistem digital justru menjadi mesin utama pertumbuhan yang berkelanjutan.
Dari Infrastruktur Fisik ke Infrastruktur Produktif
"Kalau kita ingin Indonesia naik kelas menjadi negara berpendapatan tinggi, maka pendekatannya tidak bisa sekadar fisik, tetapi harus menyentuh langsung sektor produktif," ujar AHY dalam pidatonya di Jakarta. "Kita harus bangun infrastruktur yang menopang real economy — dari sawah, pabrik, gudang, hingga sistem logistik dan digitalisasi UKM."
Ia mencontohkan bagaimana negara seperti China dan Korea Selatan mampu mengangkat ratusan juta orang dari kemiskinan dengan memperkuat industri domestik mereka, bukan hanya membangun gedung pencakar langit. Menurut AHY, transformasi ekonomi Indonesia harus inklusif dan memberdayakan, terutama sektor pertanian dan manufaktur skala kecil hingga menengah.
Prioritas: Pertanian, Manufaktur, Logistik, dan Digitalisasi
Dalam paparannya, AHY memetakan empat sektor utama yang akan menjadi fokus pengembangan infrastruktur real economy:
Pertanian & Ketahanan Pangan:
Pemerintah akan memperluas investasi untuk sistem irigasi modern, penyimpanan pascapanen, dan digitalisasi distribusi hasil tani agar petani mendapatkan harga terbaik tanpa tengkulak.Manufaktur & Industri Pengolahan:
Fasilitas industri di luar Pulau Jawa akan diperkuat, khususnya sektor tekstil, makanan & minuman, hingga teknologi berbasis baterai dan kendaraan listrik.Logistik & Pelabuhan:
Sistem transportasi barang dan pelabuhan laut akan ditingkatkan dengan sistem terpadu berbasis data agar waktu tempuh dan biaya logistik bisa ditekan hingga 20%.Digitalisasi UKM & Platform Ekonomi Digital:
UMKM akan mendapatkan akses ke pelatihan, pendanaan mikro, dan jaringan distribusi digital agar mereka tidak tertinggal dalam era ekonomi berbasis internet.
Sinergi Fiskal dan Investasi
AHY juga mengungkap bahwa program infrastruktur ekonomi riil ini akan mendapatkan sokongan dari stimulus fiskal sebesar lebih dari Rp 24,44 triliun yang telah disiapkan pemerintah sejak awal Juni 2025. Dana ini akan digunakan secara terarah untuk program-program padat karya produktif, subsidi transportasi bahan pangan, dan insentif bagi industri pengolahan.
Selain anggaran negara, pemerintah juga membuka peluang kerja sama investasi swasta dan publik (PPP) dengan negara mitra seperti Jepang, Korea Selatan, dan Uni Eropa. "Kami juga mendorong skema pembiayaan hijau untuk proyek-proyek infrastruktur yang berkelanjutan," tambah AHY.
Tantangan: Fragmentasi, Biaya Logistik, dan SDM
Meski strategi ini menjanjikan, AHY tidak menutup mata terhadap tantangan besar yang masih membayangi:
Fragmentasi wilayah Indonesia membuat distribusi bahan baku dan produk akhir menjadi mahal dan lambat.
Biaya logistik masih mencapai 23–24% dari PDB, jauh di atas negara tetangga seperti Malaysia (13%) dan China (14%).
Kualitas SDM di sektor industri dan pertanian masih perlu ditingkatkan melalui pendidikan vokasi dan pelatihan teknis.
Pemerintah pun berencana menurunkan biaya logistik ke angka 15% dari PDB dalam 3 tahun ke depan, serta meningkatkan jumlah tenaga kerja terampil hingga 10 juta orang melalui program pelatihan kerja nasional.
Optimisme Menuju Indonesia Emas 2045
Langkah ini sejalan dengan visi besar Indonesia Emas 2045, di mana Indonesia ditargetkan menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-5 atau ke-6 dunia. Dengan jumlah penduduk produktif yang besar dan bonus demografi hingga 2035, AHY yakin bahwa strategi ini akan menciptakan pertumbuhan ekonomi berkualitas dan inklusif.
"Kita tidak mengejar angka pertumbuhan yang tinggi saja. Yang kita kejar adalah kualitas pertumbuhan: berkelanjutan, merata, dan memberi manfaat pada rakyat kecil," tegas AHY menutup pidatonya.
Kesimpulan
Langkah AHY menyoroti pentingnya infrastruktur real economy adalah sinyal kuat bahwa pemerintahan saat ini ingin menggeser arah pembangunan dari simbolisme fisik menuju substansi produktif. Bila dijalankan dengan konsisten dan transparan, strategi ini bisa menjadi game changer yang membawa Indonesia keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah dan menuju era keemasan ekonomi nasional.
Berita Lainnya
NuntiaNews
Informasi terbaru tentang Teknologi terbaru seperti AI, Crypto dan Robot, Makro Ekonomi serta Edukasi
HALAMAN
Analisis
© 2025 NuntiaNews. All rights reserved.