Sepak Bola | MAKRO EKONOMI | TEKNOLOGI | AI dan robot | Crypto | EDUKASI
Meta Incar Dana Rp445 Triliun untuk Bangun Data Center AI
Meta berencana menginvestasikan hingga Rp445 triliun untuk membangun jaringan pusat data canggih yang akan memperkuat infrastruktur AI global mereka, menandai langkah besar dalam persaingan AI global.
AIPERUSAHAANINVESTASI
6/29/20252 min read


Meta, perusahaan induk dari Facebook, Instagram, dan WhatsApp, tengah mempersiapkan langkah masif di dunia kecerdasan buatan. Raksasa teknologi asal Amerika Serikat ini dilaporkan sedang mengincar dana hingga Rp445 triliun (setara dengan $28 miliar) untuk membangun jaringan pusat data (data center) berteknologi tinggi guna menunjang ekspansi agresif di bidang AI.
Langkah ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Meta untuk mengembangkan teknologi AI yang lebih kuat dan independen dari penyedia infrastruktur pihak ketiga seperti Microsoft Azure dan Google Cloud. Selain itu, proyek ini akan menjadi pilar utama dalam pengembangan model superintelligence, yang kini menjadi tujuan utama Meta setelah meluncurkan berbagai generasi model LLaMA.
Menurut laporan dari The Wall Street Journal, dana raksasa tersebut akan digunakan untuk membangun puluhan fasilitas data center hyperscale, dengan konsumsi daya mencapai puluhan gigawatt dan memanfaatkan chip AI internal Meta seperti MTIA (Meta Training and Inference Accelerator). Infrastruktur ini juga akan mengakomodasi pelatihan model AI berskala besar yang saat ini sedang dikembangkan oleh tim superintelligence di bawah pimpinan Yann LeCun dan Joshua Wang.
Meta Berambisi Mandiri Secara Infrastruktur
Pembangunan pusat data AI ini tidak hanya soal kapasitas, tetapi juga soal kedaulatan teknologi. Meta ingin memastikan bahwa mereka tidak terlalu bergantung pada penyedia cloud komersial yang juga bersaing dalam bidang AI. Dengan membangun infrastruktur sendiri, Meta bisa menyesuaikan arsitektur sistem sesuai kebutuhan internal mereka.
Langkah ini mencerminkan pola yang kini sedang diadopsi oleh perusahaan-perusahaan teknologi besar lainnya, termasuk Amazon dan Google, yang mengembangkan chip AI sendiri dan memperluas fasilitas komputasi secara vertikal.
Kompetisi dengan OpenAI dan Nvidia
Saat ini, OpenAI yang didukung Microsoft sudah mengoperasikan model GPT-4 dan GPT-5 dalam skala besar dengan bantuan infrastruktur Azure. Sementara itu, Nvidia sebagai pemasok utama GPU juga merancang dan mengelola pusat data sendiri untuk kebutuhan pelatihan AI.
Dengan skala dana hingga Rp445 triliun, Meta tampaknya berambisi tidak hanya untuk mengejar ketertinggalan, tetapi juga untuk menjadi pemimpin dalam generative AI dan artificial general intelligence (AGI).
Potensi Dampak terhadap Ekosistem Global
Jika terealisasi, proyek ini akan membuka ribuan lapangan kerja baru di sektor teknologi, infrastruktur, dan energi. Beberapa analis menyebut langkah ini juga bisa mengubah peta dominasi AI global, mengingat banyak negara kini berlomba mengamankan suplai chip dan energi untuk menopang pusat data mereka.
Namun, proyek ambisius ini tidak lepas dari kritik. Isu keberlanjutan, konsumsi energi tinggi, serta potensi risiko monopoli AI menjadi perhatian utama para pemerhati teknologi dan kebijakan publik.
Penutup:
Dengan ambisi Rp445 triliun untuk membangun pusat data AI, Meta menegaskan posisinya sebagai pemain utama dalam perlombaan AI global. Jika proyek ini berhasil, bukan tak mungkin Meta akan menjadi kekuatan dominan baru dalam era kecerdasan buatan, bersaing langsung dengan OpenAI, Google DeepMind, dan perusahaan AI China seperti Baidu dan Zhipu AI.
Berita Lainnya
NuntiaNews
Informasi terbaru tentang Teknologi terbaru seperti AI, Crypto dan Robot, Makro Ekonomi serta Edukasi
HALAMAN
Analisis
© 2025 NuntiaNews. All rights reserved.