Meta Menang Gugatan Hak Cipta soal Pelatihan AI

Pengadilan federal di California memutuskan bahwa sebagian besar gugatan pelanggaran hak cipta yang diajukan sekelompok penulis Amerika Serikat terhadap Meta—terkait pelatihan model bahasa besar (LLM) Llama—tidak memiliki dasar hukum yang cukup kuat. Keputusan ini menjadi kemenangan penting bagi industri AI dan menegaskan batas perlindungan hak cipta di era data scraping skala masif.

AIHUKUMPERUSAHAAN

6/26/20253 min read

Meta Menang Gugatan Hak Cipta soal Pelatihan AI | NuntiaNews
Meta Menang Gugatan Hak Cipta soal Pelatihan AI | NuntiaNews

Riak panas antara kreator konten dan raksasa kecerdasan buatan kembali memuncak di ruang sidang. Hakim Distrik AS, Vince Chhabria, menjatuhkan putusan yang sebagian besar menolak klaim pelanggaran hak cipta yang diajukan oleh sekelompok penulis—dipimpin novelis fiksi ilmiah Sarah Silverman—terhadap Meta Platforms Inc.

Para penulis menuduh Meta “menyalin secara masif” karya mereka ketika melatih model bahasa besar (LLM) Llama 3. Mereka menuntut ganti rugi hingga Rp7,8 triliun dan meminta penghapusan model yang “terkontaminasi” oleh karya terlindung hak cipta. Namun jalur hukum tersebut terbentur doktrin “fair use” dan teknis pembuktian yang berbelit.

Apa yang Diputuskan Hakim?

  1. Klaim Pelanggaran Reproduksi
    Hakim menyatakan penuduh gagal menunjukkan bukti bahwa salinan teks utuh disimpan secara permanen dalam model akhir. “Vector weight tidak sama dengan kopian buku,” tulis Chhabria.

  2. Klaim Derivatif
    Argumen bahwa respons Llama “menghasilkan karya turunan” dianggap terlalu spekulatif. Penggugat tak bisa menunjukkan kesamaan substantif yang melampaui cuplikan kalimat generik.

  3. Klaim Penerbitan
    Tuduhan Meta mendistribusikan salinan terlindung juga ditolak; hakim menilai para penulis belum cukup spesifik menjelaskan “bagian mana” karya mereka yang diunggah.

Satu-satunya celah yang masih boleh dilanjutkan adalah klaim “pelanggaran hak moral”—yakni dugaan pemangkasan attribution. Penggugat diberi waktu 30 hari untuk menyempurnakan gugatan terbatas itu.

Mengapa Putusan Ini Penting?

  • Preseden Industri
    Ini adalah kemenangan besar kedua setelah pengadilan New York menolak gugatan sejenis terhadap Github Copilot tahun lalu. Jika tren ini berlanjut, korporasi AI boleh bernafas lega—model language besar tidak otomatis dianggap ‘pencuri buku’.

  • Ancaman ‘Snowball’ Gugatan Berkurang
    Saat ini Meta, OpenAI, Google, dan Stability AI menghadapi lebih dari 20 tuntutan serupa. Putusan Chhabria bisa menjadi rujukan pengadilan lain untuk menolak klaim generik tanpa bukti langsung.

  • Nasib Undang-Undang Hak Cipta di Era AI
    Kongres AS tengah menimbang revisi Digital Millennium Copyright Act (DMCA) agar mencakup pelatihan AI. Kemenangan Meta membuat lobi perusahaan teknologi semakin percaya diri menekan legislator agar tidak menerapkan regulasi “terlalu keras”.

Dinamika Persidangan: Argumen Kunci

  • Pihak Penggugat berkeras bahwa pelatihan LLM setara mem-fotokopi karya lengkap, lalu “menyimpannya” di jaringan saraf. Mereka menunjukkan cuplikan Llama yang “mengingat” paragraf dari novel Silverman jika diminta.

  • Tim Kuasa Hukum Meta balas berargumen:

    1. Model hanya menyimpan representasi statistik, bukan teks literal.

    2. Cuplikan mirip dapat muncul sebab transformasi fair use; sama seperti “parodi” yang dilindungi.

    3. Memblokir pelatihan berarti “membekukan inovasi” karena Internet 90 % berisi materi berhak cipta.

Hakim akhirnya sejalan dengan poin 1 dan 2—menilai penggugat belum bisa membuktikan kerugian nyata dan kesamaan substansial.

Reaksi Industri & Komunitas Kreator

  • Meta (Nick Clegg, Presiden Kebijakan Global)
    “Kemenangan untuk inovasi dan publik. Kami terus berupaya bermitra dengan kreator melalui program lisensi sukarela.”

  • OpenAI
    “Putusan ini memperjelas batas hukum; kami akan mengikuti perkembangan untuk kasus kami.”

  • Authors Guild (Asosiasi Penulis Amerika)
    “Kecewa namun tidak menyerah. Tanpa perlindungan, karya penulis independen tergerus.”

  • Association of American Publishers
    Mendesak Kongres “menutup celah” sebelum AI menelan industri penerbitan.

Apa Berikutnya?

  1. Penggugat Bisa Ajukan Banding
    Jika banding naik ke Pengadilan Sirkuit ke-9, proses bisa makan 1–2 tahun. Selama itu, Llama tetap beredar.

  2. Regulasi “Label Data”
    Uni Eropa menggodok aturan yang mengharuskan model komersial menyertakan “rapor pelatihan”—daftar set data yang dipakai. Jika diterapkan, Meta mungkin wajib memberi transparansi lebih, meski sudah menang di AS.

  3. Model ‘Licensed-Only’
    Untuk meredam kontroversi, Meta dilaporkan menyiapkan lini “Llama-Pro” dilatih di atas korpus prioritas domain publik + konten berlisensi, menyusul strategi serupa OpenAI & Anthropic.

Implikasi Bagi Ekosistem Indonesia

  • Startup Generatif Lokal dapat bernapas lega—model open-weight Llama tetap tersedia secara legal tanpa risiko besar.

  • Penerbit & Penulis di Indonesia tetap perlu waspada; perlindungan hak cipta lokal masih longgar, dan absennya peraturan “fair use” formal bisa menimbulkan celah baru.

  • Pembuat Kebijakan diharapkan mulai merumuskan kerangka lisensi data kreatif agar ekosistem AI berkembang seraya melindungi pencipta.

Kesimpulan

Putusan hakim California menandai tonggak penting: untuk saat ini, pengadilan AS tidak menganggap proses pelatihan model AI sebagai pelanggaran hak cipta yang jelas. Meski celah hukum masih terbuka, Meta berhasil mengamankan hak melatih Llama tanpa “tebusan” miliaran rupiah.

Namun, medan tempur belum selesai. Pertarungan sesungguhnya mungkin bergeser ke legislatif—di mana industri kreatif dan raksasa teknologi berhadapan menentukan batas etis dan hukum pengetahuan mesin. Satu hal pasti: siapa pun pemenangnya, masa depan AI generatif akan dibentuk oleh kompromi signifikan antara inovasi dan hak cipta.

Berita Lainnya