Microsoft PHK Ribuan Pekerja Demi Fokus ke AI dan Infrastruktur Digital Global

Microsoft mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ribuan karyawannya di berbagai divisi, termasuk tim penjualan. Langkah ini diambil untuk merestrukturisasi organisasi dan mengalihkan fokus utama ke pengembangan kecerdasan buatan (AI) dan infrastruktur pusat data global.

AIPERUSAHAAN

6/19/20253 min read

Microsoft PHK Ribuan Pekerja Demi Fokus ke AI dan Infrastruktur Digital Global | NuntiaNews
Microsoft PHK Ribuan Pekerja Demi Fokus ke AI dan Infrastruktur Digital Global | NuntiaNews

Microsoft, salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia, kembali menjadi sorotan setelah mengumumkan akan memangkas ribuan posisi pekerjaan sebagai bagian dari strategi restrukturisasi besar-besaran untuk mempercepat transformasi ke era kecerdasan buatan (AI).

PHK ini bukan semata-mata karena efisiensi biaya, melainkan sebagai bagian dari pergeseran strategi global Microsoft: fokus total pada pengembangan dan perluasan infrastruktur cloud dan pusat data yang mendukung AI, serta komitmen pada belanja modal senilai US$80 miliar (sekitar Rp1.280 triliun) tahun ini saja.

PHK Terbesar Sejak Pandemi

Menurut laporan Bloomberg dan Reuters, pemutusan hubungan kerja ini mencakup beberapa ribu posisi, dengan mayoritas terjadi di divisi penjualan, pemasaran, dan customer support di berbagai wilayah global, termasuk Amerika Utara, Eropa, dan Asia Pasifik.

Meskipun Microsoft enggan memberikan angka pasti, sumber internal menyebutkan bahwa ini adalah PHK paling signifikan sejak pandemi COVID-19 dan mencerminkan perubahan fokus operasional ke arah otomatisasi dan kecanggihan teknologi AI.

“Kami berkomitmen membangun masa depan yang dipimpin oleh AI dan cloud canggih. Ini berarti kami harus mengalokasikan sumber daya kami secara tepat dan membangun tim yang siap untuk tantangan baru,” ujar juru bicara Microsoft dalam pernyataan resminya.

Mengikuti Tren Industri

Langkah Microsoft ini sejalan dengan tren industri teknologi global, di mana AI menjadi pusat gravitasi baru. Google, Meta, dan Amazon sebelumnya juga telah mengumumkan restrukturisasi besar untuk mendukung investasi AI. Bahkan Apple dikabarkan mengalihkan sebagian besar tim perangkat keras ke riset AI generatif.

Namun, yang membedakan Microsoft adalah skala dan agresivitas investasi mereka, terutama dalam membangun jaringan pusat data berskala besar untuk mendukung layanan Azure AI dan mitra strategis seperti OpenAI.

Pusat Data: Jantung Ekspansi AI

Microsoft mengalokasikan US$80 miliar dalam belanja modal tahun fiskal 2025, sebagian besar untuk membangun dan memperluas pusat data berteknologi tinggi di Amerika Serikat, Eropa, dan India. Pusat data ini akan menjadi tulang punggung untuk menggerakkan layanan AI seperti Copilot, Azure OpenAI Service, serta ekosistem mitra dari sektor publik dan swasta.

Analis dari Morgan Stanley memperkirakan bahwa infrastruktur ini akan memungkinkan Microsoft menggandakan kapasitas pemrosesan AI global dalam dua tahun ke depan.

AI Mengubah Struktur Tenaga Kerja

Salah satu alasan utama PHK ini adalah adopsi cepat teknologi AI dalam proses internal Microsoft. Dengan semakin banyaknya tugas yang dapat diotomatisasi oleh sistem berbasis AI — mulai dari penjualan, analisis data, hingga layanan pelanggan — perusahaan merasa tidak perlu lagi mempertahankan struktur tradisional yang padat tenaga kerja.

“AI kini mampu menangani 70% pertanyaan pelanggan, menyusun proposal, dan memberikan wawasan pasar dalam hitungan detik,” kata seorang mantan eksekutif Microsoft yang tidak disebutkan namanya. “Ini efisiensi, tapi juga disrupsi besar bagi peran manusia.”

Reaksi Karyawan dan Publik

Langkah ini memicu reaksi campuran. Beberapa mantan karyawan menyuarakan kekecewaan dan merasa “digantikan oleh mesin”, sementara investor menyambut baik keputusan ini sebagai langkah strategis untuk menjaga daya saing jangka panjang.

Saham Microsoft naik tipis sebesar +0,8% setelah pengumuman PHK, menandakan bahwa pasar menganggap restrukturisasi ini sebagai langkah rasional dan positif dalam transisi ke era AI-first.

Namun, aktivis buruh teknologi menyuarakan keprihatinan mengenai kurangnya perlindungan transisi dan pelatihan ulang (reskilling) bagi pekerja yang terdampak.

Kebijakan Internal: Transformasi, Bukan Efisiensi

Satya Nadella, CEO Microsoft, sebelumnya menekankan bahwa transformasi ini bukan tentang mengurangi biaya, tetapi tentang merespons realitas teknologi yang berubah sangat cepat. Ia menyebut tahun 2025 sebagai “tahun penting dalam membangun fondasi digital masa depan” dan menyerukan semua divisi untuk “beradaptasi atau tertinggal”.

Microsoft juga berjanji akan menyediakan paket kompensasi yang adil, dukungan kesehatan mental, dan akses ke pelatihan ulang bagi karyawan yang terdampak. Namun, rincian lengkap dari paket dukungan ini belum diumumkan secara publik.

Dampak Global dan Masa Depan

Dengan pengumuman ini, Microsoft secara resmi masuk ke dalam gelombang transformasi tenaga kerja global yang dipicu oleh AI. Banyak negara kini mulai mempertanyakan bagaimana perusahaan teknologi besar akan bertanggung jawab terhadap dampak sosial dan ekonomi dari disrupsi digital yang mereka pimpin.

Uni Eropa, misalnya, sudah mempertimbangkan mewajibkan perusahaan yang melakukan PHK berbasis teknologi untuk memberikan kontribusi pada dana pelatihan publik dan perlindungan sosial.

Penutup

Keputusan Microsoft untuk memangkas ribuan pekerjaan demi memprioritaskan AI dan infrastruktur bukan hanya tentang efisiensi — ini adalah pengumuman arah baru bagi seluruh industri teknologi global. Suka atau tidak, AI akan terus menggantikan peran-peran lama, dan dunia kerja harus bersiap menghadapi perubahan paradigma yang sangat cepat.

Bagi Microsoft, ini adalah pertaruhan besar untuk masa depan. Bagi pekerja, ini adalah pengingat bahwa revolusi teknologi tidak hanya membawa peluang, tetapi juga tantangan yang harus dikelola dengan adil dan manusiawi.

Berita Lainnya