Navigating Era AI: Forum China-ASEAN Serukan Pemanfaatan Bertanggung Jawab dan Kolaborasi Regional
Forum media dan think tank China-ASEAN di Kuala Lumpur menekankan pentingnya pemanfaatan Kecerdasan Buatan (AI) yang bertanggung jawab. Sambil mengakui potensi transformatifnya, para peserta menyoroti perlunya mengatasi risiko tak terduga, menjaga etika, privasi data, transparansi algoritma, dan memastikan AI memberdayakan manusia, bukan menggantikannya, melalui kerja sama regional yang erat.
AITEKNOLOGI


KUALA LUMPUR, MALAYSIA – 13 April 2025 – Di tengah pesatnya gelombang kemajuan teknologi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence - AI), para perwakilan media utama dan lembaga think tank terkemuka dari China dan sepuluh negara anggota Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) berkumpul di Kuala Lumpur pada hari Jumat lalu (11 April 2025) untuk membahas arah masa depan. Forum bertajuk "Memperkuat Kerja Sama ASEAN-China" ini menjadi platform penting untuk dialog mendalam mengenai berbagai isu strategis, dengan AI muncul sebagai salah satu topik sentral yang paling banyak menyita perhatian.
Para peserta forum, yang terdiri dari para pemikir, analis, dan praktisi media berpengalaman, secara kolektif mengakui pedang bermata dua yang dihadirkan oleh AI. Di satu sisi, teknologi ini menawarkan peluang transformatif yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi pembangunan di berbagai sektor – mulai dari ekonomi, kesehatan, pendidikan, hingga tata kelola pemerintahan. Kemampuannya untuk menganalisis data dalam skala besar, mengotomatisasi tugas-tugas kompleks, dan memberikan wawasan baru memiliki potensi untuk merevolusi cara masyarakat berfungsi dan mendorong kemajuan signifikan.
Namun, di sisi lain, kemajuan AI yang pesat juga membawa serta serangkaian risiko dan tantangan yang tak terduga dan seringkali sulit diprediksi. Isu-isu seperti potensi bias dalam algoritma, ancaman terhadap privasi data pribadi, penyebaran disinformasi yang dimanipulasi AI, dampak pada pasar tenaga kerja, serta dilema etika yang kompleks, semuanya membayangi potensi manfaat teknologi ini. Konsensus yang dicapai dalam forum tersebut, seperti yang dirilis secara resmi, menggarisbawahi urgensi bagi negara-negara di kawasan ini untuk menavigasi lanskap AI dengan hati-hati dan penuh tanggung jawab.
Baca juga Apakah AI akan mengganti Pekerjaan Kita ? Ini Fakta dan Realitanya
Peran Krusial Media dan Think Tank di Era AI
Salah satu kesimpulan utama dari forum ini adalah pengakuan akan peran sentral yang harus dimainkan oleh media dan lembaga think tank dalam membentuk narasi dan kebijakan seputar AI. Para peserta sepakat bahwa kedua entitas ini tidak boleh hanya menjadi pengamat pasif, melainkan harus secara proaktif "menunggangi gelombang revolusi teknologi".
Ini berarti tidak hanya melaporkan perkembangan AI, tetapi juga secara aktif memanfaatkan keunggulan yang ditawarkan AI untuk meningkatkan kualitas kerja mereka sendiri – baik dalam riset mendalam, analisis data yang kompleks, maupun penyampaian informasi yang lebih efektif kepada publik. Pamela Samia, Pelaksana Tugas Editor Berita Eksekutif di Philippine News Agency, menekankan poin ini dengan menyatakan bahwa media dan think tank ASEAN-China "tak terhindarkan perlu merangkul AI," mengingat kemampuannya untuk secara signifikan meningkatkan efisiensi dalam riset, pengambilan keputusan, dan komunikasi.
Lebih jauh lagi, konsensus forum menyerukan agar media dan think tank secara aktif mempromosikan pembangunan "masa depan cerdas" (intelligent future). Masa depan ini harus dicirikan oleh keseimbangan yang cermat antara mendorong vitalitas inovatif yang dibawa oleh AI dan menjaga keamanan sebagai fondasi utamanya. Ini menyiratkan tanggung jawab untuk tidak hanya menyoroti potensi positif AI tetapi juga secara kritis mengkaji dan menginformasikan publik tentang potensi risiko dan tantangan yang menyertainya.
Baca juga 5 Hal yang Kamu Gunakan Setiap Hari (Tapi Ga Sadar Itu AI)
Perspektif Regional: Etika, Budaya, dan Pemberdayaan Manusia
Diskusi dalam forum juga menyoroti perspektif unik dari berbagai negara di kawasan tersebut, menekankan perlunya pendekatan yang peka terhadap konteks lokal dan nilai-nilai regional dalam pengembangan dan penerapan AI.
Veronika S. Saraswati, Direktur Eksekutif Indonesia China Partnership Studies, memberikan perspektif penting dari Indonesia. Ia menekankan bahwa fokus utama media dan think tank ASEAN-China haruslah pada upaya membantu publik mengembangkan kemampuan berpikir kritis di tengah banjir informasi (dan potensi disinformasi) yang dihasilkan AI. Lebih lanjut, ia mengadvokasi pentingnya mempromosikan pengembangan sistem AI yang tidak hanya canggih secara teknis, tetapi juga "didasarkan pada data regional dan kearifan budaya Timur." Pendekatan ini penting untuk memastikan bahwa AI yang dikembangkan relevan dengan kebutuhan lokal, menghormati nilai-nilai budaya setempat, dan tidak sekadar meniru model-model Barat yang mungkin tidak sepenuhnya sesuai.
Senada dengan itu, Lee Chean Chung, Ketua Pusat Studi Strategis Regional Malaysia (Center of Regional Strategic Studies), menyoroti pilar-pilar tata kelola AI yang fundamental. Ia menegaskan bahwa "standar etika, privasi data, dan transparansi algoritma" harus menjadi prinsip inti dari setiap kebijakan terkait AI. Penekanan pada aspek-aspek ini sangat krusial untuk membangun kepercayaan publik dan memastikan bahwa pengembangan AI berjalan seiring dengan penghormatan terhadap hak-hak individu dan nilai-nilai kemanusiaan. Lebih tegas lagi, Lee Chean Chung menggarisbawahi misi fundamental AI: "untuk memberdayakan manusia, bukan untuk menggantikan mereka." Pernyataan ini menyentuh inti dari kekhawatiran banyak pihak mengenai dampak AI terhadap pekerjaan dan peran manusia di masa depan, sekaligus menyerukan arah pengembangan AI yang berpusat pada manusia (human-centric).
Menuju Kolaborasi Regional yang Lebih Erat
Forum ini tidak hanya menjadi ajang berbagi pandangan tetapi juga menegaskan kembali pentingnya kerja sama yang erat antara China dan negara-negara ASEAN dalam menghadapi era AI. Tantangan dan peluang yang dihadirkan oleh AI bersifat lintas batas, sehingga memerlukan pendekatan kolaboratif untuk dapat diatasi dan dimanfaatkan secara optimal.
Dialog antara media dan think tank ini diharapkan dapat menjadi katalisator untuk inisiatif bersama di masa depan. Ini bisa mencakup pertukaran praktik terbaik dalam pelaporan AI, pengembangan pedoman etika AI regional bersama, proyek penelitian kolaboratif untuk memahami dampak sosial-ekonomi AI di kawasan, serta upaya bersama untuk meningkatkan literasi digital dan AI di kalangan masyarakat luas.
Kesimpulan
Forum Media dan Think Tank China-ASEAN di Kuala Lumpur telah mengirimkan pesan yang jelas: era AI telah tiba, membawa serta janji kemajuan luar biasa sekaligus tantangan yang signifikan. Media dan think tank memiliki tanggung jawab besar untuk memandu wacana publik dan kebijakan secara bertanggung jawab. Dengan mengedepankan etika, menghargai konteks budaya regional, fokus pada pemberdayaan manusia, dan memperkuat kerja sama regional, China dan ASEAN dapat bersama-sama membentuk masa depan di mana AI benar-benar berfungsi untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan seluruh masyarakat di kawasan ini. Jalan ke depan membutuhkan navigasi yang hati-hati, dialog berkelanjutan, dan komitmen bersama untuk memastikan bahwa teknologi melayani kemanusiaan.