Sepak Bola | MAKRO EKONOMI | TEKNOLOGI | AI dan robot | Crypto | EDUKASI
Nvidia Ingatkan Risiko Strategis Terhadap AS: China dan Persaingan Global Jadi Sorotan
CEO Nvidia, Jensen Huang, memperingatkan pemerintah Amerika Serikat tentang risiko strategis jika tidak segera memperkuat kapabilitas AI nasional. Dalam sebuah pernyataan yang menyoroti persaingan dengan China, Huang menegaskan pentingnya dukungan jangka panjang terhadap sektor semikonduktor dan kecerdasan buatan untuk menjaga keunggulan global.
AITEKNOLOGI
6/13/20252 min read


CEO Nvidia, Jensen Huang, kembali menarik perhatian dunia teknologi dan geopolitik dengan pernyataan tajamnya terkait risiko strategis yang dihadapi Amerika Serikat di tengah persaingan global dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI) dan teknologi semikonduktor. Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Bloomberg Tech Summit, Huang memperingatkan bahwa ketergantungan berlebihan pada pasar luar negeri, terutama China, dan lambannya regulasi domestik dapat melemahkan posisi strategis Amerika di peta kekuatan teknologi global.
“Jika AS tidak bertindak cepat untuk memperkuat ekosistem semikonduktor dan AI di dalam negeri, kita bisa kehilangan keunggulan yang saat ini kita miliki,” ujar Huang. “Ini bukan sekadar soal bisnis atau pasar, tetapi soal pertahanan nasional, ekonomi, dan masa depan digital bangsa.”
Ketergantungan Rantai Pasok dan Risiko Geopolitik
Huang menyoroti betapa rentannya rantai pasok semikonduktor global, yang saat ini sebagian besar masih bergantung pada manufaktur di kawasan Asia, khususnya Taiwan dan China. Meskipun Nvidia sendiri merancang chip-chip canggih seperti H100 dan B200 di AS, proses produksi tetap dilakukan oleh perusahaan seperti TSMC yang berbasis di Taiwan.
“Kita harus realistis. Ketika geopolitik menjadi tidak stabil, akses terhadap teknologi utama seperti GPU dan AI chip bisa terancam. Hal ini bukan hanya risiko ekonomi, tetapi juga risiko pertahanan,” tambah Huang.
Ia mendesak agar pemerintah AS mempercepat implementasi dari CHIPS and Science Act, dan memperluas insentif bagi perusahaan-perusahaan lokal untuk membangun dan memperkuat kapasitas produksi dalam negeri.
China dan Balapan AI Global
China disebut Huang sebagai salah satu pemain yang sangat agresif dan strategis dalam membangun kekuatan AI mereka. Meskipun saat ini Nvidia menghadapi pembatasan ekspor GPU kelas atas ke China akibat regulasi dari pemerintah AS, Huang memperingatkan bahwa pembatasan ini saja tidak cukup untuk menjaga keunggulan kompetitif.
“China bukan menunggu. Mereka membangun dari dalam, mereka berinvestasi dalam chip lokal, dalam model bahasa besar (LLM), dalam pusat data nasional. Mereka tidak akan tertinggal,” kata Huang.
Menurutnya, solusi terbaik bukanlah membatasi pesaing, tetapi mempercepat inovasi domestik dan memperkuat kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah di AS. Nvidia sendiri menyatakan siap bekerja sama dengan lembaga-lembaga pemerintah untuk mendesain roadmap teknologi nasional berbasis AI.
Pasar AI: Peluang dan Tantangan
Pasar AI global diperkirakan akan tumbuh lebih dari Rp150 kuadriliun pada dekade mendatang. Nvidia sebagai pemimpin pasar GPU memiliki posisi yang sangat strategis, namun tetap membutuhkan dukungan kebijakan dan infrastruktur dari pemerintah AS.
Huang juga menekankan bahwa tidak cukup hanya dengan investasi hardware. Ia mengusulkan agar pemerintah turut mendorong adopsi AI di sektor pendidikan, kesehatan, energi, dan pemerintahan. “Teknologi tidak boleh hanya dikuasai oleh segelintir perusahaan besar. Kita harus menciptakan distribusi kecerdasan buatan secara merata di seluruh lapisan masyarakat,” ungkapnya.
Tanggapan dari Pemerintah dan Pasar
Setelah pernyataan Huang, Gedung Putih menyatakan bahwa mereka “mengapresiasi keprihatinan yang disampaikan oleh para pemimpin industri,” dan menegaskan komitmen mereka untuk memperkuat sektor teknologi dalam negeri. Dalam konferensi pers, Juru Bicara Kementerian Perdagangan menyebutkan bahwa implementasi tahap dua dari CHIPS Act akan diumumkan dalam waktu dekat.
Di sisi pasar, saham Nvidia sempat mengalami fluktuasi kecil, namun analis menilai peringatan Huang justru menunjukkan betapa strategisnya posisi perusahaan tersebut dalam arsitektur masa depan digital dunia. Sejumlah investor bahkan melihat ini sebagai tanda positif bahwa Nvidia akan terus menjadi penggerak utama dalam narasi kebijakan teknologi AS.
Waktunya Bertindak
Pernyataan Jensen Huang bukan hanya kritik, tetapi seruan strategis untuk bertindak. Dunia sedang menuju era AI yang tidak dapat dihindari — dan negara yang memimpin di bidang ini akan menentukan arah masa depan ekonomi, militer, dan budaya global.
Amerika Serikat saat ini berada di posisi terdepan, namun posisi ini tidak akan abadi tanpa investasi, visi, dan kebijakan jangka panjang. Jika peringatan dari CEO Nvidia ini diabaikan, AS bisa saja menghadapi dekade yang penuh tantangan — di mana dominasi teknologinya bisa beralih ke negara lain, termasuk China.
Berita Lainnya
NuntiaNews
Informasi terbaru tentang Teknologi terbaru seperti AI, Crypto dan Robot, Makro Ekonomi serta Edukasi
HALAMAN
Analisis
© 2025 NuntiaNews. All rights reserved.