Sepak Bola | MAKRO EKONOMI | TEKNOLOGI | AI dan robot | Crypto | EDUKASI
Pasar Crypto Mengalami Penurunan: Apa yang Terjadi?
Pasar crypto global anjlok 4% pada 12 Juni 2025, dengan kapitalisasi pasar turun menjadi Rp51.100 triliun. Apa penyebabnya dan bagaimana dampaknya bagi investor?
CRYPTOINVESTASI
6/12/20253 min read


Ketidakpastian Global Menyeret Crypto ke Zona Merah
Dunia crypto kembali diguncang volatilitas. Pada 12 Juni 2025, pasar crypto global mengalami penurunan tajam sebesar 4%, menurut laporan CryptoNews.com. Kapitalisasi pasar yang sebelumnya sempat menyentuh level tertinggi dalam beberapa minggu kini terpangkas menjadi Rp51.100 triliun, dengan volume perdagangan mencapai Rp1.920 miliar dalam 24 jam terakhir. Hampir semua aset crypto dalam 100 besar, dari Bitcoin hingga altcoin seperti Ethereum dan Solana, mencatatkan kerugian. Apa yang memicu gelombang merah ini?
Para analis menunjuk pada tiga faktor utama: laporan inflasi Amerika Serikat (AS) yang dirilis baru-baru ini, ketegangan dalam negosiasi perdagangan antara AS dan China, serta perdebatan sengit di Senat AS terkait amandemen pengganti untuk Stablecoin GENIUS Act. Kombinasi ketidakpastian ini membuat investor beralih ke mode “wait-and-see”, memicu aksi jual yang mempercepat penurunan harga.
Faktor Ekonomi Makro: Inflasi dan Perdagangan AS-China
Laporan Consumer Price Index (CPI) AS pada 11 Juni 2025 menunjukkan inflasi yang lebih rendah dari perkiraan, memicu spekulasi bahwa Federal Reserve mungkin akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Biasanya, kabar seperti ini menjadi angin segar bagi aset berisiko seperti crypto. Namun, menurut CoinDesk, pasar justru bereaksi sebaliknya. Investor tampaknya lebih khawatir dengan dampak jangka pendek dari negosiasi perdagangan AS-China yang masih belum menemui titik terang.
“Pasar crypto sangat sensitif terhadap sentimen global,” kata Sarah Lim, analis pasar dari Blockchain Insights, dalam wawancara dengan Reuters. “Ketika ada ketidakpastian dalam hubungan AS-China, investor cenderung mengurangi eksposur mereka pada aset spekulatif seperti crypto.” Negosiasi ini tidak hanya memengaruhi harga crypto, tetapi juga memicu kekhawatiran tentang potensi gangguan pada rantai pasok teknologi blockchain, termasuk produksi chip yang digunakan untuk penambangan crypto.
Regulasi Stablecoin: Badai di Cakrawala?
Di sisi lain, dunia crypto juga dihantui oleh ketidakpastian regulasi. Pada 12 Juni 2025, Senat AS menggelar pemungutan suara terkait amandemen pengganti untuk Stablecoin GENIUS Act, sebuah undang-undang yang bertujuan mengatur stablecoin—aset crypto yang nilainya dipatok pada mata uang fiat seperti dolar AS. Meskipun stablecoin seperti Tether (USDT) dan USD Coin (USDC) telah menjadi tulang punggung ekosistem crypto, kekhawatiran tentang potensi pembatasan ketat membuat pelaku pasar gelisah.
“Stablecoin adalah jembatan antara dunia keuangan tradisional dan crypto,” ujar Michael Chen, pendiri startup blockchain di Singapura. “Jika regulasi terlalu ketat, ini bisa menghambat inovasi dan memukul likuiditas pasar.” Amandemen ini, yang masih dalam tahap diskusi, mencakup aturan ketat tentang cadangan aset dan pelaporan transparansi, yang bisa meningkatkan biaya operasional bagi penerbit stablecoin.
Dampak pada Investor: Antara Panik dan Peluang
Bagi investor ritel, penurunan pasar ini terasa seperti déjà vu. Banyak yang masih trauma dengan “crypto winter” di masa lalu, tetapi ada pula yang melihat penurunan ini sebagai peluang untuk “buy the dip”. Di platform media sosial seperti X, tagar #CryptoCrash dan #HODL bersaing memperebutkan perhatian, mencerminkan polarisasi sentimen di kalangan komunitas crypto.
“Saya sudah biasa dengan naik-turunnya crypto,” kata Andi, seorang investor crypto asal Jakarta yang telah berinvestasi sejak 2021. “Penurunan seperti ini biasanya diikuti oleh rebound, asalkan Anda punya strategi jangka panjang.” Namun, tidak semua investor seoptimistis Andi. Banyak trader pemula yang panik menjual aset mereka, memperparah tekanan jual di pasar.
Data dari CryptoNews.com menunjukkan bahwa likuidasi posisi leverage mencapai Rp580 miliar dalam 24 jam terakhir, dengan sebagian besar terjadi di bursa seperti Binance dan Coinbase. Ini menandakan bahwa banyak trader yang menggunakan leverage tinggi terjebak dalam pergerakan pasar yang tiba-tiba.
Masa Depan: Volatilitas atau Rebound?
Meskipun pasar crypto sedang berada di zona merah, para analis tetap optimistis tentang prospek jangka panjang. “Volatilitas adalah bagian dari DNA crypto,” kata David Wong, kepala riset di Crypto Analytics Group. “Faktor seperti regulasi dan ketegangan geopolitik memang memengaruhi harga jangka pendek, tetapi adopsi blockchain terus meningkat, dan itu yang akan mendorong nilai jangka panjang.”
Beberapa perkembangan positif juga patut diperhatikan. Misalnya, Societe Generale baru saja mengumumkan peluncuran stablecoin berbasis dolar, USD CoinVertible, yang akan debut pada Juli 2025 di blockchain Ethereum dan Solana. Langkah ini menunjukkan bahwa institusi keuangan tradisional semakin serius mengadopsi teknologi crypto, yang bisa menjadi katalis untuk kenaikan harga di masa depan.
Selain itu, Polygon Foundation baru saja menunjuk Sandeep Nailwal sebagai CEO pada 11 Juni 2025, sebuah langkah yang dianggap akan memperkuat posisi Polygon di ekosistem layer-2. Dengan semakin banyak proyek blockchain yang berfokus pada skalabilitas dan efisiensi, fundamental teknologi crypto tetap kuat meskipun harga sedang tertekan.
Tetap Waspada, Tapi Jangan Panik
Penurunan pasar crypto pada 12 Juni 2025 adalah pengingat bahwa dunia crypto tetap penuh dengan risiko dan peluang. Bagi investor, ini adalah saat untuk mengevaluasi kembali strategi mereka—apakah akan bertahan dengan pendekatan jangka panjang atau memanfaatkan volatilitas untuk trading jangka pendek. Yang jelas, ketidakpastian ekonomi dan regulasi akan terus menjadi penggerak utama pasar dalam beberapa minggu ke depan.
Jadi, apa langkah Anda selanjutnya? Apakah Anda akan “HODL” seperti veteran crypto atau mencari peluang baru di tengah badai? Satu hal yang pasti: di dunia crypto, hanya mereka yang berani dan sabar yang akan menuai hasil.
Berita Lainnya
NuntiaNews
Informasi terbaru tentang Teknologi terbaru seperti AI, Crypto dan Robot, Makro Ekonomi serta Edukasi
HALAMAN
Analisis
© 2025 NuntiaNews. All rights reserved.