Pasar Crypto Menguat di Tengah Ketidakpastian Global

Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang dipicu oleh kebijakan tarif baru dari pemerintah Amerika Serikat, Pasar Crypto justru menunjukkan penguatan signifikan. Bitcoin dan Ethereum memimpin kenaikan harga, menandakan kepercayaan investor terhadap kripto sebagai aset lindung nilai yang solid.

CRYPTOBITCOIN

4/13/20253 min read

Pasar Crypto Menguat di Tengah Ketidakpastian Global
Pasar Crypto Menguat di Tengah Ketidakpastian Global

Pasar kripto kembali menjadi sorotan global pada tanggal 13 April 2025 setelah mencatatkan penguatan di tengah ketidakpastian ekonomi dunia. Kenaikan ini terjadi bersamaan dengan pengumuman kebijakan tarif baru dari pemerintahan Presiden Donald Trump terhadap beberapa negara mitra dagang utama Amerika Serikat. Kebijakan tersebut memicu gejolak pasar keuangan global, namun pasar kripto justru bergerak ke arah sebaliknya — naik.

Munculnya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi global menyebabkan sebagian besar investor melakukan diversifikasi portofolio ke aset non-tradisional, termasuk kripto. Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), dan sejumlah altcoin mencatatkan pertumbuhan yang positif dalam 24 jam terakhir, membuktikan peran kripto sebagai "safe haven" digital.

Baca juga Pengaruh Bitcoin Halving Terhadap Harga dan Ekosistem Mining

Latar Belakang Ketidakpastian Global

Pada pekan ini, Presiden Trump mengumumkan peningkatan tarif impor terhadap beberapa negara besar seperti Tiongkok dan Jerman, sebagai bagian dari strategi ‘America First’ yang diklaim bertujuan melindungi industri dalam negeri. Namun, kebijakan ini mendapat reaksi negatif dari pasar saham global, dengan indeks Dow Jones dan Nasdaq yang melemah tajam.

Situasi ini menciptakan kekhawatiran investor global akan meningkatnya tensi perdagangan dan inflasi, yang biasanya berdampak buruk terhadap mata uang fiat dan saham. Dalam situasi seperti ini, para pelaku pasar mencari alternatif investasi yang lebih aman dan tidak terpengaruh secara langsung oleh kebijakan pemerintah pusat — di sinilah aset digital seperti Bitcoin menunjukkan ketangguhannya.

Baca juga Tarif Baru AS-Tiongkok Guncang Dunia Industri

Lonjakan Harga Bitcoin dan Ethereum

Menurut data dari CoinGecko dan Glassnode, harga Bitcoin melonjak sebesar 2,93% dalam 24 jam terakhir, menembus angka USD 85.444. Ini menjadi titik tertinggi dalam 7 hari terakhir dan menunjukkan tanda-tanda pemulihan kuat setelah koreksi harga minggu lalu.

Ethereum, sebagai aset kripto terbesar kedua, mengalami peningkatan 4,49% secara harian, diperdagangkan di sekitar USD 4.790. Kenaikan ini juga didorong oleh minat terhadap aplikasi berbasis blockchain seperti DeFi dan NFT yang terus berkembang meskipun tekanan makroekonomi tinggi.

Baca juga ETF Bitcoin AS Catat Arus Masuk Berturut-Turut, Tanda Kepercayaan Investor Kembali Pulih

Aset Kripto Sebagai Lindung Nilai Baru?

Kenaikan harga Bitcoin dan Ethereum di tengah gejolak global memicu diskusi baru: apakah aset kripto kini telah mengambil alih peran emas sebagai aset lindung nilai?

Menurut William Sutanto, CTO Indodax, dalam pernyataannya, “Kondisi saat ini menunjukkan bahwa investor mulai memandang kripto sebagai aset yang memiliki karakteristik seperti emas — langka, terdesentralisasi, dan memiliki potensi pertumbuhan nilai jangka panjang.”

Bitcoin, dengan pasokan maksimal 21 juta koin dan sifatnya yang tidak tergantung pada kebijakan moneter pemerintah, semakin menarik perhatian institusi keuangan global sebagai penyimpan nilai alternatif. Perusahaan besar seperti BlackRock, MicroStrategy, dan Tesla telah memiliki eksposur besar terhadap BTC sebagai bagian dari strategi diversifikasi aset.

Baca juga Apa Itu Cryptocurrency? Penjelasan Simpel dan Gampang Dipahami

Respon Whale dan Investor Institusional

Sejumlah laporan dari platform analitik seperti Santiment dan Lookonchain menunjukkan adanya akumulasi besar-besaran oleh investor institusional atau "crypto whale". Mereka memperkuat posisi pada BTC, ETH, dan juga beberapa altcoin seperti WLD dan DOGE selama sepekan terakhir. Aksi akumulasi ini biasanya menjadi sinyal bullish jangka menengah.

Salah satu transaksi mencatatkan pembelian Bitcoin sebesar lebih dari USD 200 juta oleh dompet yang terkait dengan salah satu hedge fund besar di Eropa. Aktivitas ini menjadi indikator bahwa meskipun ada volatilitas, kepercayaan jangka panjang terhadap kripto tetap kuat.

Baca juga Altcoin: Si “Saudara” Bitcoin yang Punya Potensi Besar!

Sektor Altcoin dan DeFi Mengikuti Tren

Kenaikan pasar tidak hanya terbatas pada dua aset utama. Altcoin seperti Solana (SOL), Avalanche (AVAX), dan Chainlink (LINK) juga mengalami lonjakan harga antara 5-12% dalam 24 jam terakhir. Peningkatan ini berkaitan erat dengan meningkatnya volume transaksi di platform DeFi, serta peluncuran proyek baru yang memperkuat ekosistem.

Token-token utilitas seperti Arbitrum (ARB) dan Optimism (OP) juga menunjukkan sinyal pemulihan setelah tekanan jual sebelumnya, yang mencerminkan bahwa sentimen investor ritel juga mulai kembali pulih.

Baca juga Apa itu DeFi? Kenapa Bisa Mengubah Sistem Keuangan Global

Outlook Jangka Pendek dan Tantangan Ke Depan

Meskipun saat ini pasar kripto menunjukkan performa positif, analis memperingatkan bahwa volatilitas tetap tinggi. Ketergantungan pada berita makroekonomi global, regulasi yang terus berkembang, serta potensi tekanan likuiditas dari suku bunga tinggi tetap menjadi ancaman.

Namun, dengan semakin luasnya adopsi institusional, kemajuan teknologi blockchain, dan diversifikasi produk seperti ETF kripto di pasar AS, banyak pihak optimistis terhadap tren jangka panjang pasar ini.

Penutup

Penguatan pasar kripto pada 13 April 2025 menjadi bukti bahwa aset digital mulai memainkan peran penting dalam sistem keuangan global modern. Ketika aset tradisional terpukul oleh ketegangan geopolitik dan kebijakan proteksionis, kripto muncul sebagai alternatif yang tidak hanya relevan, tetapi juga menjanjikan.

Investor yang memahami risiko dan potensi kripto dapat melihat periode ini sebagai peluang untuk membangun portofolio berbasis digital yang tahan terhadap fluktuasi ekonomi global.

Berita Lainnya