Sepak Bola | MAKRO EKONOMI | TEKNOLOGI | AI dan robot | Crypto | EDUKASI
Paus Leo Serukan Regulasi AI Global demi Kemanusiaan
Dalam forum internasional yang dihadiri puluhan parlemen dunia, Paus Leo XIV mengeluarkan seruan mendesak agar kecerdasan buatan (AI) diatur secara etis dan bertanggung jawab. Ia memperingatkan potensi risiko AI terhadap generasi muda, demokrasi, dan nilai-nilai kemanusiaan global.
AITEKNOLOGITOKOH
6/22/20252 min read


Vatikan, 21 Juni 2025 — Di tengah gegap gempita revolusi kecerdasan buatan (AI) yang terus berkembang, suara spiritual dunia kembali terdengar lantang. Paus Leo XIV, pemimpin tertinggi Gereja Katolik, menyerukan regulasi global terhadap AI dalam pidatonya yang menggugah di hadapan 68 delegasi parlemen dari seluruh dunia dan sejumlah pemimpin politik, termasuk Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni.
Dalam pertemuan yang digelar di Vatikan, Paus menekankan bahwa teknologi AI tidak boleh berkembang tanpa batas dan arah. Menurutnya, manusia tetap harus menjadi pusat, dan setiap kemajuan teknologi harus melayani nilai-nilai kemanusiaan, bukan menggantikannya.
“Kita harus pastikan bahwa kecerdasan buatan tidak menggantikan nilai-nilai manusia. AI harus menjadi alat, bukan tuan. Ini bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal moralitas dan arah masa depan umat manusia,” ujar Paus Leo XIV.
Risiko AI terhadap Generasi Muda dan Demokrasi
Paus Leo tidak hanya berbicara dalam konteks etika teologis, tapi juga sosial dan politik. Ia memperingatkan tentang dampak negatif AI terhadap generasi muda, terutama terkait dengan disinformasi, ketergantungan digital, dan hilangnya kemampuan berpikir kritis.
Lebih jauh, ia menyuarakan keprihatinan terhadap penggunaan AI dalam memanipulasi opini publik, menyebarkan berita palsu, dan bahkan mengganggu sistem demokrasi.
“Kita melihat generasi muda yang semakin terpapar oleh algoritma yang membentuk pikiran mereka, bukan dengan kebijaksanaan, tapi dengan manipulasi. Demokrasi bisa terancam jika suara rakyat dibentuk oleh mesin, bukan oleh nurani,” tambahnya.
Seruan untuk Regulasi Internasional
Paus menyerukan kepada semua negara untuk mengembangkan regulasi AI yang bersifat global, tidak hanya berdasarkan kepentingan ekonomi atau nasional, tetapi berlandaskan pada nilai-nilai universal seperti martabat manusia, keadilan, dan solidaritas.
Dalam konteks ini, Vatikan menyambut baik inisiatif seperti AI Act dari Uni Eropa, serta sejumlah langkah yang telah diambil oleh G7 dan PBB. Namun, Paus menekankan bahwa pendekatan parsial tidak cukup.
“Kita butuh deklarasi universal tentang etika AI, sebagaimana kita punya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Ini adalah soal keberlangsungan umat manusia, bukan hanya kemajuan ekonomi,” tegasnya.
Dukungan dari Komunitas Internasional
Pernyataan Paus mendapatkan sambutan hangat dari banyak pihak. Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, menyebut bahwa Italia siap memimpin dalam menciptakan “kerangka etika AI” di Eropa. Delegasi dari Prancis, Brasil, dan Jepang juga menyuarakan dukungan atas perlunya pendekatan berbasis nilai dalam pengembangan teknologi.
Pakar teknologi dan filsafat digital juga mengapresiasi keberanian Paus Leo XIV dalam menghadirkan diskursus spiritual dalam isu teknologi. Dr. Silvia Grimaldi, dosen etika digital di Universitas Bologna, menyebut bahwa “Paus telah memberi suara kepada kekhawatiran banyak orang yang selama ini tidak terdengar di tengah hiruk-pikuk inovasi.”
AI dan Spiritualitas: Mungkinkah Berdampingan?
Pertemuan ini juga membahas peran AI dalam kehidupan spiritual. Beberapa panel diskusi menyentuh isu seperti chatbot religius, doa yang ditulis oleh AI, hingga penggunaan AI dalam pendidikan moral di sekolah Katolik.
Paus menanggapi ini dengan terbuka namun hati-hati. Ia mengakui bahwa teknologi bisa membantu menyebarkan nilai-nilai moral dan spiritual, tetapi tetap harus dikendalikan oleh manusia yang memiliki tanggung jawab dan kebijaksanaan.
Konteks Global: Ketegangan Teknologi dan Etika
Seruan Paus Leo XIV muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran global atas dominasi perusahaan besar seperti OpenAI, Google, Nvidia, dan ByteDance dalam membentuk masa depan AI. Banyak negara berkembang merasa terpinggirkan, sementara negara maju saling berlomba membangun pusat data, chip superkomputer, dan model bahasa raksasa.
Di tengah tekanan geopolitik ini, suara Vatikan menjadi penting sebagai pengingat bahwa AI bukan hanya alat ekonomi atau politik, tetapi juga entitas yang akan membentuk budaya, pendidikan, hubungan manusia, bahkan spiritualitas.
Penutup: AI Harus Kembali ke Akar Kemanusiaan
Seruan Paus Leo XIV menjadi titik balik penting dalam percakapan global tentang kecerdasan buatan. Di saat dunia terpesona oleh kecepatan dan kecanggihan teknologi, suara Vatikan mengingatkan kita bahwa masa depan bukan hanya tentang apa yang bisa dilakukan oleh AI — tapi apa yang seharusnya dilakukan untuk manusia.
Dengan begitu, AI tidak akan menjadi kekuatan yang lepas kendali, tapi justru menjadi sarana untuk memperkuat kemanusiaan, memperdalam solidaritas, dan menciptakan dunia yang lebih adil dan bermartabat.
Berita Lainnya
NuntiaNews
Informasi terbaru tentang Teknologi terbaru seperti AI, Crypto dan Robot, Makro Ekonomi serta Edukasi
HALAMAN
Analisis
© 2025 NuntiaNews. All rights reserved.