Sepak Bola | MAKRO EKONOMI | TEKNOLOGI | AI dan robot | Crypto | EDUKASI
Pengeluaran Konsumen Menurun Saat Idul Adha: Waspadai Sinyal Melemahnya Daya Beli
Saat Idul Adha 2025, pengeluaran konsumen Indonesia justru mencatat penurunan signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Fenomena ini dinilai mencerminkan tekanan ekonomi rumah tangga serta perubahan pola belanja masyarakat yang kini lebih berhati-hati.
MAKRO EKONOMI
6/7/20252 min read


Di tengah semarak perayaan Idul Adha yang biasanya diiringi dengan lonjakan konsumsi rumah tangga, tahun ini Indonesia justru dihadapkan pada kejutan statistik: pengeluaran konsumen menurun. Data dari Asosiasi Ritel Indonesia dan sejumlah lembaga riset ekonomi menunjukkan bahwa terjadi penurunan belanja rata-rata rumah tangga sebesar 12% dibandingkan Idul Adha 2024.
Perayaan Idul Adha, yang biasanya menjadi momen konsumsi tinggi — mulai dari pembelian hewan kurban, kebutuhan dapur, hingga pakaian dan parsel — tahun ini menunjukkan tren berbeda. Menurut hasil survei dari Nielsen Indonesia, 62% responden menyatakan mengurangi pengeluaran mereka untuk Idul Adha, dengan alasan utama adalah kondisi ekonomi yang tidak menentu dan naiknya harga barang kebutuhan pokok.
Daya Beli Tertekan, Konsumen Berhemat
Fenomena ini sejalan dengan data inflasi tahunan yang masih berada di atas target Bank Indonesia, serta kenaikan harga sejumlah komoditas utama. Kenaikan harga beras, daging, dan minyak goreng dalam beberapa bulan terakhir membuat banyak konsumen lebih selektif dalam membelanjakan uang mereka.
Menurut analis makroekonomi dari Lembaga Ekonomi Nasional, Rian Hartanto, turunnya pengeluaran saat hari raya menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia tengah mengalami tekanan ekonomi. "Ini bukan sekadar pola konsumsi musiman, tapi lebih kepada sinyal bahwa daya beli masyarakat sedang melemah. Ini harus menjadi perhatian pemerintah," ujarnya.
Peritel dan Pasar Tradisional Ikut Terdampak
Para pelaku usaha ritel juga mengaku bahwa omzet mereka selama periode Idul Adha tahun ini jauh lebih rendah dari ekspektasi. Beberapa toko bahkan melaporkan penurunan penjualan hingga 20% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Hal serupa terjadi di pasar tradisional. Para pedagang hewan kurban di sejumlah daerah mengeluhkan turunnya permintaan kambing dan sapi. "Kalau tahun lalu saya bisa jual habis 30 ekor sapi, sekarang baru laku 18 ekor," kata Rojali, pedagang sapi kurban di Bekasi.
Pergeseran Perilaku Konsumen
Selain faktor ekonomi, perubahan perilaku konsumen juga berkontribusi. Konsumen urban kini cenderung beralih ke platform digital dan e-commerce untuk mencari diskon, membandingkan harga, dan memilih alternatif produk dengan harga lebih murah.
Sektor makanan dan minuman yang biasanya booming saat Idul Adha juga mencatatkan pelemahan. Konsumsi makanan siap saji dan pemesanan katering kurban secara online turun 15%, menurut laporan Tokoeats, salah satu platform layanan makanan daring.
Kebijakan Pemerintah dan Respons Bank Indonesia
Pemerintah menyadari fenomena ini sebagai indikator perlunya intervensi fiskal tambahan untuk mendorong konsumsi domestik. Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya menyatakan bahwa pemerintah siap mengalokasikan tambahan belanja bantuan sosial (bansos) apabila tekanan terhadap rumah tangga berpenghasilan rendah terus berlanjut.
Sementara itu, Bank Indonesia berupaya menjaga stabilitas moneter dengan mempertahankan suku bunga acuan dan memperluas program digitalisasi sistem pembayaran, seperti penggunaan QRIS, untuk mendukung efisiensi transaksi.
Optimisme Pasca-Libur Idul Adha?
Meskipun terjadi penurunan konsumsi selama Idul Adha, sejumlah ekonom tetap optimis bahwa tren ini bersifat sementara dan akan pulih menjelang semester kedua 2025. Apalagi, beberapa insentif fiskal dan program stimulus seperti peningkatan subsidi energi dan bantuan langsung tunai diperkirakan akan kembali mendorong belanja masyarakat.
Namun demikian, pemulihan ini sangat tergantung pada stabilitas harga pangan dan kepercayaan konsumen. Bila tekanan terhadap biaya hidup terus berlanjut, maka konsumsi rumah tangga — kontributor utama terhadap PDB Indonesia — bisa mengalami stagnasi dalam jangka panjang.
Penutup
Idul Adha 2025 membawa refleksi bukan hanya spiritual, tetapi juga ekonomi: masyarakat Indonesia semakin berhati-hati, mengutamakan kebutuhan dibandingkan keinginan, dan menunda konsumsi besar-besaran demi menjaga keuangan rumah tangga. Bagi pembuat kebijakan, inilah sinyal untuk memperkuat jaring pengaman sosial dan memastikan stabilitas harga demi menjaga momentum pemulihan ekonomi nasional.
Berita Lainnya
NuntiaNews
Informasi terbaru tentang Teknologi terbaru seperti AI, Crypto dan Robot, Makro Ekonomi serta Edukasi
HALAMAN
Analisis
© 2025 NuntiaNews. All rights reserved.