Sepak Bola | MAKRO EKONOMI | TEKNOLOGI | AI dan robot | Crypto | EDUKASI
Perpecahan di The Fed Soal Pemangkasan Suku Bunga di Juli: Pasar Menanti Keputusan Final
Ketidakpastian kembali menyelimuti pasar keuangan global setelah sejumlah pejabat Federal Reserve terbelah pendapat soal kemungkinan pemangkasan suku bunga pada Juli. Dengan inflasi masih membandel dan tensi dagang antara Amerika Serikat dan China belum mereda, investor bersiap menghadapi skenario ekonomi yang penuh ketegangan.
MAKRO EKONOMIBANK
6/21/20252 min read


Washington, 21 Juni 2025 – Isu pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) pada bulan Juli mendatang menjadi topik panas yang mengguncang pasar global. Dalam beberapa hari terakhir, komentar-komentar yang saling bertentangan dari jajaran pejabat The Fed memunculkan tanda tanya besar mengenai arah kebijakan moneter AS.
Di satu sisi, beberapa pejabat seperti Gubernur Christopher Waller mendorong pelonggaran segera, mengingat data ketenagakerjaan dan permintaan domestik mulai melunak. Namun di sisi lain, sejumlah anggota seperti Thomas Barkin dan Mary Daly menyerukan pendekatan lebih hati-hati, mengingat tekanan inflasi masih berada di atas target dan tensi tarif dengan China kembali meningkat.
Debat Internal: Potret Lembaga yang Terpecah
Dalam rapat terbuka terakhir di Washington DC, Waller mengatakan bahwa "data menunjukkan ekonomi cukup lemah untuk mendukung pelonggaran moneter lebih cepat." Ia menambahkan bahwa konsumen mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan pasca pandemi dan lonjakan harga energi.
Namun, Barkin menanggapi dengan tegas:
“Masih terlalu dini untuk mengibarkan bendera pelonggaran. Inflasi belum cukup terkendali, dan setiap sinyal kelemahan bisa mendorong ekspektasi pasar yang salah.”
Mary Daly dari San Francisco menambahkan bahwa pendekatan yang “bertahap dan berbasis data” jauh lebih aman untuk menghindari ketidakstabilan baru.
Reaksi Pasar: Volatilitas Kembali Menguat
Kebingungan ini membuat pasar finansial global kembali bergejolak. Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun turun tipis menjadi 4,42%, menandakan meningkatnya permintaan atas aset safe haven. Indeks saham utama seperti S&P 500 dan Nasdaq melemah dalam dua hari berturut-turut, mencerminkan kekhawatiran investor.
Di pasar valuta asing, dolar AS justru menguat terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk euro, yen, dan rupiah. Penguatan ini dipicu oleh arus modal yang kembali masuk ke AS, mengantisipasi skenario di mana The Fed mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama.
Tarif & China: Faktor Penghambat Pelonggaran?
Salah satu faktor krusial yang memperumit keputusan The Fed adalah meningkatnya ketegangan dagang antara Washington dan Beijing. Pemerintah AS baru saja memberlakukan tarif tambahan terhadap beberapa barang strategis dari China, sebagai bagian dari kebijakan proteksionis baru menjelang pemilu.
Kenaikan harga impor akibat tarif ini dikhawatirkan akan menyulut inflasi babak baru, sehingga membuat bank sentral enggan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat.
“Tarif bisa mendorong harga barang-barang konsumen naik, dan itu akan menjadi hambatan besar dalam mencapai target inflasi 2%,” ujar analis ekonomi dari Bloomberg, Sarah Min.
Prospek Juli: Akankah Ada Keputusan?
Dengan rapat FOMC (Federal Open Market Committee) berikutnya dijadwalkan pada pertengahan Juli, perhatian pasar kini tertuju pada dua hal:
Data inflasi CPI dan PCE yang akan dirilis awal Juli.
Testimoni Jerome Powell di hadapan Kongres, yang dapat memberi sinyal kuat arah kebijakan.
Jika data inflasi kembali menguat atau tetap tinggi, peluang pemangkasan suku bunga akan menipis. Namun bila ada pelonggaran inflasi disertai perlambatan pasar tenaga kerja, maka tekanan terhadap The Fed untuk menurunkan suku bunga akan semakin besar.
Dampak Global: Negara Berkembang Harus Siap
Negara-negara berkembang seperti Indonesia berpotensi terdampak dari ketidakpastian ini. Jika The Fed menunda pemangkasan suku bunga, arus modal akan lebih banyak mengalir ke AS dan menyebabkan tekanan terhadap rupiah serta cadangan devisa nasional.
“Bank Indonesia perlu menjaga keseimbangan antara stabilitas nilai tukar dan mendorong pertumbuhan. Apapun keputusan The Fed akan punya efek ganda terhadap ekonomi domestik,” ujar ekonom senior INDEF, Fadhil Hasan.
Kesimpulan
Perpecahan di internal The Fed mencerminkan kompleksitas tantangan ekonomi global saat ini: inflasi yang belum turun sepenuhnya, konflik dagang yang kembali memanas, dan ketidakpastian geopolitik. Bagi investor dan pelaku pasar, bulan Juli akan menjadi momen krusial yang bisa menentukan arah ekonomi global hingga akhir tahun.
Satu hal yang pasti: dunia saat ini berada di tengah transisi, dan semua mata kini tertuju pada Federal Reserve.
Berita Lainnya
NuntiaNews
Informasi terbaru tentang Teknologi terbaru seperti AI, Crypto dan Robot, Makro Ekonomi serta Edukasi
HALAMAN
Analisis
© 2025 NuntiaNews. All rights reserved.