Pertemuan Global AI & Web3 dalam Kesehatan Digelar di Dubai

Dubai menjadi tuan rumah Simposium Global AI & Web3 dalam bidang kesehatan, mengumpulkan pakar dari seluruh dunia untuk membahas bagaimana kecerdasan buatan dan teknologi blockchain dapat merevolusi sistem layanan kesehatan secara global.

AITEKNOLOGI

4/28/20252 min read

Pertemuan Global AI & Web3 dalam Kesehatan Digelar di Dubai | NuntiaNews
Pertemuan Global AI & Web3 dalam Kesehatan Digelar di Dubai | NuntiaNews

Dubai, 29 April 2025 — Kota futuristik di Uni Emirat Arab ini kembali menjadi panggung bagi inovasi global. Kali ini, Dubai menjadi tuan rumah “Global Symposium on AI & Web3 in Healthcare,” sebuah acara internasional yang menyatukan para ahli teknologi, praktisi medis, pemimpin industri, dan pembuat kebijakan dari seluruh dunia untuk membahas integrasi dua teknologi paling disruptif abad ini — kecerdasan buatan (AI) dan Web3 — dalam sistem layanan kesehatan.

Acara yang digelar di Dubai World Trade Centre ini berlangsung dari 28 hingga 30 April 2025, dan dihadiri lebih dari 3.000 peserta dari 60 negara. Agenda utama mencakup presentasi teknologi, diskusi panel, dan workshop interaktif tentang pemanfaatan AI dalam diagnosis penyakit, efisiensi manajemen rumah sakit, hingga potensi Web3 dalam menciptakan ekosistem data pasien yang aman, terdesentralisasi, dan transparan.

AI dalam Dunia Medis

Salah satu topik hangat adalah bagaimana AI telah membantu meningkatkan akurasi dalam diagnosis penyakit kronis seperti kanker, diabetes, dan gangguan kardiovaskular. Dalam keynote speech-nya, Dr. Ayesha Al Mazrouei, Kepala Inovasi Medis di Dubai Health Authority, memaparkan hasil uji coba penggunaan AI dalam mendeteksi kanker payudara dengan akurasi mencapai 94%, melampaui metode konvensional.

Perusahaan teknologi besar seperti Microsoft, DeepMind, dan Siemens Healthineers juga menampilkan solusi berbasis AI mereka dalam bidang radiologi, prediksi tren penyakit, serta asisten virtual untuk tenaga kesehatan.

Baca juga Berita AI Lainnya DISINI

Web3: Masa Depan Data Medis

Sementara itu, para penggiat Web3 menjelaskan bagaimana teknologi blockchain mampu memecahkan tantangan lama di dunia medis, seperti keamanan data, interoperabilitas sistem, dan kepercayaan antar institusi. Dengan Web3, data pasien dapat diakses oleh dokter yang berwenang tanpa harus diproses secara terpusat, mengurangi risiko kebocoran dan mempercepat pengambilan keputusan medis.

CEO HealthChain, sebuah startup blockchain berbasis di Singapura, menyampaikan bahwa solusi mereka kini telah diujicobakan di empat negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dan berhasil menekan biaya pengelolaan data hingga 40%.

Kolaborasi Global & Arah Kebijakan

Simposium ini juga menjadi ajang kolaborasi antara pemerintah, perusahaan swasta, dan lembaga kesehatan global. Dalam sesi penutupan, disepakati inisiatif “Global Health Data Commons” yang akan mengembangkan standar terbuka untuk data kesehatan berbasis blockchain dan machine learning, yang dirancang agar inklusif untuk negara berkembang.

Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Kementerian Kesehatan RI dan Bappenas juga turut hadir, menandatangani MoU dengan pihak UEA dan Jepang terkait pelatihan AI bagi tenaga medis dan integrasi rekam medis digital berbasis Web3 di beberapa rumah sakit rujukan nasional.

Baca juga Berita Edukasi Lainnya DISINI

Dubai sebagai Episentrum Inovasi

Pilihan Dubai sebagai lokasi simposium ini bukan kebetulan. Kota ini dikenal memiliki visi ambisius untuk menjadi pusat teknologi global, terutama di bidang AI dan blockchain. Pemerintah UEA telah merilis Dubai Blockchain Strategy dan AI Strategy 2031, serta menginvestasikan miliaran dolar dalam pengembangan teknologi tinggi di bidang pendidikan, kesehatan, dan layanan publik.

Kesimpulan

Simposium Global AI & Web3 di Dubai bukan hanya ajang diskusi, tetapi juga menjadi katalis percepatan transformasi digital di dunia kesehatan. Dengan partisipasi berbagai negara dan perusahaan global, acara ini menggarisbawahi pentingnya sinergi antara teknologi dan kemanusiaan. Terbukanya peluang untuk Indonesia dan negara berkembang lainnya menunjukkan bahwa revolusi digital dalam kesehatan bukan hanya milik negara maju, tetapi dapat dimanfaatkan secara inklusif untuk menciptakan sistem kesehatan yang lebih efisien, aman, dan berkeadilan.

Baca juga Berita Menarik Lainnya DISINI

Berita Lainnya