Sepak Bola | MAKRO EKONOMI | TEKNOLOGI | AI dan robot | Crypto | EDUKASI
Prabowo Bermanuver di Panggung Global: Diplomasi Baru Indonesia yang Lebih Terbuka
Presiden Prabowo Subianto memulai babak baru diplomasi Indonesia dengan mengutamakan kerjasama ekonomi dan geopolitik lintas blok. Sikap fleksibel ditunjukkan melalui penolakannya terhadap undangan G7 dan langkah proaktif dalam menjalin komunikasi dengan pemimpin global seperti Donald Trump. Ini menandai arah baru politik luar negeri Indonesia: terbuka, strategis, dan berorientasi hasil.
MAKRO EKONOMITOKOH
6/13/20253 min read


Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, kembali mencuri perhatian panggung diplomasi global. Dalam minggu kedua bulan Juni 2025, ia menolak undangan untuk menghadiri KTT G7 yang digelar di Italia, namun secara mengejutkan justru mengadakan komunikasi langsung dengan Presiden AS, Donald Trump, dalam sebuah panggilan pribadi yang sarat makna politik.
Langkah ini bukan sekadar keputusan simbolik. Ia menjadi sinyal kuat arah baru diplomasi Indonesia: lebih terbuka terhadap berbagai blok kekuatan global, namun tetap menjaga prinsip fleksibilitas dan kepentingan nasional di atas segalanya.
Membaca Arah Baru Politik Luar Negeri Prabowo
Selama beberapa dekade terakhir, Indonesia dikenal sebagai negara yang menjaga prinsip non-blok dan netral dalam konflik global. Namun dunia telah berubah: geopolitik pasca-pandemi, perang dagang, dan kompetisi teknologi memaksa negara-negara berkembang untuk menentukan posisi strategis dengan lebih cermat.
Prabowo—yang dikenal sebagai pemimpin nasionalis pragmatis—tidak ingin Indonesia hanya jadi penonton dalam dinamika global. Justru, ia memilih posisi yang aktif namun luwes, dengan satu prinsip utama: "Kerjasama tanpa ketergantungan".
Panggilan ke Donald Trump: Strategi atau Simpati?
Dalam pernyataan resmi, Istana Negara menyebutkan bahwa Prabowo berbicara dengan Donald Trump untuk membahas:
Kerjasama bilateral bidang ekonomi dan pertahanan
Stabilitas Indo-Pasifik
Isu Palestina dan keamanan dunia Islam
Peluang investasi infrastruktur di Indonesia
Meski Trump saat ini bukan pejabat aktif, ia tetap memiliki pengaruh besar di politik AS. Bahkan, banyak yang memperkirakan ia akan mencalonkan diri kembali dalam Pilpres 2026. Prabowo tampaknya sadar bahwa menjalin hubungan sejak dini dengan aktor penting di AS adalah investasi diplomatik jangka panjang.
Menolak Undangan G7: Sikap Mandiri Indonesia
Yang lebih menarik adalah penolakan Prabowo terhadap undangan G7, yang kali ini diselenggarakan oleh Italia dan dihadiri oleh pemimpin negara-negara kaya seperti AS, Jerman, Jepang, Inggris, dan Prancis.
Alih-alih datang, Prabowo memilih mengirim perwakilan teknis dari Kementerian Luar Negeri, sambil fokus pada rangkaian kunjungan bilateral ke Singapura, Rusia, dan China.
Keputusan ini memantik berbagai spekulasi. Namun sumber internal menyebut bahwa Indonesia menilai forum G7 saat ini kurang inklusif dan terlalu didominasi oleh narasi Barat, yang seringkali tidak sejalan dengan pendekatan pembangunan negara berkembang seperti Indonesia.
Diplomasi Ekonomi: Dari Singapura ke Rusia dan China
Langkah Prabowo semakin menegaskan bahwa Indonesia kini menganut strategi "geopolitik multipolar"—tidak hanya bergantung pada satu poros kekuatan global.
Di Singapura, Prabowo membahas digitalisasi UMKM dan investasi teknologi 5G.
Di Rusia, ia menjajaki kerjasama energi nuklir kecil (SMR) serta peluang pertahanan.
Di China, pembicaraan fokus pada konektivitas logistik dan perluasan Belt & Road di luar Jawa.
Strategi ini tidak hanya memperluas pilihan kerjasama, tetapi juga meningkatkan daya tawar Indonesia dalam setiap negosiasi internasional.
Implikasi ke Ekonomi Domestik
Langkah-langkah diplomatik ini punya dampak langsung terhadap ekonomi. Beberapa analis memperkirakan:
Potensi masuknya investasi strategis baru dari Rusia dan China di sektor logistik dan energi.
Penguatan posisi Indonesia di negosiasi dagang multilateral, terutama jelang finalisasi FTA dengan Uni Eropa pada 2026.
Peningkatan nilai tukar rupiah akibat sentimen positif terhadap kestabilan geopolitik.
Sementara itu, perbankan dan sektor swasta juga mulai menyiapkan proposal kerjasama internasional baru, termasuk di bidang green energy dan semikonduktor.
Fleksibel tapi Tegas: Gaya Diplomasi Prabowo
Berbeda dari pendekatan Jokowi yang lebih teknokratik dan fokus domestik, Prabowo tampaknya memilih pendekatan high politics: mengedepankan posisi strategis Indonesia secara global, terutama di sektor pertahanan, pangan, dan energi.
Namun, ia juga memperlihatkan sikap fleksibel dan tak dogmatis. Bagi Prabowo, tidak ada sekutu permanen, hanya kepentingan nasional yang kekal. Ia bisa berkomunikasi akrab dengan negara Barat, namun tetap aktif menggandeng Timur.
Ini adalah gaya diplomasi baru yang lebih berani, namun tetap mengakar pada prinsip: berdaulat, bermartabat, dan berorientasi hasil.
Respons Internasional dan Dalam Negeri
Beberapa diplomat senior di ASEAN menyebut langkah Indonesia sebagai “pivot aktif”—menarik diri sejenak dari dominasi forum G7 untuk menegosiasikan ulang posisi tawar Indonesia.
Sementara itu, di dalam negeri, langkah Prabowo didukung oleh mayoritas DPR dan pelaku usaha, meski ada pula kritik dari kalangan akademisi yang khawatir pendekatan ini bisa memicu “tekanan diplomatik” dari negara-negara G7.
Namun hingga kini, reaksi global masih bersifat positif. Uni Eropa dan Jepang tetap melanjutkan dialog FTA dan investasi, sementara AS secara resmi tidak mengomentari penolakan G7.
Menuju Indonesia yang Lebih Disegani
Langkah diplomatik Prabowo bukan tanpa risiko. Namun ia tampaknya sadar, bahwa di era kompetisi geopolitik seperti sekarang, diam bukanlah kebijakan.
Dengan modal posisi geografis yang strategis, pasar domestik yang besar, dan populasi muda yang dinamis, Indonesia memang layak tampil lebih percaya diri di forum internasional.
Dan Prabowo telah menunjukkan—dengan gaya khasnya—bahwa Indonesia tidak akan memilih untuk hanya jadi penonton.
Indonesia kini tampil sebagai pemain aktif, fleksibel, dan disegani di panggung dunia.
Berita Lainnya
NuntiaNews
Informasi terbaru tentang Teknologi terbaru seperti AI, Crypto dan Robot, Makro Ekonomi serta Edukasi
HALAMAN
Analisis
© 2025 NuntiaNews. All rights reserved.