Presiden Trump Naikkan Tarif hingga 104% untuk Produk China, Memicu Ketegangan Perdagangan Global
Presiden AS, Donald Trump, secara resmi memberlakukan tarif baru sebesar 104% pada impor dari China, meningkatkan eskalasi perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia dan menimbulkan kekhawatiran akan dampak signifikan terhadap ekonomi global.
MAKRO EKONOMI


Pada tanggal 9 April 2025, pemerintahan Presiden Donald Trump secara resmi memberlakukan tarif baru sebesar 104% pada semua impor dari China. Kebijakan ini merupakan eskalasi signifikan dalam perang dagang yang telah berlangsung antara Amerika Serikat dan China, dengan tujuan untuk menekan Beijing agar mengubah praktik perdagangannya yang dianggap tidak adil oleh Washington.
Latar Belakang Kebijakan Tarif
Sejak awal masa jabatan keduanya, Presiden Trump telah mengambil langkah-langkah agresif dalam kebijakan perdagangannya. Pada Februari 2025, pemerintahan AS meningkatkan tarif sebesar 10% pada impor dari China. China merespons dengan memberlakukan tarif balasan sebesar 15% pada produk energi dan 10% pada mesin pertanian dari AS. Ketegangan meningkat pada Maret 2025 ketika AS kembali menaikkan tarif sebesar 10%, diikuti dengan tindakan balasan dari China yang menargetkan produk pertanian utama AS.
Puncaknya terjadi pada awal April 2025, ketika Presiden Trump mengumumkan penambahan tarif sebesar 34%, yang meningkatkan total tarif menjadi 54% pada produk China. China merespons dengan memberlakukan tarif tambahan sebesar 34% pada produk AS. Tidak puas dengan respons tersebut, Presiden Trump mengancam akan menambahkan tarif sebesar 50% lagi jika China tidak menarik kembali tarif balasannya. Karena tidak ada perubahan dari pihak China, tarif tambahan tersebut mulai berlaku pada 9 April 2025, sehingga total tarif mencapai 104% pada produk impor dari China.
Baca juga Google Gunakan AI untuk Hidupkan Dunia 3D 'The Wizard of Oz'
Dampak Ekonomi Global
Pemberlakuan tarif ini memiliki dampak signifikan terhadap ekonomi global. Pasar saham di Asia mengalami penurunan tajam; indeks Nikkei 225 Jepang turun lebih dari 5%, sementara pasar di Hong Kong, Korea Selatan, dan Australia juga mencatat kerugian signifikan. Di Amerika Serikat, indeks S&P 500 turun 1,6%, menghapus keuntungan sebelumnya dan menandai penurunan 19% dari puncaknya pada Februari. Kekhawatiran akan resesi global semakin meningkat akibat ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan tarif ini.
Negara-negara lain juga merasakan dampaknya. Bangladesh, sebagai eksportir pakaian terbesar kedua di dunia, khawatir akan kehilangan pangsa pasar akibat tarif baru sebesar 37% yang diberlakukan AS, yang dapat mengancam industri pakaian senilai $39 miliar yang sangat bergantung pada ekspor ke AS. Sementara itu, Korea Selatan meluncurkan paket bantuan darurat senilai $2 miliar untuk mendukung sektor otomotifnya yang menghadapi tarif 25% dari AS, yang mengancam industri ekspor utamanya.
Reaksi dari China
Pemerintah China mengecam tindakan AS dan berjanji untuk "berjuang sampai akhir," menolak apa yang mereka sebut sebagai "pemerasan" oleh AS dan memperingatkan akan adanya tindakan balasan lebih lanjut. Beijing menegaskan bahwa mereka tidak akan tunduk pada tekanan dan siap untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi kepentingan ekonominya.
Pernyataan Presiden Trump
Presiden Trump, dalam pernyataannya, menyebut langkah ini sebagai "Deklarasi Kemerdekaan Ekonomi," dengan tujuan mengurangi defisit perdagangan dan meningkatkan produksi domestik. Ia juga menyatakan kesediaannya untuk bernegosiasi dengan negara-negara yang mencari keringanan tarif, namun menegaskan bahwa tarif saat ini akan tetap berlaku hingga ketidakseimbangan perdagangan dan praktik tidak adil lainnya ditangani.
Analisis Ekonomi
Para ekonom memperingatkan bahwa kebijakan tarif yang agresif ini dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi global. Organisasi seperti OECD dan Federal Reserve AS telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi mereka, dengan alasan bahwa ketegangan perdagangan yang meningkat dapat menghambat investasi dan perdagangan internasional. Selain itu, beberapa sektor industri di AS, termasuk pertanian dan manufaktur, khawatir akan dampak negatif dari tarif balasan yang diberlakukan oleh mitra dagang AS.
Kesimpulan
Pemberlakuan tarif 104% oleh Presiden Trump pada impor dari China menandai eskalasi signifikan dalam perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia. Dampaknya terasa di seluruh dunia, dengan pasar keuangan yang bergejolak dan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global. Sementara pemerintahan Trump berpendapat bahwa langkah ini diperlukan untuk melindungi kepentingan ekonomi AS, banyak pihak yang khawatir bahwa tindakan ini dapat memperburuk ketegangan perdagangan dan membawa dampak negatif jangka panjang bagi ekonomi global.