Sepak Bola | MAKRO EKONOMI | TEKNOLOGI | AI dan robot | Crypto | EDUKASI
Rusia Menghadapi Ancaman Krisis Perbankan
Sektor perbankan Rusia kembali diterpa badai. Tekanan ekonomi akibat sanksi internasional, ketergantungan pada pendapatan ekspor energi, dan melemahnya mata uang rubel menimbulkan kekhawatiran akan potensi krisis perbankan yang dapat menyebar ke sektor-sektor vital lainnya. Pemerintah Rusia kini dihadapkan pada dilema: menopang sistem keuangan atau mengalihkan sumber daya ke kebutuhan militer.
MAKRO EKONOMIBANK
6/1/20252 min read


Moskow, 1 Juni 2025 – Ketegangan ekonomi di Rusia kembali meningkat tajam, dengan sektor perbankan berada di garis depan potensi krisis keuangan nasional. Ketidakstabilan yang dipicu oleh sanksi internasional berkepanjangan, menurunnya pendapatan dari ekspor minyak dan gas, serta penarikan dana besar-besaran dari sektor korporasi domestik, memicu kekhawatiran akan runtuhnya sejumlah bank besar di negeri tersebut.
Menurut laporan dari Financial Times dan Reuters pada tanggal 31 Mei 2025, tiga dari lima bank komersial terbesar di Rusia tercatat mengalami penurunan cadangan devisa dan likuiditas yang signifikan sejak kuartal pertama tahun ini. Bahkan, Bank Sentral Rusia (CBR) telah melakukan intervensi darurat di pasar untuk mendukung rubel yang kian terpuruk terhadap rupiah dan mata uang global lainnya.
“Sistem perbankan Rusia sedang menghadapi tekanan likuiditas terburuk sejak 2014. Meski tidak secara eksplisit bangkrut, gejala-gejalanya mulai terasa,” ungkap Olga Kurova, analis keuangan senior di Eurasia Financial Group.
Sanksi Barat dan Ketergantungan Energi: Kombinasi Mematikan
Kondisi ini diperparah oleh sanksi ekonomi dari negara-negara Barat yang terus diperpanjang dan diperluas, terutama yang menyasar akses Rusia terhadap sistem pembayaran internasional serta pembatasan teknologi perbankan. Dengan akses terbatas ke dolar dan euro, sektor keuangan Rusia semakin terisolasi dan harus bergantung pada transaksi dalam yuan dan rupiah untuk perdagangan luar negeri.
Namun, ketergantungan terhadap pendapatan ekspor minyak dan gas, yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian Rusia, kini justru menjadi kelemahan. Harga minyak dunia yang melemah sejak awal Mei, dipicu oleh turunnya permintaan global dan meningkatnya pasokan dari China dan Timur Tengah, membuat pendapatan ekspor Rusia merosot tajam.
Efek Domino ke Sektor Nyata
Krisis perbankan yang berkembang ini tidak hanya mempengaruhi institusi keuangan. Sektor riil juga mulai terkena dampaknya. Industri otomotif dan pertanian yang sebelumnya mendapat subsidi pinjaman dari bank-bank negara, kini menghadapi kendala likuiditas. Banyak perusahaan dilaporkan gagal membayar gaji karyawan atau menunda proyek-proyek produksi.
“Rantai pasokan domestik mulai retak karena penundaan pembayaran dan penurunan investasi,” kata Ivan Belinsky, Ketua Asosiasi Industri dan Manufaktur Rusia. “Kami khawatir gelombang PHK besar-besaran tak bisa dihindari dalam dua kuartal ke depan jika tidak ada intervensi efektif dari pemerintah.”
Respons Pemerintah: Antara Bank dan Militer
Pemerintah Rusia menghadapi dilema strategis yang rumit. Di satu sisi, sektor perbankan membutuhkan injeksi modal untuk menghindari gelombang kepanikan publik. Di sisi lain, perang berkepanjangan di Ukraina dan meningkatnya ketegangan dengan NATO menyedot sebagian besar anggaran negara untuk kebutuhan pertahanan.
Sumber internal dari Kementerian Keuangan Rusia mengungkapkan bahwa terdapat rencana bailout terbatas untuk dua bank besar yang dianggap “sangat sistemik.” Namun, ini masih dalam tahap evaluasi dan belum disetujui oleh parlemen.
Pandangan Global: Ancaman Sistemik Regional
Meski Rusia telah terisolasi dari sebagian besar sistem keuangan Barat, potensi keruntuhan sektor perbankannya tetap menjadi perhatian global, terutama bagi negara-negara yang memiliki eksposur perdagangan atau investasi ke Rusia, seperti China, India, dan negara-negara Asia Tengah.
IMF dalam pernyataannya pada hari ini menyatakan bahwa “meskipun risiko penyebaran sistemik ke pasar global cukup terbatas, gejolak ekonomi Rusia dapat menimbulkan volatilitas baru pada pasar energi dan menekan stabilitas kawasan.”
Kesimpulan
Rusia kini berdiri di titik kritis. Ketidakpastian ekonomi dan gejolak perbankan yang semakin nyata menjadi tantangan besar di tengah tekanan geopolitik yang belum mereda. Pemerintah harus segera memutuskan: menyelamatkan bank-bank nasional yang goyah atau terus mengalirkan sumber daya ke konflik luar negeri. Di balik layar, dunia terus memantau—karena stabilitas Rusia, bagaimanapun, memiliki gaung global yang tak dapat diabaikan.
Berita Lainnya
NuntiaNews
Informasi terbaru tentang Teknologi terbaru seperti AI, Crypto dan Robot, Makro Ekonomi serta Edukasi
HALAMAN
Analisis
© 2025 NuntiaNews. All rights reserved.