Startup Chip AI China Biren Technology Raih Pendanaan Rp1,1 Triliun, Bidik IPO Hong Kong

Perusahaan semikonduktor AI asal China, Biren Technology, berhasil meraih pendanaan sebesar Rp1,1 triliun dari investor pemerintah dan swasta. Dengan dana ini, Biren bersiap meluncurkan IPO di Hong Kong pada kuartal ketiga 2025, dan siap menantang dominasi Nvidia di pasar chip AI.

AIPERUSAHAANINVESTASI

6/27/20252 min read

Startup Chip AI China Biren Technology Raih Pendanaan Rp1,1 Triliun, Bidik IPO Hong Kong | NuntiaNews
Startup Chip AI China Biren Technology Raih Pendanaan Rp1,1 Triliun, Bidik IPO Hong Kong | NuntiaNews

Shanghai — Di tengah memanasnya persaingan global di bidang kecerdasan buatan, Biren Technology, startup chip AI asal China, berhasil mengamankan pendanaan senilai 1,5 miliar yuan atau sekitar Rp1,1 triliun. Dana segar ini akan digunakan untuk memperkuat posisi Biren di industri semikonduktor dan mempercepat rencana pencatatan saham perdana (IPO) di Bursa Hong Kong pada kuartal ketiga tahun ini.

Menurut laporan dari Reuters, pendanaan ini dipimpin oleh konsorsium investor strategis, termasuk National Integrated Circuit Industry Investment Fund, yang dikenal sebagai dana investasi semikonduktor milik negara China. Dukungan ini dianggap sebagai sinyal kuat bahwa Beijing ingin memperkuat kedaulatan teknologinya di tengah tekanan ekspor dari Amerika Serikat.

“Kami percaya bahwa inovasi dalam teknologi chip AI adalah kunci kemandirian industri teknologi nasional,” ujar salah satu pejabat Biren dalam pernyataan resminya.

🔍 Siap Tantang Nvidia di Medan Tempur AI

Produk unggulan Biren, chip BR100, dirancang khusus untuk mempercepat pemrosesan model-model AI besar seperti LLM (Large Language Model) dan sistem rekomendasi berbasis graf. Chip ini disebut-sebut sebagai pesaing utama Nvidia H100, yang saat ini mendominasi pasar global chip AI kelas atas.

Namun, Biren menghadapi tantangan besar: pembatasan ekspor dari AS yang melarang perusahaan seperti TSMC memproduksi chip dengan desain tertentu untuk entitas China. Meski demikian, Biren mengklaim telah melakukan penyesuaian desain agar tetap kompatibel dengan regulasi yang berlaku dan tetap bisa diproduksi secara massal.

💼 Langkah Strategis Menuju IPO Hong Kong

IPO yang direncanakan di Hong Kong merupakan langkah strategis Biren untuk mendapatkan lebih banyak modal dan visibilitas di panggung global. Bursa Hong Kong telah menjadi pilihan utama banyak perusahaan teknologi China yang ingin menghindari ketidakpastian regulasi di pasar AS.

Dengan dana baru yang dikantongi, Biren berencana memperluas lini produk, mempercepat R&D untuk chip generasi berikutnya, serta memperluas pasar ke Asia Tenggara dan Timur Tengah, yang dianggap sebagai wilayah dengan pertumbuhan AI tercepat di luar AS dan Eropa.

⚖️ Politik & Teknologi: Tak Terpisahkan

Pendanaan besar untuk Biren juga mencerminkan ambisi China untuk membangun ekosistem teknologi AI-nya sendiri. Pemerintah China dalam beberapa tahun terakhir mendorong investasi besar-besaran pada industri chip lokal, terutama setelah perang dagang dengan AS mengakibatkan pembatasan akses terhadap teknologi dan peralatan produksi canggih.

Dengan membesarkan perusahaan seperti Biren, China berharap bisa mandiri dalam hal chip berperforma tinggi—elemen kunci dalam membangun sistem AI generatif, pengenalan wajah, dan berbagai aplikasi militer maupun sipil.

📈 Masa Depan Biren: Ancaman atau Harapan?

Analis memperkirakan bahwa Biren berpotensi menjadi "Nvidia-nya China" dalam 5–10 tahun mendatang jika berhasil melewati kendala teknis dan geopolitik. Namun, tantangan regulasi global dan akses ke teknologi manufaktur canggih masih membayangi.

"Kesuksesan Biren akan sangat tergantung pada kemampuannya bermanuver di lanskap geopolitik dan menyeimbangkan inovasi dengan kepatuhan internasional," ujar Yuki Zhang, analis teknologi di AsiaMarkets.

🌏 Kesimpulan

Biren Technology adalah cerminan tekad China untuk bersaing di puncak industri AI global. Pendanaan Rp1,1 triliun dan rencana IPO Hong Kong bukan hanya langkah bisnis biasa, melainkan juga manuver geopolitik untuk membangun chip independence dan menantang dominasi pemain Barat. Tahun 2025 tampaknya akan menjadi titik balik dalam peta persaingan teknologi AI dunia.

Berita Lainnya