Sepak Bola | MAKRO EKONOMI | TEKNOLOGI | AI dan robot | Crypto | EDUKASI
Strategi Xi Jinping untuk Mengungguli AS dalam AI
Presiden Tiongkok, Xi Jinping, mempercepat langkah ambisius negaranya untuk mengungguli Amerika Serikat dalam bidang kecerdasan buatan (AI). Dengan investasi besar, reformasi pendidikan, dan kolaborasi global yang strategis, Tiongkok bertekad menjadi pemimpin dunia dalam teknologi abad ke-21.
AITEKNOLOGI
5/26/20253 min read


Beijing — 26 Mei 2025
Presiden Tiongkok, Xi Jinping, sedang menata ulang arah masa depan negaranya dengan strategi besar yang bertujuan satu hal: mengungguli Amerika Serikat dalam penguasaan kecerdasan buatan (AI). Dalam sebuah pernyataan yang dilansir oleh The Economist dan sejumlah media internasional, Xi menggambarkan AI bukan hanya sebagai sektor teknologi, melainkan sebagai pilar kekuatan nasional baru yang akan menentukan dominasi ekonomi dan geopolitik di masa depan.
Langkah ini menandai intensifikasi dari visi jangka panjang Tiongkok untuk menjadi negara adidaya teknologi, dan khususnya, pemain utama dalam revolusi AI global.
🚀 Dari Made in China ke “Powered by AI”
Tiongkok telah lama bertransformasi dari negara manufaktur murah menjadi kekuatan teknologi. Kini, melalui strategi Xi, negara tersebut menggandakan komitmen terhadap pengembangan AI generatif, agentic AI, sistem pengenalan wajah, mobil otonom, dan sistem pertahanan berbasis machine learning.
Sejak diluncurkannya "New Generation Artificial Intelligence Development Plan" pada 2017, Beijing telah mengarahkan miliaran dolar ke sektor AI. Namun pada 2025, strategi ini memasuki fase yang lebih agresif: penguatan supremasi digital untuk melampaui dominasi Amerika.
Beberapa inisiatif utama dalam strategi ini mencakup:
💸 Investasi besar-besaran dalam penelitian dan startup AI, termasuk subsidi dan pendanaan pemerintah untuk perusahaan teknologi seperti Baidu, Tencent, dan Huawei.
🏫 Reformasi pendidikan untuk mempercepat produksi talenta AI dengan mendorong kurikulum STEM dan pembelajaran mesin dari tingkat sekolah menengah.
🧠 Pengembangan chip lokal, sebagai respons atas pembatasan ekspor chip dari AS dan sekutunya.
🌐 Kerja sama strategis dengan negara-negara Global South, termasuk dalam pembangunan infrastruktur AI di Afrika dan Asia Tenggara.
🛰️ Militerisasi AI, dengan tujuan meningkatkan kapabilitas senjata otonom dan pengambilan keputusan taktis berbasis algoritma.
⚖️ Persaingan dengan Amerika Serikat: Perlombaan Tanpa Rem
Langkah-langkah Tiongkok tak luput dari pengawasan Amerika Serikat. Wakil Presiden AS, J.D. Vance, baru-baru ini menyebut kompetisi AI ini sebagai "perlombaan senjata teknologi" antara dua negara adidaya. Washington telah mengambil langkah untuk membatasi akses Tiongkok terhadap teknologi mutakhir, termasuk memblokir ekspor chip AI canggih dari NVIDIA dan AMD.
Namun, pembatasan tersebut justru memperkuat determinasi Beijing untuk membangun swasembada teknologi. Dalam pidatonya baru-baru ini di Politbiro, Xi menekankan bahwa ketergantungan pada teknologi asing adalah "ancaman eksistensial" terhadap kedaulatan digital Tiongkok.
Dalam konteks ini, AI bukan lagi sekadar alat bisnis, tetapi alat kedaulatan nasional.
🌏 Dominasi Data: Keunggulan Tersembunyi Tiongkok
Salah satu kekuatan utama Tiongkok dalam perlombaan AI adalah akses tak tertandingi terhadap data populasi. Dengan populasi lebih dari 1,4 miliar jiwa dan sistem pengawasan nasional yang luas, Tiongkok memiliki basis data real-time terbesar di dunia untuk melatih model-model AI.
Berbeda dengan sistem hukum di Barat yang membatasi penggunaan data pribadi, sistem otoriter di Tiongkok memungkinkan pengumpulan dan pemrosesan data dalam skala masif tanpa hambatan hukum yang berarti.
Hal ini memungkinkan eksperimen AI yang cepat dalam bidang seperti:
Kesehatan prediktif
Analisis perilaku konsumen
Kontrol sosial berbasis AI (contohnya sistem penilaian sosial di beberapa kota)
📊 Apakah Tiongkok Bisa Mengungguli AS?
Pertanyaannya sekarang: Apakah strategi Xi akan berhasil?
Secara teknologi murni, AS masih memimpin dalam hal inovasi frontier, terutama di bidang model foundation seperti GPT dari OpenAI atau Claude dari Anthropic. Namun, Tiongkok unggul dalam skala penerapan dan kecepatan implementasi.
Menurut laporan McKinsey terbaru, pada 2025 Tiongkok telah menyalip AS dalam penggunaan AI untuk:
Pemerintahan cerdas (smart governance)
Produksi manufaktur berbasis AI
Transportasi dan logistik pintar
Kelemahan utama Tiongkok terletak pada kreativitas dan kebebasan bereksperimen, yang masih dibatasi oleh sistem sensor dan otoritarianisme. Namun Xi Jinping tampaknya yakin bahwa disiplin kolektif, bukan kebebasan individual, adalah kunci supremasi teknologi.
🔮 Kesimpulan: Masa Depan Dunia Ada di Balik Algoritma
Strategi Xi Jinping untuk mengungguli Amerika Serikat dalam AI bukan sekadar ambisi teknologi, tapi juga proyek ideologis dan geopolitik. Di dunia di mana algoritma akan mengatur ekonomi, militer, dan bahkan etika, dominasi AI berarti mengendalikan masa depan.
Tiongkok telah memulai babak baru dalam sejarah teknologi, dan dunia harus bersiap menyaksikan — atau bahkan menjadi bagian dari — revolusi yang digerakkan oleh visi seorang pemimpin otoriter dan mesin-mesin cerdas tanpa lelah.
Sumber:
The Economist – Xi Jinping’s plan to overtake America in AI (25 Mei 2025)
Reuters, CNBC, McKinsey, dan analisis tambahan dari media global lainnya per 25–26 Mei 2025.
Berita Lainnya
NuntiaNews
Informasi terbaru tentang Teknologi terbaru seperti AI, Crypto dan Robot, Makro Ekonomi serta Edukasi
HALAMAN
Analisis
© 2025 NuntiaNews. All rights reserved.