Sepak Bola | MAKRO EKONOMI | TEKNOLOGI | AI dan robot | Crypto | EDUKASI
Suku Bunga Naik, Ekonomi Stabil? Ini Fakta di Baliknya
Kenaikan suku bunga sering disebut langkah jitu jaga stabilitas ekonomi. Tapi, benarkah suku bunga tinggi bikin ekonomi makin sehat? Yuk, kupas tuntas!
MAKRO EKONOMIEDUKASI
6/9/20253 min read


Setiap kali bank sentral mengumumkan kenaikan suku bunga, publik—mulai dari pelaku usaha, investor, hingga masyarakat umum—langsung bereaksi. Ada yang langsung menahan belanja, menunda pinjaman, atau bahkan menarik investasinya. Tapi satu pertanyaan besar masih terus menggantung: apakah kenaikan suku bunga benar-benar bikin ekonomi stabil, atau justru menambah tekanan?
Dalam artikel ini, kita akan membedah logika di balik kebijakan suku bunga, mengapa pemerintah (melalui bank sentral) memilih langkah ini, dan bagaimana efek riilnya terhadap ekonomi sehari-hari di Indonesia—dari harga sembako sampai cicilan rumah.
Apa Itu Suku Bunga Acuan?
Suku bunga acuan adalah tingkat suku bunga yang ditetapkan bank sentral (Bank Indonesia) sebagai acuan untuk menentukan suku bunga kredit, tabungan, dan berbagai instrumen keuangan lainnya. Saat ini, instrumen yang digunakan adalah BI-Rate atau BI 7-Day Reverse Repo Rate.
Jika BI menaikkan suku bunga acuan, maka bunga pinjaman dari bank ke masyarakat juga ikut naik. Sebaliknya, tabungan akan mendapat imbal hasil lebih besar. Tujuannya? Mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas rupiah.
Kenapa Suku Bunga Dinaikkan?
Alasan utama di balik kenaikan suku bunga adalah untuk menekan laju inflasi. Ketika harga barang-barang mulai naik terlalu cepat (misalnya akibat lonjakan harga pangan atau energi), daya beli masyarakat menurun. Salah satu cara untuk menahan laju konsumsi adalah dengan menaikkan suku bunga, sehingga:
Orang jadi lebih memilih menabung daripada membelanjakan uang
Biaya pinjaman naik, mengurangi keinginan untuk konsumsi atau ekspansi usaha
Rupiah lebih menarik bagi investor asing, yang kemudian menguatkan nilai tukar
Langkah ini bisa dibilang seperti "rem ekonomi": ketika mesin ekonomi terlalu panas (alias inflasi tinggi), rem harus diinjak agar tidak kebablasan.
Tapi Apa Dampaknya? Tidak Semua Positif
1. Beban Kredit Naik
Naiknya suku bunga berarti cicilan rumah, mobil, atau KTA jadi lebih mahal. Ini langsung terasa bagi masyarakat kelas menengah yang bergantung pada pinjaman konsumtif. Pelaku UMKM juga ikut terdampak karena modal usaha yang semakin mahal.
2. Daya Beli Menurun
Dengan cicilan naik dan bunga tabungan lebih tinggi, masyarakat cenderung menunda konsumsi. Ini bisa memperlambat perputaran ekonomi, terutama di sektor ritel, pariwisata, dan hiburan.
3. Investasi Lesu
Bagi investor, proyek yang sebelumnya menguntungkan bisa jadi tidak layak karena biaya pinjaman naik. Akibatnya, ekspansi bisnis melambat, rekrutmen ditahan, dan penciptaan lapangan kerja berkurang.
Contoh Nyata: Indonesia 2022–2024
Bank Indonesia menaikkan suku bunga secara bertahap sejak 2022 untuk merespons tekanan global, terutama dari Amerika Serikat dan China. Kenaikan ini berhasil menstabilkan rupiah dan menjaga inflasi tetap dalam target, namun ada konsekuensi:
Kredit properti melambat
Penjualan kendaraan turun
Beberapa startup dan UMKM kesulitan ekspansi
Sektor ritel mengalami stagnasi belanja
Namun di sisi lain, kenaikan ini juga mengurangi tekanan dari harga pangan dan energi impor, dan berhasil menahan pelemahan nilai tukar terhadap dolar AS.
Apakah Suku Bunga Tinggi Selalu Buruk? Tidak Juga
Suku bunga tinggi bukan berarti selalu buruk. Dalam konteks tertentu, ini justru memberi sinyal kepastian ekonomi. Beberapa investor asing melihat kenaikan suku bunga sebagai bentuk komitmen bank sentral untuk menjaga stabilitas, yang kemudian menarik aliran dana ke dalam negeri.
Tabungan masyarakat juga lebih menarik, karena bunga deposito jadi lebih tinggi. Ini bisa membantu meningkatkan likuiditas bank tanpa harus menambah risiko pinjaman berlebih.
Bagaimana Negara Lain Menyikapi?
Amerika Serikat
The Fed (bank sentral AS) menaikkan suku bunga agresif sejak 2022 untuk menekan inflasi. Meski ekonomi AS melambat, mereka berhasil menjaga angka pengangguran tetap rendah.
China
Berbeda dengan banyak negara lain, China justru menurunkan suku bunga di tengah tekanan ekonominya. Tujuannya adalah mendorong konsumsi dan menjaga pertumbuhan ekonomi yang sempat melemah akibat kebijakan nol-COVID.
Brasil
Brasil menaikkan suku bunga ke level dua digit, tapi hasilnya campur aduk. Inflasi berhasil ditekan, tapi investasi menurun drastis dan pertumbuhan ekonomi melambat.
Strategi Cerdas Masyarakat: Bertahan di Tengah Suku Bunga Tinggi
Bagi masyarakat Indonesia, yang paling penting adalah menyesuaikan strategi keuangan pribadi. Berikut beberapa tips cerdas:
✅ 1. Review Cicilan
Jika punya pinjaman berbunga variabel, pertimbangkan opsi refinancing atau negosiasi ulang ke bank. Cari tahu apakah ada skema bunga tetap yang lebih ringan.
✅ 2. Manfaatkan Deposito
Naiknya suku bunga berarti tabungan berjangka (deposito) jadi lebih menarik. Gunakan instrumen ini sebagai cara aman menyimpan dana darurat.
✅ 3. Hindari Kredit Konsumtif
Tunda pembelian non-esensial yang harus dibiayai dengan utang. Fokus pada kebutuhan utama dan dana cadangan.
✅ 4. Cari Sumber Pendapatan Baru
Gunakan momentum ini untuk mencari penghasilan tambahan—baik lewat freelance, bisnis kecil, atau investasi di sektor yang tahan krisis.
Stabil, Tapi Harus Waspada
Kenaikan suku bunga memang salah satu cara terbaik untuk menstabilkan ekonomi, terutama dalam menghadapi inflasi tinggi dan tekanan global. Tapi stabilitas makroekonomi tidak serta-merta berarti kehidupan masyarakat jadi lebih mudah.
Bagi pelaku usaha, investor, dan masyarakat umum, kenaikan suku bunga adalah sinyal untuk menyesuaikan strategi keuangan dan konsumsi. Tidak perlu panik, tapi juga jangan lengah.
Ekonomi yang sehat bukan hanya tanggung jawab bank sentral, tapi juga hasil dari keputusan cerdas setiap individu. Di tengah naik-turunnya suku bunga, yang paling penting adalah tetap waspada, cerdas mengatur keuangan, dan siap adaptasi.
Berita Lainnya
NuntiaNews
Informasi terbaru tentang Teknologi terbaru seperti AI, Crypto dan Robot, Makro Ekonomi serta Edukasi
HALAMAN
Analisis
© 2025 NuntiaNews. All rights reserved.