Tarif Baja & Aluminium AS Melanda Dunia, Menekan Industri Global

Pemerintahan Presiden Trump resmi menaikkan tarif impor baja dan aluminium dari 25 % menjadi 50 % mulai awal Juni 2025. Kebijakan ini direspons keras oleh Uni Eropa dan Kanada, serta memicu lonjakan harga dan gangguan rantai pasok global. Polemik politik dan ekonomi kembali memanas, membawa babak baru perang dagang era Trump.

MAKRO EKONOMI

6/9/20252 min read

Tarif Baja & Aluminium AS Melanda Dunia, Menekan Industri Global | NuntiaNews
Tarif Baja & Aluminium AS Melanda Dunia, Menekan Industri Global | NuntiaNews

Pemerintahan Presiden Donald Trump resmi menggandakan tarif impor baja dan aluminium ke 50 %, berlaku sejak 4 Juni. Langkah ini memperlebar strategi proteksionis yang telah berjalan sejak awal tahun, dan direspons keras oleh negara-negara mitra dagang utama—dengan jutaan dolar nilai impor kini terkena dampaknya.

Dampak Harga Komoditas

Dalam waktu singkat, harga baja dan aluminium mendadak meroket. Reuters melaporkan bahwa premi aluminium di pasar fisik AS mencapai rekor 60 sen per pon (~rupiah 19 200/kg), naik drastis 190 % secara tahunan. Pergerakan ini menunjukkan tekanan langsung dari kenaikan tarif.

Sementara itu, harga steel hot-rolled coil (HRC) naik sekitar 7 % pasca kebijakan diumumkan, sementara harga logam lain seperti tembaga juga merespons akibat kekhawatiran terhadap rantai suplai global .

Respons Produsen Domestik

Industri baja dan aluminium domestik AS menyambut positif. Saham perusahaan seperti Nucor, Cleveland-Cliffs, dan Steel Dynamics melonjak 11–24 % pada sesi pagi, mencerminkan optimisme bahwa tarif ini akan meningkatkan margin keuntungan dan mendorong ekspansi, meski banyak proyek fasilitas produksi masih memerlukan waktu bertahun-tahun.

Namun, para analis menyoroti bahwa membangun fasilitas smelter aluminium baru dapat memakan waktu hingga lima tahun, dan energi mahal menjadi tantangan besar .

Respons Internasional & Tekanan Balasan

Kanada, pemasok aluminium terbesar bagi AS, langsung merespons. Perdana Menteri Mark Carney dan serikat pekerja Unifor memperingatkan potensi PHK dan gangguan serius, serta siap melakukan langkah balasan jika AS tidak membuka ruang dialog .

Uni Eropa pun menyuarakan penyesalan mendalam. Komisaris Perdagangan EU menyebut tarif ini tidak membantu proses negosiasi yang sedang berjalan dan beresiko memperburuk ketegangan dagang .

Serikat usaha di Kanada dan sektor otomotif serta aerospace memperingatkan bahwa biaya produksi yang meningkat bisa menggerus daya saing.

Gangguan Rantai Pasok & Inflasi Input

Kebijakan ini turut menekan industri manufaktur. Premium harga aluminium yang tinggi mempengaruhi sektor otomotif, kemasan, dan konstruksi, sementara tarif baja menekan biaya produk logam industri. David Goodman dari Reuters menyebut ini sebagai "peningkatan biaya yang signifikan bagi konsumen dan produsen".

OECD memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS akan melambat menjadi 1,6 % pada 2025 karena kebijakan dagang yang agresif ini—di bawah level 2,8 % pada 2024.

Strategi AS & Alternatif Hukum

Presiden Trump menggunakan wewenang melalui IEEPA untuk menaikkan tarif, namun jika perintah tersebut dibatalkan oleh pengadilan, ada empat opsi legislatif lain seperti Section 232 dan 301 yang bisa dipakai untuk mempertahankan atau menambah pembatasan dagang .

Tarif ini telah termasuk dalam lingkup "Liberation Day Tariffs" dan berlaku untuk lebih dari 100 negara, sementara Inggris dikecualikan hingga setidaknya 9 Juli karena perjanjian awal.

Perspektif Global

Beberapa pihak melihat kebijakan ini sebagai sinyal proteksionisme yang akan membatasi perdagangan bebas. Walaupun dapat melindungi industri dalam negeri, kenaikan biaya input bisa memperlambat sektor manufaktur dan merembet ke konsumen akhir.

Sisi positifnya, perusahaan baja dan aluminium bertahan sementara. Pengamat juga menyoroti peluang investasi jangka panjang, seperti Emirates Global Aluminium yang mempersiapkan fasilitas primer di AS—a first in decades.

Kesimpulan

Tarif baja & aluminium AS yang melonjak menjadi 50 % membawa kontroversi besar: keuntungan bagi produsen domestik, tapi tekanan berat pada industri manufaktur serta mitra dagang strategis. Respon resmi dari Kanada dan Uni Eropa menambah kompleksitas politik global.

Ke depan, momentum negosiasi bisa muncul jika AS mempertimbangkan kembali kebijakan tarif dan membuka ruang dialog multilateral. Namun bila tidak, perang dagang bisa meluas dan inflasi global makin tinggi—yang akhirnya menjamah kantong konsumen di seluruh dunia.

Berita Lainnya