Sepak Bola | MAKRO EKONOMI | TEKNOLOGI | AI dan robot | Crypto | EDUKASI
Teori Keynesian vs Klasik: Siapa Paling Relevan Saat Ini?
Perdebatan Keynesian vs Klasik sudah berlangsung lebih dari seabad. Satu kubu percaya pasar akan menyeimbangkan diri sendiri, sementara kubu lain menekankan peran pemerintah dan belanja negara. Di tengah inflasi tinggi, suku bunga naik, dan geliat pasar crypto, teori mana yang paling cocok untuk menjelaskan (dan memecahkan) masalah ekonomi hari ini?
EDUKASIMAKRO EKONOMI
6/27/20253 min read


Sejak Depresi Besar 1930-an, ekonomi makro diwarnai duel antara Ekonomi Klasik dan Keynesian. Kaum Klasik—dengan Adam Smith, David Ricardo, sampai Milton Friedman—yakin pasar bebas mampu menyeimbangkan diri. Sementara John Maynard Keynes menegaskan: “Dalam jangka panjang kita semua mati; pemerintah harus bertindak sekarang!”
Kini, saat inflasi global menekan rupiah, harga pangan bergejolak, dan bank sentral berjibaku menaikkan suku bunga, pertanyaannya: siapa yang paling relevan?
1. Inti Teori Ekonomi Klasik
AspekPenjelasan SingkatPasar & HargaHarga fleksibel—naik saat barang langka, turun saat berlimpah—sehingga otomatis menyeimbangkan permintaan dan penawaran.Peran PemerintahMinimal. Pemerintah sebatas penegak hukum & penjaga keamanan.Tabungan & InvestasiSuku bunga menyesuaikan tabungan dan investasi; tak perlu campur tangan fiskal.Uang & Inflasi“Inflasi selalu dan di mana pun fenomena moneter” (Friedman). Cetak uang → harga naik.
Relevansi hari ini:
Kebijakan moneter ketat BI untuk menahan inflasi sejalan logika Klasik.
Kepercayaan pada mekanisme pasar tercermin di deregulasi dan privatisasi beberapa sektor di Indonesia.
2. Inti Teori Keynesian
Berikut poin-poin utama dalam teori Keynesian:
Menekankan pentingnya permintaan agregat sebagai penggerak utama ekonomi.
Harga dan upah dianggap “sticky” alias tidak mudah menyesuaikan dengan cepat, sehingga pasar tidak otomatis pulih.
Pemerintah harus aktif dalam mengatur ekonomi melalui belanja negara dan kebijakan fiskal ekspansif.
Ada efek multiplier, di mana setiap rupiah yang dibelanjakan pemerintah bisa memicu konsumsi dan investasi tambahan dari sektor swasta.
Relevansi hari ini:
Program bantuan langsung tunai, subsidi energi, hingga belanja infrastruktur digerakkan dengan semangat Keynesian: dorong ekonomi saat lesu, lindungi daya beli rakyat.
Pandemi COVID-19—ketika BI & Kemenkeu “gas pol” stimulus—adalah demonstrasi klasik Keynesian modern.
3. Titik Pertarungan Kunci
Perbedaan pandangan mereka bisa dirangkum dalam isu-isu berikut:
Inflasi vs Pengangguran:
Klasik: Tekan uang beredar, biarkan harga menyesuaikan sendiri.
Keynesian: Ciptakan lapangan kerja lewat stimulus, inflasi bisa dikendalikan setelahnya.
Suku Bunga:
Klasik: Biarkan pasar menentukan, jangan diatur.
Keynesian: Turunkan suku bunga untuk mendorong konsumsi dan investasi.
Defisit APBN:
Klasik: Harus dihindari, membebani generasi berikutnya.
Keynesian: Bisa digunakan sementara waktu untuk keluar dari krisis ekonomi.
4. Dunia Nyata: Teori Berkolaborasi
Di lapangan, sedikit negara menganut “murni Klasik” atau “murni Keynesian”. Kebanyakan menerapkan kebijakan campuran:
Moneter Ketat + Fiskal Selektif
BI menahan inflasi lewat kenaikan suku bunga.
Pemerintah tetap menggelontorkan bantuan sosial untuk kelompok rentan.
Rule-Based Policy
Inflasi target 2-4 % (ide Klasik/Friedman).
Automatic stabilizer: pajak progresif & belanja bansos naik-turun otomatis (ide Keynesian).
Modern Monetary Theory (MMT)?
Wacana “cetak uang asal inflasi terkendali” makin populer, tapi masih kontroversial—kritikus menilai terlalu jauh dari rambu Klasik maupun Keynesian.
5. Bagaimana dengan Indonesia 2025?
Inflasi terkendali di kisaran 3 %, tapi rentan lonjakan harga pangan global.
Rupiah tertekan saat dana asing keluar, membuat BI perlu keseimbangan antara stabilitas nilai tukar (nada Klasik) dan pertumbuhan kredit (nada Keynesian).
Belanja Infrastruktur (IKN, jalan tol, energi hijau) berperan sebagai stimulus Keynesian—diharapkan memicu multiplier besar bagi daerah sekitar.
Crypto & Digital Finance: Pasar aset berisiko sangat sensitif terhadap suku bunga global; argumen Klasik soal “uang beredar” terbukti ketika likuiditas longgar memicu reli harga crypto, lalu terkoreksi saat the Fed mengerem.
6. Mana Paling Relevan Saat Ini?
Penilaian relevansi teori tergantung kondisi ekonomi yang sedang dihadapi. Contohnya:
Saat inflasi tinggi dan rupiah melemah, kebijakan Klasik seperti pengetatan uang dan bunga tinggi lebih relevan.
Ketika terjadi resesi atau permintaan lesu, pendekatan Keynesian lewat stimulus dan subsidi lebih cocok.
Dalam krisis kepercayaan pasar, kombinasi disiplin fiskal (gaya Klasik) dan perlindungan sosial (gaya Keynesian) diperlukan agar ekonomi tetap stabil.
Jawabannya: Tergantung siklus. Saat ini (pertengahan 2025) banyak bank sentral—termasuk BI—masih berada di mode moneter ketat (Klasik) untuk menjinakkan inflasi pasca-pandemi. Namun, jika perlambatan global makin tajam, pemerintah bisa kembali menyalakan “turbo” Keynesian lewat belanja dan insentif pajak.
7. Pelajaran untuk Pembaca
Pahami Kondisi – Jika inflasi tinggi, waspadai kenaikan suku bunga; perhatikan ongkos cicilan.
Diversifikasi Investasi – Saat bunga tinggi, deposito dan obligasi berpotensi lebih menarik; aset spekulatif (termasuk crypto) lebih volatil.
Pantau Kebijakan Fiskal – Proyek pemerintah besar bisa membuka peluang kerja & kontrak bisnis.
Siap Adaptasi – Ekonomi tidak hitam putih; penting untuk luwes mengikuti perubahan campuran kebijakan.
Kesimpulan: Bukan Soal Siapa Menang, Tapi Kapan Digunakan
Perdebatan Keynesian vs Klasik ibarat memilih gigi pada mobil. Gigi rendah (Keynesian) dipakai saat tanjakan curam—ekonomi lesu butuh dorongan. Gigi tinggi (Klasik) dipakai di jalan tol—ekonomi panas perlu dijaga kecepatannya agar mesin tidak “overheat”.
Kebijakan terbaik adalah yang adaptif, memakai transmisi campuran sesuai kondisi jalan ekonomi.
Intinya: Pahami dua teori ini seperti toolkit. Ekonom, pelaku usaha, dan kita semua perlu tahu kapan martil Keynesian mengetuk, dan kapan kunci pas Klasik mengencangkan baut ekonomi.
Berita Lainnya
NuntiaNews
Informasi terbaru tentang Teknologi terbaru seperti AI, Crypto dan Robot, Makro Ekonomi serta Edukasi
HALAMAN
Analisis
© 2025 NuntiaNews. All rights reserved.