Apa Itu Stagflasi? Ketika Inflasi & Pengangguran Jalan Bareng

Stagflasi adalah kondisi ekonomi langka namun mengkhawatirkan, ketika inflasi tinggi terjadi bersamaan dengan tingkat pengangguran yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang stagnan. Fenomena ini mengguncang kebijakan ekonomi dunia dan membuat para pembuat kebijakan bingung harus memilih antara mengendalikan harga atau menyelamatkan lapangan kerja.

EDUKASIMAKRO EKONOMI

4/21/20253 min read

Apa Itu Stagflasi - Ketika Inflasi & Pengangguran Jalan Bareng - NuntiaNews
Apa Itu Stagflasi - Ketika Inflasi & Pengangguran Jalan Bareng - NuntiaNews

1. Pengenalan: Kombinasi yang Menakutkan

Bayangkan harga kebutuhan pokok seperti beras, bahan bakar, dan transportasi terus naik, tetapi pada saat yang sama perusahaan berhenti merekrut bahkan mulai melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Itulah gambaran ringkas dari stagflasi — kondisi ekonomi di mana inflasi dan pengangguran berjalan beriringan, sementara pertumbuhan ekonomi melambat atau bahkan mandek.

Stagflasi bukan sekadar istilah akademis. Ia adalah mimpi buruk bagi setiap pembuat kebijakan. Kebanyakan solusi ekonomi dirancang untuk memerangi salah satu masalah pada satu waktu: inflasi atau pengangguran. Tapi bagaimana jika keduanya menyerang sekaligus?

Baca juga Ekonomi Tumbuh, Tapi Kok Nggak Kerasa? Ini Penjelasannya!

2. Asal Usul Istilah dan Sejarahnya

Istilah "stagflasi" pertama kali populer di Inggris pada tahun 1960-an oleh anggota parlemen Inggris Iain Macleod. Namun, fenomena ini benar-benar mengguncang dunia pada era 1970-an, terutama di Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya, saat harga minyak melonjak akibat embargo OPEC, membuat inflasi meroket sekaligus memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Pada masa itu, bank sentral dihadapkan pada dilema: menaikkan suku bunga akan menurunkan inflasi tetapi memperburuk pengangguran, sementara menurunkan suku bunga bisa menambah pekerjaan namun mempercepat inflasi.

Baca juga Apa Itu Resesi? Apakah Kita Harus Panik?

3. Penyebab Stagflasi

Stagflasi tidak muncul begitu saja. Ada beberapa penyebab umum yang sering dikaitkan dengan kondisi ini:

  • Supply Shock (Guncangan Pasokan): Krisis minyak pada 1973 adalah contoh nyata. Ketika harga energi naik tajam, biaya produksi meningkat, mengerek harga barang dan jasa.

  • Kebijakan Ekonomi yang Tidak Sinkron: Ketika kebijakan moneter (suku bunga, jumlah uang beredar) dan fiskal (pengeluaran dan pajak) tidak selaras, hasilnya bisa kontraproduktif.

  • Ekspektasi Inflasi: Ketika masyarakat dan pelaku usaha percaya harga akan terus naik, mereka menaikkan harga dan upah, menciptakan lingkaran setan inflasi.

  • Kebijakan Upah Minimum dan Regulasi Pasar Kerja: Dalam beberapa kasus, kebijakan yang memperketat pasar tenaga kerja bisa menghambat penciptaan lapangan kerja meski inflasi tinggi.


Baca juga Peran Krusial Bank Sentral dalam Menjaga Denyut Ekonomi

4. Dampak Stagflasi terhadap Masyarakat

  • Daya Beli Tergerus: Inflasi tinggi membuat harga barang melonjak, sementara pengangguran mengurangi pendapatan rumah tangga. Kombinasi ini menghantam daya beli masyarakat secara brutal.

  • Ketimpangan Ekonomi Meningkat: Kelas menengah ke bawah paling terdampak karena mereka cenderung menghabiskan sebagian besar pendapatannya untuk kebutuhan pokok.

  • Ketidakstabilan Sosial: Seiring waktu, ketidakpuasan masyarakat dapat meningkat, memicu keresahan sosial dan ketidakpercayaan pada pemerintah dan lembaga ekonomi.


Baca juga Defisit Anggaran Negara, Bahaya Nggak Ya?

5. Bagaimana Pemerintah Menghadapinya?

Mengatasi stagflasi bukanlah tugas mudah. Diperlukan strategi multifaset:

  • Penyesuaian Kebijakan Moneter: Bank sentral dapat menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi, namun harus dilakukan secara hati-hati agar tidak memperburuk pengangguran.

  • Stimulus Sektor Produktif: Pemerintah bisa mendorong produksi melalui insentif pajak, deregulasi, atau dukungan terhadap industri strategis.

  • Menjaga Stabilitas Harga Energi dan Pangan: Ini bisa dilakukan melalui kebijakan cadangan strategis atau kerja sama internasional.

  • Investasi di Pendidikan dan Ketenagakerjaan: Untuk menekan pengangguran struktural dan meningkatkan daya saing tenaga kerja.


Baca juga Kenapa Inflasi Bisa Bikin Harga Barang Naik? Ini Penjelasan Lengkapnya

6. Apakah Kita Sedang Menuju Stagflasi?

Beberapa ekonom menyuarakan kekhawatiran bahwa dunia mungkin sedang bergerak ke arah stagflasi. Pemulihan pasca-pandemi COVID-19 yang tidak merata, perang dagang, dan ketegangan geopolitik (terutama di Timur Tengah dan Asia Timur) telah mendorong harga energi dan pangan naik. Sementara itu, perusahaan-perusahaan besar mulai mengurangi perekrutan dan bahkan melakukan PHK besar-besaran, terutama di sektor teknologi.

Faktor-faktor seperti utang publik yang tinggi, perubahan iklim, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang juga memperkuat kekhawatiran tersebut.

Baca juga Apa Hubungan Makroekonomi dan Investasi Kamu? Ini Dampaknya ke Portofolio dan Keputusan Finansial

7. Apa yang Bisa Dilakukan Individu?

Meskipun sulit menghindari dampak stagflasi secara langsung, ada beberapa hal yang dapat dilakukan individu:

  • Diversifikasi Pendapatan: Mencari peluang sampingan atau freelance untuk menambah penghasilan.

  • Hemat dan Bijak Finansial: Mengurangi pengeluaran tidak penting dan memprioritaskan kebutuhan pokok.

  • Investasi pada Aset yang Tahan Inflasi: Seperti properti, emas, atau saham perusahaan yang punya daya tawar tinggi.

  • Upgrade Skill: Menambah kemampuan melalui kursus online agar tetap kompetitif di pasar kerja.


Baca juga Tips dan Trik Mengatur Keuangan di Tahun 2025

8. Penutup: Waspada, Bukan Panik

Stagflasi adalah peringatan bahwa ekonomi tidak selalu berjalan dalam siklus yang dapat diprediksi. Meskipun mengkhawatirkan, kondisi ini bisa diatasi dengan kebijakan yang cermat dan koordinasi global yang kuat.

Untuk saat ini, kita tidak perlu panik, tetapi penting untuk tetap waspada. Perencanaan keuangan pribadi dan pemahaman tentang kondisi ekonomi makro bisa menjadi bekal penting untuk menghadapi kemungkinan krisis.

Berita Lainnya