Indonesia Tawarkan Peningkatan Impor AS untuk Redakan Ketegangan Dagang

Pemerintah Indonesia mengajukan proposal peningkatan impor dari Amerika Serikat sebagai langkah diplomatik untuk meredakan ketegangan dagang dan menghindari dampak lanjutan dari tarif impor sebesar 32% yang diberlakukan AS. Delegasi tinggi Indonesia dijadwalkan terbang ke Washington guna membahas solusi jangka panjang atas surplus perdagangan yang terus meningkat.

MAKRO EKONOMI

4/14/20253 min read

Indonesia Tawarkan Peningkatan Impor AS untuk Redakan Ketegangan Dagang
Indonesia Tawarkan Peningkatan Impor AS untuk Redakan Ketegangan Dagang

Dalam upaya terbaru untuk meredakan ketegangan dagang yang memanas dengan Amerika Serikat, Pemerintah Indonesia mengumumkan rencana untuk meningkatkan impor dari negara adidaya tersebut. Langkah ini dilakukan menyusul pemberlakuan tarif impor sebesar 32% oleh pemerintahan Presiden Donald Trump, yang menyasar sejumlah negara, termasuk Indonesia, sebagai bagian dari strategi “America First Trade Realignment”.

Pemerintah Indonesia menilai bahwa surplus perdagangan bilateral yang mencapai $16,8 miliar pada 2024 menjadi sorotan utama Washington. Untuk itu, delegasi tinggi yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, akan mengunjungi Washington minggu ini guna melakukan negosiasi strategis.

Baca juga Outlook Ekonomi Indonesia April 2025: Peluang dan Tantangan di Tengah Dinamika Global

“Kami siap meningkatkan impor barang dan jasa dari AS senilai $18 hingga $19 miliar, termasuk energi, farmasi, dan teknologi pertahanan, sebagai bagian dari solusi jangka panjang,” ungkap seorang pejabat senior Kementerian Perdagangan kepada Reuters.

Baca juga China dan Indonesia Perkuat Kemitraan Strategis di Tengah Ketegangan Global

Alasan Penawaran Ini Muncul

Langkah ini mencerminkan pendekatan diplomatik Indonesia yang lebih proaktif dan menghindari konflik terbuka seperti yang terjadi antara AS dan Tiongkok. Pemerintah menyadari bahwa retaliasi atau balasan tarif akan berdampak buruk pada sektor industri dalam negeri yang sangat bergantung pada ekspor, seperti tekstil, elektronik, dan otomotif.

Menurut ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), tarif 32% dari AS berpotensi memangkas pertumbuhan ekspor Indonesia ke AS sebesar 28%, yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional hingga 0,5 poin persentase.

Baca juga Dampak Tarif AS terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Rincian Proposal

Dalam dokumen diplomatik yang telah disusun, Indonesia menawarkan beberapa inisiatif strategis:

  • Impor LNG dan Batu Bara dari AS untuk memperkuat energi nasional.

  • Pembelian pesawat Boeing, kendaraan listrik, dan komponen teknologi tinggi.

  • Akses pasar bagi produk AS ke sektor layanan kesehatan dan keuangan.

  • Kerja sama teknologi militer dan pendidikan.

“Kami ingin menunjukkan bahwa Indonesia adalah mitra yang adil dan strategis, bukan hanya sekadar pasar,” kata Airlangga dalam konferensi pers di Jakarta, Minggu (13/4).

Baca juga Investor Asing Wait and See, Pasar Indonesia Hadapi Ketidakpastian Kebijakan Prabowo & Tarif AS

Respons dari Pihak AS

Sumber dari Gedung Putih menyatakan bahwa proposal ini sedang dalam pertimbangan, dan AS menyambut pendekatan diplomatik ini dengan “sikap terbuka namun berhati-hati.” Pemerintahan Trump tetap menegaskan bahwa semua hubungan dagang akan dievaluasi berdasarkan keseimbangan perdagangan dan kontribusi terhadap tenaga kerja AS.

Namun demikian, banyak pelaku industri AS, khususnya dari sektor pertanian dan teknologi, menyambut baik langkah Indonesia yang membuka peluang pasar baru. Indonesia dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa dianggap sebagai mitra dagang yang “sangat strategis dalam jangka panjang”.

Baca juga Kenapa Inflasi Bisa Bikin Harga Barang Naik? Ini Penjelasan Lengkapnya

Implikasi Terhadap Ekonomi Domestik

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyatakan bahwa peningkatan impor harus dikawal dengan regulasi yang memastikan dampaknya tidak membunuh industri lokal. Ketua Kadin, Arsjad Rasjid, menekankan pentingnya transfer teknologi dan keterlibatan perusahaan lokal dalam rantai pasok global.

Selain itu, Bank Indonesia (BI) memantau pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sempat melemah ke Rp16.970 per dolar, namun kini menguat kembali seiring sentimen positif dari negosiasi bilateral tersebut.

“Stabilitas nilai tukar adalah prioritas kami, dan kami siap melakukan intervensi jika diperlukan,” kata Gubernur BI, Perry Warjiyo.

Konteks Global

Langkah Indonesia ini terjadi di tengah suasana global yang kian terfragmentasi akibat kebijakan proteksionis dari negara-negara besar. Banyak negara ASEAN sedang meninjau ulang kebijakan perdagangannya dengan AS untuk menghindari ketegangan serupa.

Menurut laporan Bloomberg dan Wall Street Journal, Indonesia menjadi negara Asia Tenggara pertama yang secara eksplisit mengajukan peningkatan impor untuk meredakan tekanan tarif, dan langkah ini dapat menjadi model baru diplomasi ekonomi di era multipolar saat ini.

Kesimpulan

Dengan mengusulkan peningkatan impor produk AS, Indonesia menunjukkan kematangan dalam merespons tekanan ekonomi global. Pendekatan berbasis dialog dan kerja sama menjadi alternatif strategis di tengah meningkatnya friksi perdagangan internasional.

Langkah ini diharapkan tidak hanya mampu menenangkan hubungan dengan AS, tetapi juga menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional yang ditargetkan sebesar 5,2% pada tahun 2025, di tengah ancaman inflasi, pelemahan rupiah, dan tekanan eksternal lainnya.

Berita Lainnya