Sepak Bola | MAKRO EKONOMI | TEKNOLOGI | AI dan robot | Crypto | EDUKASI
Krisis Kepercayaan terhadap The Fed dan Dollar AS: Dunia Bertanya, Siapa yang Pegang Kendali?
Ketegangan antara Presiden AS Donald Trump dan Ketua The Fed Jerome Powell memuncak, memicu guncangan besar di pasar global. Dolar AS anjlok ke titik terendah dalam tiga tahun, sementara harga emas melesat tinggi. Krisis kepercayaan terhadap bank sentral terkuat di dunia kini menjadi sorotan utama ekonomi global.
MAKRO EKONOMI
4/22/20253 min read


Washington DC – 21 April 2025
Krisis kepercayaan tengah menggerogoti pondasi ekonomi terbesar dunia. Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali melancarkan kritik pedas terhadap Ketua Federal Reserve Jerome Powell, menuduhnya gagal menstimulasi pertumbuhan ekonomi dan bahkan menggiring Amerika menuju resesi. Tidak hanya itu, rumor mengenai kemungkinan pemecatan Powell kembali mengemuka di Gedung Putih, menciptakan ketidakpastian luar biasa di pasar keuangan global.
Ketegangan ini telah berdampak nyata. Nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia terjun bebas hingga menyentuh titik terendah dalam tiga tahun terakhir. Di sisi lain, harga emas melonjak tajam hingga menembus rekor baru $3.500 per ons—sebuah sinyal klasik bahwa para investor tengah mencari perlindungan dari risiko geopolitik dan ekonomi.
Baca juga Pertemuan IMF dan Bank Dunia Diwarnai Ketidaksepakatan Global
“Ketika kepercayaan terhadap bank sentral hilang, bukan hanya pasar yang goyah, tetapi seluruh arsitektur ekonomi global bisa ikut runtuh,” kata Prof. Elena Rodriguez, ekonom makro dari LSE.
🔥 Perang Terbuka Trump vs Powell
Bukan rahasia bahwa hubungan antara Trump dan Powell telah lama tidak harmonis. Namun dalam beberapa pekan terakhir, retakan itu menjadi jurang.
Trump secara terbuka menyalahkan The Fed atas melambatnya pertumbuhan dan meningkatnya risiko pengangguran di AS, menyebut bahwa kebijakan suku bunga yang terlalu tinggi membuat para pelaku usaha kesulitan ekspansi. Ia menuduh Powell "terlalu lamban" dalam mengambil keputusan, bahkan menyebut The Fed sebagai “ancaman bagi kemakmuran Amerika”.
Sementara itu, Jerome Powell tetap pada pendiriannya untuk menjaga independensi bank sentral. Dalam sebuah pernyataan publik yang jarang dilakukan, Powell mengatakan bahwa tekanan politik tidak akan memengaruhi penilaian The Fed, dan bahwa suku bunga akan ditentukan berdasarkan data, bukan desakan dari pihak manapun.
Baca juga Ketegangan Memuncak: Trump Desak Pemecatan Powell, The Fed Pertahankan Independensi
📉 Pasar Panik, Dollar Tersungkur
Efek dari konflik ini sangat nyata. Di pasar valuta asing, indeks dolar (DXY) merosot ke 88,15—angka terendah sejak 2022. Investor global mulai beralih dari aset dolar, memilih yen Jepang, franc Swiss, dan tentu saja emas sebagai aset aman.
"Kami belum pernah melihat pelarian dari dolar secepat ini sejak krisis keuangan 2008," ungkap Fiona Tan, analis FX di HSBC Singapore.
Di Wall Street, indeks Dow Jones dan S&P 500 kompak turun masing-masing 2,4% dan 2,1% hanya dalam sehari. Sinyal bahwa investor tidak lagi yakin bahwa kebijakan ekonomi AS dikendalikan secara terstruktur dan dapat diprediksi.
Baca juga Peran Krusial Bank Sentral dalam Menjaga Denyut Ekonomi
🌍 Efek Domino Global
Krisis kepercayaan terhadap Federal Reserve tidak hanya berdampak pada Amerika Serikat. Bank sentral di Eropa, Jepang, dan bahkan emerging markets mulai mengantisipasi kemungkinan volatilitas tinggi jika gejolak di AS terus berlanjut.
"Kestabilan The Fed adalah jangkar bagi sistem keuangan global. Jika jangkar itu goyah, seluruh kapal bisa oleng," tegas Christine Lagarde, Presiden ECB, dalam konferensi pers di Frankfurt.
China bahkan dilaporkan mempercepat langkah dedolarisasi cadangan devisanya, dengan menambah kepemilikan yuan dan emas. Negara-negara ASEAN juga disebut mulai mempertimbangkan diversifikasi cadangan mereka untuk mengurangi ketergantungan terhadap greenback.
Baca juga Bank Sentral Eropa Siap Lanjutkan Penurunan Suku Bunga di Tengah Ketidakpastian Global
📊 Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?
Menurut sumber di dalam Gedung Putih, Trump sedang mempertimbangkan secara serius langkah-langkah hukum untuk menyingkirkan Powell dari kursi Ketua The Fed. Langkah ini secara teknis sulit, namun bukan tidak mungkin mengingat tekanan politik dan respons pasar yang terus memburuk.
Sementara itu, pelaku pasar kini menantikan pernyataan resmi dari The Fed yang dijadwalkan minggu ini. Beberapa analis memperkirakan The Fed mungkin akan memangkas suku bunga sebagai langkah kompromi untuk meredam ketegangan politik dan volatilitas pasar.
Namun demikian, pertanyaan besar tetap menggantung di udara: apakah bank sentral AS masih benar-benar independen? Atau kini berubah menjadi instrumen politik yang siap digiring ke arah yang diinginkan oleh Gedung Putih?
Baca juga Apa Itu Stagflasi? Ketika Inflasi & Pengangguran Jalan Bareng
🧭 Penutup: Lebih dari Sekadar Politik
Krisis ini bukan sekadar pertarungan ego antara dua tokoh penting Amerika. Ini adalah pertaruhan besar atas kredibilitas sistem moneter global. Ketika kepercayaan terhadap The Fed mulai pudar, tidak hanya dolar yang terdampak, tetapi juga stabilitas finansial dunia.
Dalam jangka pendek, dunia mungkin menyaksikan lebih banyak gejolak di pasar. Namun dalam jangka panjang, pertanyaan yang lebih besar akan terus bergema: Siapa yang seharusnya memegang kendali atas arah ekonomi global—pasar, bank sentral, atau politisi?
Berita Lainnya
NuntiaNews
Informasi terbaru tentang Teknologi terbaru seperti AI, Crypto dan Robot, Makro Ekonomi serta Edukasi
HALAMAN
Analisis
© 2025 NuntiaNews. All rights reserved.