Sepak Bola | MAKRO EKONOMI | TEKNOLOGI | AI dan robot | Crypto | EDUKASI
Pertemuan IMF dan Bank Dunia Diwarnai Ketidaksepakatan Global
Pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia yang biasanya menjadi ajang konsolidasi global kini justru memunculkan ketegangan. Di tengah gejolak ekonomi dan kebijakan proteksionis, negara-negara utama gagal mencapai kesepahaman dalam menghadapi risiko global.
MAKRO EKONOMIBANK
4/20/20253 min read


Washington, 20 April 2025 — Dalam suasana yang biasanya menjadi panggung harmoni dan kerjasama lintas negara, pertemuan musim semi Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia tahun ini justru memperlihatkan potret yang berlawanan: ketegangan, perpecahan, dan kekhawatiran yang semakin besar akan masa depan ekonomi global.
Bertempat di ibu kota Amerika Serikat, Washington D.C., forum yang dihadiri oleh menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari seluruh dunia ini seharusnya menjadi ruang untuk menyatukan langkah dalam menghadapi ketidakpastian global. Namun, sejak awal, retaknya kesepahaman mulai terasa. Penyebab utamanya? Kebijakan proteksionis pemerintahan Presiden AS Donald Trump dan ketidaksiapan negara-negara lain dalam merespon gempuran tarif dan hambatan perdagangan baru.
Baca juga Bank Sentral Eropa Siap Lanjutkan Penurunan Suku Bunga di Tengah Ketidakpastian Global
🧩 Retaknya Kesepahaman Global
Dalam konferensi sebelumnya, konsensus global menjadi kunci utama dalam mengelola dampak krisis, seperti saat ledakan krisis keuangan global pada 2008. Negara-negara G20 saat itu bersatu menggelontorkan stimulus dan reformasi sistem keuangan global. Tapi kini, semangat itu lenyap.
Christine Lagarde, mantan Direktur Pelaksana IMF dan kini Penasihat Khusus Uni Eropa, menyatakan dalam pidatonya, “Kita menghadapi dunia yang semakin terfragmentasi. Saat ini, alih-alih menyatukan solusi, negara-negara besar justru mengedepankan strategi nasionalistik mereka.”
Salah satu isu paling hangat adalah kebijakan tarif sepihak yang terus dilanjutkan oleh AS. Sejak awal 2025, Presiden Trump kembali memberlakukan tarif tambahan pada impor dari Tiongkok, Meksiko, dan bahkan beberapa mitra lama seperti Jerman dan Kanada, dengan alasan melindungi industri domestik.
Baca juga Peran Krusial Bank Sentral dalam Menjaga Denyut Ekonomi
🔥 Reaksi Internasional yang Beragam
Negara-negara anggota G7 dan G20 menunjukkan reaksi beragam. Menteri Keuangan Kanada, Sophie Lambert, menyampaikan bahwa negaranya akan mengevaluasi hubungan dagang dengan AS, sambil memperkuat kerjasama dengan Eropa dan Asia.
“Globalisasi tidak mati, tapi bentuknya berubah. Kami tidak bisa terus-menerus menjadi korban dari kebijakan tidak konsisten dari satu negara,” tegasnya.
Di sisi lain, negara-negara berkembang mengeluhkan kurangnya dukungan konkret dari negara maju. Menteri Keuangan Ghana menyebut bahwa skema pembiayaan utang dan pinjaman dari lembaga internasional masih terlalu kaku dan tidak berpihak pada negara miskin.
Baca juga 🧠 Apa Itu Resesi? Apakah Kita Harus Panik?
📉 IMF dan Bank Dunia Terkunci di Tengah
Baik IMF maupun Bank Dunia berada dalam posisi sulit. Di satu sisi, mereka bertugas sebagai fasilitator kerjasama multilateral. Tapi di sisi lain, tekanan politik dari negara pendonor utama — terutama AS — semakin mempersempit ruang gerak mereka.
Managing Director IMF saat ini, Gita Gopinath, menyatakan bahwa IMF akan terus berupaya menjaga stabilitas global meskipun di tengah tekanan. Namun, laporan World Economic Outlook terbaru menunjukkan bahwa pertumbuhan global tahun ini kemungkinan hanya mencapai 2,4%, turun dari 2,9% tahun sebelumnya.
Kekhawatiran terbesar adalah risiko stagflasi: kondisi di mana pertumbuhan stagnan sementara inflasi tetap tinggi, diperparah oleh hambatan perdagangan, gangguan rantai pasok, dan konflik geopolitik.
Baca juga Ekonomi Tumbuh, Tapi Kok Nggak Kerasa? Ini Penjelasannya!
💡 Apakah Ini Titik Balik?
Pertemuan IMF-Bank Dunia kali ini menggarisbawahi pentingnya tata kelola ekonomi global yang lebih adaptif dan inklusif. Namun, tantangan terbesarnya adalah bagaimana menyatukan suara dalam dunia yang semakin terpolarisasi.
Sebagian pengamat menilai bahwa pertemuan ini menjadi momen krusial bagi reformasi kelembagaan. “Mungkin ini waktunya kita mempertanyakan kembali efektivitas institusi global yang dibentuk di era pasca-Perang Dunia II,” ujar Mariana Mazzucato, ekonom dan penulis buku The Value of Everything.
Baca juga Bank of Japan Kejutkan Dunia: Suku Bunga Naik ke Level Tertinggi dalam 17 Tahun
🔍 Kesimpulan: Ketidakpastian Adalah Keniscayaan
Apa yang bisa kita pelajari dari pertemuan IMF dan Bank Dunia 2025? Bahwa dunia kini menghadapi tantangan besar bukan hanya dari sisi ekonomi, tetapi juga dari kegagalan koordinasi global. Di tengah kebijakan sepihak, meningkatnya proteksionisme, dan krisis kepercayaan antar negara, lembaga multilateral menghadapi ujian terberatnya dalam satu dekade terakhir.
Jika tidak segera dilakukan pembenahan, dunia bisa melangkah menuju masa di mana resesi tidak lagi menjadi kejutan, tetapi keniscayaan. Dan sayangnya, ketika semua bergerak sendiri-sendiri, tidak akan ada pemenang dalam krisis berikutnya.
Berita Lainnya
NuntiaNews
Informasi terbaru tentang Teknologi terbaru seperti AI, Crypto dan Robot, Makro Ekonomi serta Edukasi
HALAMAN
Analisis
© 2025 NuntiaNews. All rights reserved.